Chapter 13
.
.
.
.
Sasori pov
Aku sedang berkunjung ke kediaman Obaa-san, tapi langkah kakiku terhenti saat mendengar sayup-sayup suara dari ruangan yang tidak sengaja terbuka walaupun sedikit.
Karena rasa penasaranku yang tinggi aku mendekati ruangan tersebut dan menempelkan telingaku di dekat pintu.
Ku hela nafasku pelan, semoga saja perbuatanku tak di ketahui oleh siapapun.
"Apa kau bilang?! Aku harus tenang?! Bagaimana mungkin aku bersikap tenang jika putriku belum ditemukan hah?!"
Aku mengernyitkan dahiku, itu suara Paman Sasuke. Tapi kenapa dia terdengar marah sekali?
"Sasu-teme, benar kata Shika, kau harus tenang. Memang pencarian kita belum menemukan titik terang. Tapi untuk menghadapi masalah tidak baik dengan kepala panas."
Kali ini suara Paman Naruto yang kudengar, dari nada suaranya dia sangat frustasi.
Sebenarnya apa yang mereka bahas?
Aku melirik kearah sekitar, sepi.
Tanpa sadar aku menghela nafas lega.
"Kiba, apa kau tidak menemukan satu petunjuk pun dikamar Tenten?"
Suara Paman Sasuke kembali terdengar, tapi apa aku tak salah dengar? Dia menyebut nama Tenten di kalimatnya tadi?
"Tidak ada, bahkan dia tidak meninggalkan sidik jari atau petunjuk lainnya."
Ada hela nafas kasar didalam, kuduga itu pasti Paman Sasuke.
"Sial badebah! Kecurigaan ku meningkat pada badebah sialan itu!" raung Sasuke kesal.
Badebah? Siapa yang mereka bicarakan?
"Sasuk-"
Paman Naruto menyela-
"Jangan membelanya lagi Naruto!"
"Aku tak membala nya teme! Kalau kau belum punya cukup bukti kau tidak bisa menuduh Toneri begitu saja!"
Toneri? Aku tak salah dengarkan? Kenapa mereka membicarakan Toneri?
"Tapi dia pernah mengancam ku akan mengambil Tenten dariku.."
Ah aku mulai mengerti, Tenten menghilang dan para Paman yang ada didalam menuduh Toneri yang melakukannya.
Bibirku berkedut karena menahan tawa, hei mereka menduga prang yang salah.
Tapi mereka tidak salah juga sih, lagian Toneri yang mencari gara-gara pada mereka.
"Teme.."
Kuputuskan untuk pergi dari tempat itu. Sebelum mereka tahu bahwa aku menguping pembicaraan mereka tadi.
Sasori pov end.
.
.
.
.
Normal pov
Naruto mendelik tajam kearah pintu, sikap Naruto yang mendadak menjadi lebih serius mengundang tanda tanya di benak Kiba.
"Kau kenapa Naruto?" tanya Kiba sambil menaikan sebelah alisnya.
"Tidak, hanya saja. Aku merasa ada orang lain di balik pintu." jawab Naruto datar kemudian ia menatap tajam pada sahabatnya yang sangat menyukai anjing tersebut.
"Kau tidak menutupnya dengan benar Kiba, bagaimana jika ada yang mendengar pembicaraan kita?" ujar Naruto rendah.
Di tatap tajam oleh Naruto membuatnya sedikit gugup, karena bukan hanya Naruto saja yang menatap nya datar. Kini sahabatnya yang lain juga melakukan hal sama.
"Siapa yang mau terlibat dalam masalah orang lain?" tanya Shikamaru cuek. Setelahnya ia menguap malas.
"Banyak, mereka bisa saja terlibat karena keadaan terdesak." ucap Sasuke tiba-tiba. Reiji mengangguk membenarkan kata-kata Sasuke.
Uang bukanlah rahasia lagi untuk dijadikan alasan sebuah kejahatan.
"Maksudmu?" tanya Kiba tak mengerti.
"Maksud Sasuke, mereka bisa melakukan apapun demi uang." sahut Reiji yang sedari tadi diam.
"Apa kau sudah menghubungi Karin? Mungkin dia tau sesuatu." usul Naruto namun di tanggapi sebuah gelengan dari Sasuke.
"Tidak, Tenten tidak menghubungi Karin setelah dia pulang ke Kyoto." ujar Sasuke dengan nada putus asa.
Semua terdiam, tak ada lagi pembicaraan diantara mereka.
****
"Terima kasih telah membantu semua rencana ku." ujar Midorima pada sosok kecil yang membelakanginya.
"Hai, sama-sama." balas sosok itu datar.
Kemudian sosok itu berbalik untuk berhadapan dengan Midorima, tak lupa dengan senyum kecilnya.
##TBC##
Hola!
Otanjoubi Omedetou Saso-kun!
Maaf telat // plak.
Salam
Nijimura Michiko
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top