chapter 10
Warning!
Game,Ooc,typo DLDR
Happy reading minna😄
.
.
.
.
.
.
"Kau yakin akan berangkat sekarang?" tanya Kuroko pelan.
Midorima menghela nafas berat, sebelum menjawab dengan pasti.
"Keputusanku sudah bulat Kuroko, aku tak mungkin menundanya lagi. Bukannya selama ini kau yang mendukung ku?" jawabnya sambil bertanya balik.
"Yah.. Kau benar Midorima-kun, aku memang mendukungmu sedari awal. Kurasa lebih cepat akan lebih baik" ungkapnya jujur. Namun entah mengapa, firasat nya tidak enak, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Hmm"
"Perlu kuantar sampai stasiun?" tawar Kuroko yang mendapat anggukan kepala sebagai Jawabannya.
"Jika tak merepotkanmu" ujar Midorima pelan.
"Tidak sama sekali" balas Kuroko datar.
"Ayo"
"Hai"
Mereka beranjak menuju stasiun, Kuroko mengecek smartphonenya sebentar sebelum memfokuskan diri untuk menyetir mobilnya.
'Semoga semuanya baik-baik saja Kami' ujarnya dalam hati.
****
"Aku cukup terkejut dengan hal ini" ucap Sasori jujur. Tangannya memutar balik undangan yang baru saja Toneri berikan untuknya.
"Mungkin aku juga sengaja memberi mu kejutan?" balas Toneri sambil terkekeh.
"Mungkin.."
"Kapan kau akan menyusul?" tanya Toneri pelan.
Sasori sempat terkejut meski sedikit, ia mengalihkan pandangannya dari Toneri.
"Entahlah.. Aku ingin sebenarnya, tapi dia selalu menjawab belum siap untuk mengambil resiko itu" jawab Sasori sendu, sudut bibirnya mengukir senyum miris. Dan hal itu membuat Toneri heran meski sesaat. Dahinya berkerut, tampak memikirkan jawaban Sasori tadi.
"Ketahuilah senpai, sebenarnya itu alasan yang kurang kuat untuk menolak orang sepertimu. Kenapa kau belum sadar juga" ujar Toneri akhirnya.
"Apa maksudmu?" tanya Sasori tak mengerti.
Toneri tersenyum dingin kali ini, ia menatap langit yang tertutup kabut mendung.
"Hubungan kalian sudah lebih dari 7thn, tapi tak ada perkembangan apapun. Bahkan untuk saling mengikat, jika dilihat dari usia kalian sudah cocok untuk menjadi ayah dan ibu muda." ujarnya lagi.
Sasori seperti tertohok atas ucapan kouhainya,
Ia menatap Toneri sendu.
"Ucapanmu memang ada benar nya, mungkin aku yang selalu menutup mata akan hal itu" ungkap Sasori jujur.
Senyum Toneri mengembang, mungkin ia harus menjadi pendengar yang baik untuk senpai nya. Sebelum ia kembali ke Rusia.
"Mau cerita? Menikmati pagi hari sambil berbagi kopi tak buruk juga loh senpai~" tawarnya disertai candaan.
"Baiklah, mau ke cafe atau disini?" tanya Sasori pelan.
"Kurasa disini lebih nyaman" jawab Toneri cepat.
"Baiklah, akan ku buat dulu kopinya" ucap Sasori sambil beranjak menuju dapur.
"Aku espresso" seru Toneri tiba-tiba.
"Aku tahu kouhai-oji" balas Sasori dengan senyum palsu nya.
"Jangan memanggil ku dengan sebutan itu lagi senpai" ujar Toneri kesal.
"He? Kenapa?" tanya Sasori pura-pura bingung.
"Aku tidak nyaman" jawab Toneri santai.
Tak berapa lama Sasori datang sambil membawa dua cangkir kopi ditangannya.
"Selamat menikmati" ujar Sasori seperti pelayan cafe pada umumnya.
"Hn, arigato senpai"
"Oh ya, kau bilang waktu itu kau menggertak mereka. Apa aku benar?" Tanya Sasori memastikan.
"Yah, sejujurnya aku tak berniat untuk balas dendam. Aku kembali ke Jepang hanya untuk meminta maaf padanya, itupun kalau dia mau memaafkan ku" jawab Toneri pelan, nyaris berbisik.
"Intinya, mereka salah paham atas kedatangan mu. Begitu kan?"
"Jawabannya memang benar, mereka hanya salah paham. Mereka selalu bertindak gegabah-" kalimatnya terpotong.
"Mungkin maksudmu Kiba-oji?" Ujar Sasori sedikit tak yakin.
"Siapa lagi? Ah ada lagi selain dia!" Seru Toneri dengan wajah kesal.
"Siapa?" Tanya Sasori penasaran.
"Namikaze Naruto" jawab Toneri singkat.
"Dasar tidak sopan, tambahkan oji di akhir namanya" Ujar Sasori kesal.
"Dia bukan pamanku, untuk apa aku manggilnya oji?" pertanyaan retoris.
"Kau lupa akan menikah dengan siapa?" tanya Sasori geram.
"Tentu saja aku akan menikah dengan Shion" jawab Toneri enteng.
"Nah itulah kesalahan mu, Shion masih terkait dengan Namikaze kan?" sebelah alis Sasori terangkat.
"Kau salah senpai, dia Yamanaka" jawab Toneri percaya diri.
"Tapi surainya-"kalimat Sasori terpotong.
"Dia Yamanaka, kau tahu Ino Yamanaka?" tanya Toneri pada senpainya.
"Desainer terkenal yang berasal dari Paris?" jawab Sasori tak yakin.
"Nah, dia itu baa-sannya"
"Kukira dia anak nya"
"Bukan, dia keponakannya. Ino aunty tidak percaya pada pernikahan"
"Kenapa?"
"Trauma mungkin"
"Jawabanmu kurang puas"
"Carilah sendiri, hei bukannya kau ingin cerita?"
"Kau yang memaksaku"
"Sekali-kali tak apa senpai"
"Baiklah"
"Aku sudah melamarnya berkali-kali, namun selalu mendapat jawaban yang sama" Sasori memulainya.
"Kau tidak lelah?"
"Alasanku tetap bersama dengannya hanya karena aku sangat mencintainya"
"Kau telah dibutakan oleh cinta"
"Kau pasti akan merasakannya nanti"
"Maaf saja senpai, itu takan pernah terjadi"
"Sampai saat aku dijodohkan dengan seseorang"
"Kau menerima perjodohan itu?"
"Kau salah, aku menolaknya. Karena aku mencintai dia"
"Lalu apa tanggapan nya?"
"Ini yang membuatku seperti tak berharga, dia hanya diam tak memberi jawaban apapun"
"Ngomong-ngomong, siapa wanita yang akan di jodohkan dengan mu senpai?"
"Uchiha Tenten, coba kau tebak. Jawaban apa lagi yang kudapatkan?"
"Dia menerimamu?"
"Salah,, dia juga menolakku. Sebelum aku menolaknya"
"Wow, itu sangat menyakitkan senpai"
"Sialan"
"Kusarankan kau putus saja dengannya, carilah yang baru. Dan kulihat dia juga seperti tak peduli padamu"
"Aku pernah melihatnya menatap kosong saat aku mengajak nya ke altar"
"Aku memang tak bisa membantumu lebih jauh, tapi satu kali saja kau ajak dia ke altar. Jika jawabannya masih sama, kau cari saja yang lain"
"Hmm, kapan kau berangkat?"
"Besok, aku menundanya sampai besok"
"Terimakasih sudah menjadi teman mengobrol untukku"
"Bukan apa-apa"
***
Mansion Uchiha, Kyoto
Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang Tenten akhirnya sampai di kota kelahirannya. Hazelnya berpendar menatap bangunan megah yang tampak tidak berubah sedikitpun.
"Nee-chan!" teriak seseorang. Tenten menoleh karena mengenali suara itu.
"Ne, kenapa nee-chan tidak memberi tahuku kalau ingin pulang?" rajuk gadis kecil yang memanggil Tenten tadi. Pipinya menggembung lucu serta bibirnya mengerucut, tanda bahwa ia sedang merajuk.
Tenten terkekeh mendengar rajukan sang sepupu.
"Aku pun belum punya rencana sebenarnya, hanya saja Otou-sama meminta-lebih tepatnya menyuruh- ku untuk kembali ke Kyoto" balas Tenten lembut, ia menatap geli Hanabi yang tengah mengangguk-angguk sambil berpose ala detective yang sedang berpikir.
"Mm"
"Memangnya kenapa? Kelihatannya kau tidak senang dengan kedatanganku" ucap Tenten pelan, dalam hati Tenten ingin tertawa melihat reaksi Hanabi yang gelagapan.
"Bukan begitu! Nee-chan aku hanya aku hanya ingin memberi mu kejutan! Ya benar, sebuah kejutan" ujarnya sambil tersenyum lebar.
"Hm? Kejutan? Kurasa itu bukan hal yang buruk. Kau bisa memberi ku kejutan besok, lusa juga tidak apa-apa"
"Eh? Mangnya nee-chan tidak bekerja?"
"Aku mengambil cuti, untuk berlibur sebentar denganmu. Apa kau mau?"
"Tentu saja!"
"Mengobrol nya nanti saja, lebih baik kita masuk dulu" ujar Kiba pelan.
"Daddy?"
"Ya"
"Kenapa daddy tidak memberi tahu ku"
"Kejutan untukmu?" jawab Kiba asal.
Hanabi cemberut saat mendengarnya.
Mereka pum memasuki mansion megah tersebut dan kedatangan mereka disambut hangat oleh wanita cantik bersurai indigo.
Tbc..
Gomen baru update!
Maaf jika bagian ini kurang berkenan dihati para pembaca!
jangan lupa tinggal kan jejak ya?!
Sankyu
Nisadiyanisa090817
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top