Part-39

Jungkook's Pov.

Aku memukul stir mobilku. Aku seperti kesal dan marah.

What?

Kepada siapa aku harus kesal?

Tidak mungkin kepada Jihyo?!

"Arghhh...sialan!" Umpatku.

Aku meremas rambutku secara kasar.

"Seperti inikah namanya cemburu?" Ucapku spontan.

Aku memang memiliki banyak mantan kekasih, tapi semua yang kupacari merekalah yang menyatakan cintanya kepadaku. Aku hanya menerimanya, hanya itu. Jadi, aku pacaran semasa sekolah hanya sebatas status.

Aku memandangi ponselku yang terus saja berdering.

Jihyo?

Aku tidak mengangkatnya, lebih tepatnya aku menghiraukannya dan mensiletnya.

Aku mau merenungkan pikiranku!

Sebenarnya siapa yang ada dihatiku? Siapa yang aku cintai sebenarnya? Siapa yang membuat kehidupanku berubah?

Club!

Aku menancapkan gasnya dan melajukan mobilku dengan kecepatan diatas rata-rata.

Kepalaku hampir pecah memikirkan semuanya. Aku ingin menghilangkan sementara pikiran kalut dengan minum di Club.

Aku mengambil ponselku dan menelepon Jimin, sahabatku.

"Kau temani aku minum"

"Aku tidak bisa! Aku--"

"Aku yang akan membayarnya! Aku akan menunggumu di Club!"

Terdengar helaan napas. "Aku akan kesana!"

Bip.

Aku melempar sembarang arah ponselku. Aku memejamkan mataku.

"Mereka pernah berpacaran? Pantas saja Taehyung sangat perhatian kepada Jihyo! Apakah Taehyung masih ada rasa kepada Jihyo?"

Jungkook's Pov End.

●○●

Jihyo masih menunggu ditaman itu. Matanya terus saja melirik kekanan dan kekiri. Senyum simpul terus saja terukir dibibirnya itu.

"Jam berapa sekarang?" Gumannya pelan seraya melirik arlojinya yang ia kenakan.

07.21

"Dimana dia? Apakah ia lupa bahwa ia akan menemuiku? Tapi kenapa ia tidak mengabariku dan tidak mengangkat panggilan teleponku?" Ucapnya dengan senyum yang mulai pudar yang diganti dengan raut khwatir.

"Apa ia baik-baik saja?" Ucapnya lagi. "Mungkin dijalan sangatlah macet, Jihyo! Dan ia tidak sempat mengabarimu! Jadi, berpikirlah positif" Sambungnya.

Matahari mulai terbenam yang diganti dengannya Bulan serta bintang. Langit-langit kian gelap dan udaranya yang hangat berganti menjadi dingin. Tubuhnya seketika menggigil kedinginan sebab ia hanya menggunakan rok diatas lutut dan baju lengan panjang yang lengannya sedikit transparan.

Jihyo mulai terpikir dengan ucapan Tzuyu. Dimana Jungkook tidak akan datang menemuinya.

Jihyo menatap lekat bulan yang kini muncul. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.

Jungkook tidak datang?

Lebih tepatnya.

Jihyo merutuki kebodohannya menunggu seseorang yang tidak akan pernah datang menemuinya. Ia sudah beberapa kali menelepon dan mengirimi pesan kepada Jungkook tetapi ia tidak mengangkat ataupun membaca pesannya.

"Tidak mungkin ia lupa! Ia dengan sangat jelas tadi mengatakan bahwa ia sudah dijalan dan hampir sampai. Ia memberiku harapan palsu! Kalau memang ia tidak bisa datang? Ia seharusnya mengatakannya agar aku tidak menunggunya sendirian disini seperti wanita bodoh dan gila" Ucapnya yang seperti isakkan. Matanya mulai menangis meratapi kehidupan pernikahannya yang tidak seperti pasangan suami-istri yang bahagia.

Ia pernah merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, tapi itu sudah kandas dan ia bahkan sudah melupakannya.

Dan untuk kedua kalinya, ia harus merasakan Cinta! Dan kali ini, cinta yang tak akan berbalas sebab Jungkook atau suaminya hanya mencintai adik tirinya saja.

Sangat suram!

Itu yang Jihyo pikirkan dan samakan dengan kehidupannya.

"Aku tidak mau menunggu lagi! Aku lebih baik pergi saja dari sini daripada menunggu seperti wanita gila" Ucapnya lagi.

Ia bangkit dari duduknya. Menghapus air mata yang meninggalkan jejak dipipinya dan merapihkan pakaian yang ia kenakan.

Baru dua langkah ia melangkah, sebuah deringan ponsel terdengar dipanca pendengarannya. Ia melihat layar ponselnya yang bernamakan Jungkook.

Jihyo tersenyum miris.

"Ada apa? Kau ingin membatalkannya? Yasudah aku tutup!"

Jihyo yang ingin menutupnya terhenti akibat ucapan dari lawan bicaranya itu yang bukan Jungkook.

"Jangan menutupnya! Kau kesinilah! Suamimu sedang mabuk berat dan aku tidak bisa mengantarnya pulang sebab tunanganku melihat dan menceramahiku disini" Jelasnya sekali napas.

Jihyo memang mendengar dentungan musik Dj Club serta teriakan ricuh dibalik ponselnya.

"Hey! Kau masih disanakan? Cepatlah kesini. Aku tidak tega melantarkannya"

Jihyo sadar dari lamunannya. "Kirimkan alamatnya, aku akan kesana" Jawab Jihyo.

"Oke, cepatlah."

Bip.

●○●

Dentuman irama yang dialunkan Sang Dj disebuah Club malam menggema mengisi ruangan yang penuh dengan pasangan yang sedang bercumbu ria.

Seorang pria terus saja memesan minuman alkohol yang kadarnya sangat tinggi. Ia juga mengoceh tidak jelas.

Pria berpipi temben dengan eyesmile menatap khwatir dan bingung. Bingung untuk menghentikan acara minum yang dilakukan sahabatnya.

"Jimin! Kau lupa! Aku memberimu satu kesempatan agar kau mengubah dirimu dan apa yang kau lakukan disini?" Ocehan demi ocehan didapatkan oleh Jimin dari Tuangannya itu.

Jimin memegang pundak wanitanya itu. "Aku tidak melakukan apapun! Aku hanya--"

"Aku tidak ingin mendengarkanmu!" Potong Mina yang menghentakkan kedua kakinya. Ia berjalan keluar dari Club dengan raut marah dan kesal.

"MINA!" Teriak Jimin yang tidak ditanggapi oleh Mina. "Jungkook, jangan minum terlalu banyak! Istrimu akan datang, maafkan aku karena meninggalkanmu. Sampai jumpa" Jimin menepuk bahu sahabatnya itu dan mengejar Mina yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.

Jungkook yang menangkupkan wajahnya diatas meja kini mendongakkan kepalanya dan menatap kearah Bartender. "Beri aku lagi!" Ucapnya pelan tapi penuh penekanan.

Bartender itu hanya mengangguk dan langsung memberi Jungkook alkohol yang kadarnya sangat tinggi.

Jungkook mengambil gelas itu dan meminumnya. Rasa pahit terasa sangat dalam saat minuman itu masuk kedalam tenggorokannya. Pahit bercampur panas terasa menjadi satu. Baru kali ini Jungkook meminum Alkohol dengan kadar tinggi, pasalnya ia biasanya hanya meminum alkohol dengan kadar rendah saja dan tidak sebanyak kali ini.

Matanya terasa berat dan pusing. Walau begitu ia tetap saja minum dan minum.

"Apakah kau sendirian, Tuan" Seorang jalang mendekat kearah Jungkook. Jalang itu mengelus leher Jungkook dan bermaksud untuk menggodanya.

"Menyingkirlah jalang!" Usir Jungkook tanpa melirik wanita itu.

Merasa kesal, wanita itu langsung pergi dan mencari mangsa baru.

Xox1Club

Nama Club itu, seorang wanita berambut pendek menatap dalam-dalam sebuah club malam yang membuat napasnya sesak.

Tanpa banyak waktu, ia pun berjalan masuk. Baru masuk saja, sudah banyak adegan yang ia lihat dan bahkan ada beberapa pengunjung yang ingin bermain dengannya serta menyewanya.

Lelaki hidung belang! Begitu umpatan Jihyo.

Ia mengendarkan pandangannya diseluruh penjuru Club. Mata bulatnya dengan spontan menatap seorang pria yang sedang minum terus-terusan.

Jihyo berlari mendekat kearah Jungkook. Indra penciumannya sangat menusuk saat ia sudah berada disamping Jungkook.

"Kenapa kau seperti ini, Jungkook?"

"Apa kau pikiranmu sangat berat sehingga kau lebih memilih keclub daripada menemuiku?" Ucapnya.

"Berapa banyak yang ia minum?" Tanya Jihyo pada Bartender.

"Aku lupa, Nona. Tapi dia sedari tadi minum disini" Jawabnya.

"Dia sudah membayar ini semuakan?" Tanya Jihyo lagi.

Bartender itu tersenyum renyah. "Ini club miliknya" singkatnya.

Jihyo membelalakkan matanya. "Eh, Terima kasih, Aku akan membawanya pulang" Ucap Jihyo yang ingin membopong tubuh Jungkook.

"Kau istrinya?" Tanya yang hanya diangguki oleh Jihyo. Jihyo bersusah payah keluar dari Club ini yang sudah membuat perutnya mulas saja.

Dan Jihyo langsung memasukkan Jungkook kedalam Taxi yang tadinya ia gunakan. Ia sengaja menyuruh supir Taxi itu untuk menunggunya sebentar.

"Saya harus mengantarkan Nona kemana?" Tanyanya.

Jihyo berpikir sejenak.

Tidak mungkin ia membawa Jungkook ke Rumah sebab disana ada ibu mertuanya. Jadi ia menyuruh Supir Taxi ini untuk membawanya kesebuah apartemen dimana itu adalah apartemen Jungkook.

Bonus gif :


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top