Part-37

Suara tangisan bayi menggema didalam ruangan Operasi.

Dr. Jung dan Dr. Kim saat ini bernapas dengan lega atas apa yang mereka lakukan.

Pasien yang terbaring lemah itu kini dibawa keruangan ICU VIP atas  keinginan keluarganya. Bayi mungil yang berjenis kelamin laki-laki itu juga dibawah ke inkibator untuk menjalani pemulihan sebab ia terlahir prematur.

Dr. Jung menatap lekat sorot hangat dari mata bulat itu. Ia melepas kaus tangan karet yang melekat dikedua tangannya.

"Aku akan keruanganku Dr. Jung, sampai jumpa" Ucap Jihyo yang diangguki oleh Eunha.

"Sampai jumpa lagi" Ucap Eunha disertai dengan senyumannya.

●○●

Tik Tok Tik Tok

Dentuman suara jam dinding sebuah ruangan yang bernuansa putih. Dahinya berkerut saat membaca sebuah pesan yang masuk beberapa menit yang lalu dari Ponselnya yang ia taruh didalam laci mejanya. Ia memijit pelipisnya yang terasa sangat sakit.

"Apakah Tzuyu yang mengirimnya? Dialah yang sangat tidak suka jika aku bersama dengan Jungkook!" Ucapnya yang menebak-nebak pengirim pesan-pesan yang tidak jelas.

"Tapi, bagaimana ia bisa tahu jika aku akan kencan dengan Jungkook? Apakah Jungkook yang memberi tahunya?" Sambungnya.

Ia menatap keatas sambil memejamkan matanya. "Kau akan terjebak oleh rencanamu sendiri?" Ucapnya yang mengulangi pesan dari ponselnya itu dengan matanya terpejam.

"Terjebak? Apa maksudnya coba? Dia ingin menyuruh Jungkook untuk membatalkannya? akan kurontokkan rambut panjangnya itu" Geramnya.

Ia sangat pusing dikarenakan pesan itu. Ia memasukkan ponselnya disaku jasnya dan berdiri dari duduknya.

"Mungkin segelas Cappucino akan menyegarkan pikiran kantuk yang tiba-tiba datang ini" Gumamnya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari Ruangan ini.

BRAK!

Tabrakan kecil terjadi didepan ruangannya.

"Argh!" Ringis Jihyo yang kepalanya terbentur pintu ruangannya.

Sedangkan orang yang menabraknya hanya jatuh terduduk saja.

"Apakah rumah sakit ini milik Nenek moyangmu? Sehingga kau asal menabrak orang saja" Celoteh Jihyo.

Pria yang terduduk barusan kini berdiri dan menatap sejenak Jihyo. Bukannya membantu atau meminta maaf? Pria itu malah mengoceh dan mengomeli Jihyo.

"Kau yang berjalan tidak menggunakan mata dan kaki! Jangan bilang kau seorang wanita, aku tidak melawan gitu" Cibirnya. Jihyo menatap secara intens pria menjengkelkan itu.

Jihyo berdiri secara spontan. "Yak! Kau yang menabrakku Tuan! Aku hanya mau keluar dari ruanganku dan kau tiba-tiba datang dari arah berlawanan" Jelas Jihyo yang menunjuk-nunjuk wajah pria dihadapannya itu.

"Kau!"

"Apa? Kau ingin menghajarku?" Balas Jihyo.

Ting!

Pria itu mendapat sebuah deringan pesan. Nampak raut wajah kegelisahan dan kekhawatiran yang nampak.

Sambil memegangi ponselnya, ia berlalu begitu saja, meninggalkan Jihyo yang mematung dan bingung.

"Akan aku ingat wajah menyebalkanmu itu" Gumamnya.

Ia berjalan juga, menuju kantin Rumah sakit. Mood dipagi harinya ini sudah hancur berantakan dikarenakan oleh Pesan yang tak masuk akal dan kelakuan kurang menyenangkan dari pengunjung Rumah sakit.

Ia memegang keningnya yang mengeluarakan darah.

Ia ingin marah, kesal, berteriak, serta langsung menjambak-jambak rambut pria barusan. Untung saja terselip hansaplast didalam saku jasnya jadi ia bisa mengatasinya. Ia mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan menaruhnya diatas meja Resepsionis.

"Apa aku bisa membantu, Dr. Kim?" Seorang Perawat mengajukan dirinya untuk membantunya.

Supaya tidak panjang lagi, Jihyo pun menginyakan dan memberi perawat itu hansplast yang berada digenggamannya.

Perawat itu pertama-tama membersihkan noda darahnya dengan sehelai tisue setelah itu, ia pun membuka dan memasangnya secara telaten. "Kenapa bisa begini, Dr?" Tanya perawat.

Jihyo sedikit meringis kesakitan. "Ada kecelakaan kecil tadi, tapi lupakan saja" Ucap Jihyo.

"Selesai" Seru sang Perawat.

"Terima kasih." Ucap Jihyo.

"Sama-sama, Dr! Saya permisi dulu" Pamit perawat itu.

Jihyo mengelus benda yang melekat diluka dahinya itu, kemudian ia pun kembali berjalan menuju tujuannya.

●○●

"Apakah kau tidak memiliki pekerjaan lain selain menemuiku disini, Tzuyu?" Ucap Jungkook yang sudah merasa gerah dengan tingkah Tzuyu, kekasihnya saat ini yang selalu saja datang menemuinya.

"Kenapa? Kau tidak suka?" Tanyanya balik. Ia yang sedang membaca majalah harian disofa, kini menyimpan majalah itu diatas meja dan berjalan mendekati Jungkook yang sedang mengotak-atik laptop.

"Tidak! Hanya saja, aku tidak ingin karyawan-karyawanku mengetahui hubungan ini dan berita itu sampai ditelinga orangtuaku" Ucap yang pandangan matanya masih berfokus ria didepan Laptop.

Tzuyu memasang wajah cemberut. "Terus? Sampai kapan hubungan kita ini kau rahasiakan dari Orangtuamu?"

Jungkook menghentikan aksi tangannya itu. Sorot mata yang tengah lelah itu kini memandangi wanita yang berdiri disampingnya itu. "Aku tidak tahu dan lagipula aku masih suami dari Jihyo!" Ujar Jungkook.

Tzuyu menghela napas pelan. "Yasudah! Cerikan dia dan kita menikah" Ucap Tzuyu santai. Jungkook yang mendengar itu secara spontan membulatkan matanya.

"Tapi sayangnya aku tidak bisa" Balas Jungkook yang tengah memandangi Laptop yang berisikan data-data perusahaan.

"Kenapa kau tidak bisa? Kau suami dan kau sangat berhak mentalaknya" Ucap Tzuyu.

Jungkook tersenyum miring. "Pernikahan ini terjadi diatas bisnis. Perjodohan untuk membuat saling menguntungkan. Sebenarnya kaulah yang berada diposisi Jihyo! Tetapi, yah itu... Jihyolah yang menjadi istriku" Cicitnya.

Tzuyu seperti panas mendengar penuturan Jungkook yang seperti menyindirnya.

"Dan orangtuaku sudah sangat menyayangi Jihyo. Terlebih lagi Mamaku, jadi sangat sulit berpisah dengannya. Mungkin, kalau Jihyo yang meminta pisah denganku? Mungkin bisa" lanjutnya.

"Tapi, kau--"

Ceklek!

"Jungkook! Aku sudah..." Ucapan Jaehwan sang sekretaris Jungkook terpotong saat melihat keberadaan Tzuyu.

"Aku sangat sibuk! Kau bisa pulang sekarang" Ucap Jungkook yang menyuruh Tzuyu untuk meninggalkan ruangannya. Tzuyu menghentakkan kedua kakinya dan mengambil tasnya diatas meja.

Ia menatap sinis kearah Jaehwan yang telah mengganggu percakapannya dengan Jungkook. "Hmm...silahkan keluar, Nona" Jaehwan membukakan pintu untuk Tzuyu.

"Aku bisa membukanya sendiri!" Ucap Tzuyu penuh penekanan. Hingga ia pun pergi dari ruangan Jungkook dan memasuki lift.

Jaehwan kembali menutup pintu. Jaehwan dan Jungkook saling menatap satu sama lain.

Terpancar raut wajah senang di wajah tampan Jungkook. Ia menyuruh Jaehwan untuk duduk didepannya.

"Kenapa dengan dia?" Tanya Jaehwan dengan sunggiman senyum.

Jungkook menaikkan kedua bahunya tanda tak tahu dan tak peduli. "Dia selalu menyuruhku untuk menceraikan Jihyo" Jawabnya.

"Apa lagi? Kau mengiyakannya atau menolaknya?" Tanyanya lagi.

"Aku bilang aku tidak bisa, mana mungkin aku menikahi wanita seperti dia? Terlihat manja, boros, dan licik. Mau merebut suami dari kakaknya sendiri. Sebodoh itukah aku?" Senyum hangat terus terbit dibibir tipis itu.

"Sampai kapan kau akan berakting seperti ini? Aku tidak bisa terus-terusan menyogok sebagian karyawan untuk tutup mulut" Ucap Jaehwan.

"Aku tidak tahu! Ada saatnya aku akan berhenti, nantinya..."

"Iya aku tahu! Tapi kapan?" Kesal Jaehwan dengan tingkah Tuannya ini. Jungkook yang mendengarkan itu hanya mengedikkan bahunya saja.

"Aisssh..." Stress Jaehwan.

Jungkook sekarang menatap beberapa map yang berada digenggaman Jaehwan. "Apa itu?" Tanyanya.

Jaehwan melihat arah pandangan Jungkook yang mengarah kebeberapa map yang ia genggam. "Oh, ini proposal kerja sama yang butuh konfirmasi darimu, sebagian Proposal sudah aku kirim ke Lisa" Jawabnya yang diangguki oleh Jungkook saat Jaehwan memberinya map-map itu.

"Apakah nanti ada pertemuan dengan klien?" Tanyanya yang masih fokus dengan dihadapannya ini.

"Ada. Kau memiliki pertemuan dengan-"

"Cancel dan buat agenda baru" Potong Jungkook.

Jaehwan memasang wajah terheran-heran. "Kenapa? Kau mau bertemu dengan mak lampir itu?" Tebak Jaehwan.

Jungkook menggeleng pelan. "Aku akan kencan dengan Jihyo."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top