Part-20

"Sabarkan aku Ya Tuhan..." batin Jihyo yang tetap bahagia sebab ia akan jalan jalan.

Jihyo dan Jungkook pertama-tama berhenti di sebuah toko pernak pernik yang menampakkan berbagai benda benda khas kota yang terkenal akan menara Eiffelnya.

"Jungkook, bagaimana dengan tas ini? Bagus atau tidak?" Jihyo sibuk memilih-milih tas antara berwarna cokelat dan krem.

"Hm."

"Jungkook! Tas mana yang lebih bagus? Cokelat atau krem? Bantu pleasee." Bimbangnya.

Jungkook mendongakkan kepalanya. "Beli dua-duanya saja" ucapnya enteng yang kemudian beralih menatap sebuah benda berbentuk setengah lingkaran yang didalamnya terdapat menara Eiffel dan sepasang kekasih yang sedang berpelukan. Jika benda itu dikocok maka seketika menara eiffel itu akan dihiasi oleh setitik salju yang berturunan.

Jihyo memang menyukai kedua tas itu, namun setelah ia mengecek harganya, itu membuatnya ingin jantungan. Pasalnya, satu tas saja dapat menyamai uang semester kuliahnya dan dengan entengnya Jungkook menyuruhnya untuk menbeli dua-duanya saja!.

"Masyarakat Perancis memang ingin membuat orang korea Bangkrut!" Ucapnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya tanda masih tak percaya dengan harga satu tas itu.

Karena tidak memiliki uang. Maksudnya uangnya ketinggalan di Korea, jadi ia mengurungkan niatnya untuk membeli kedua tas itu dan bahkan salah satunya.

Ia mendekat kearah Jungkook yang sedang membayar belanjaannya. Belanjaan yang ia tidak ketahui akan isi paper bag itu.

"Jungkook! Kita keluar dari toko ini, yuk!" Ajaknya. Jungkook mengambil paper bag itu dan membayarnya dengan kertas yang bernilai.

"Belanjaanmu kemana?" Jungkook mengamati Jihyo yang tak menemukan benda apa pun yang dipegangnya.

Jihyo menghela napas pelan. "Tidak jadi, malas." ucapnya yang bertolak belakang dengan pengakuan hatinya. Ia memang mengharapkan tas itu, namun ia buang jauh jauh karena memang itu tidak bisa ia dapatkan.

"Mm...kau tunggu aku diluar saja! Ada hal penting yang harus aku lakukan sebentar." ujarnya yang langsung dituruti oleh Jihyo.

Jungkook menyusuri rak rak toko ini dan ia pun menemukan benda yang sedari tadi ia cari. Setelah menemukan benda itu, ia pun berjalan ke kasir membungkus, membayar dan keluar dari toko ini.

"Bagaimana kalau kita ke taman yang tidak akan terlupakan?" Ajak Jungkook langsung saat keluar dari toko.

Jihyo mengangguk seraya memerhatikan beberapa paper bag. "Apa saja yang kau beli?" Tanyanya beriring dengan langkah kakinya.

"Dua tas." Singkat Jungkook.

"Untuk Tzuyu?" Tanyanya lagi.

"Oh, untukmu" Jungkook memberikan paper bag yang berisikan dua tas itu.

Jihyo terpaku dan diam.

Ia tidak percaya.

"Untukku?" Jihyo memastikannya dengan menunjuk dirinya sendiri dan jangan lupakan ekspresi yang sangat lucu itu.

"Untuk gadis dibelakangmu!" Sontak Jihyo berbalik mencari keberadaan sosok gadis itu.

"Terbuat apa pikiran dan otakmu itu? Kau calon dokter tapi kenapa otakmu sama dengan gadis..." Jungkook memberi tanda  silang didahinya yang artinya Sinting atau tidak waras.

"Kau menghinaku?"

"Tidak. Hanya menberimu penjelasan kecil dan tentu saja ini untukmu! Ambil selagi aku masih baik." Perintahnya dan rezeki memang tak boleh ditolak jadi Jihyo pun menerimanya dengan sangat bahagia.

"Terima kasih."

"Hm"

"Ikuti aku! Jangan kemana-mana!" Ujar Jungkook dan Jihyo mengangguk.

Seperti dengan ucapannya barusan. Jungkook akan mengajak Jihyo ke taman nan indah dan bahkan seindah wajah tampan dari Bias sendiri.

Beberapa potret tempat yang mereka lalui untuk menjelajahi destinasy yang ada di kota Paris. Jihyo juga sudah mengeluarkan kameranya dan sudah beberapa gambar yang ia abadikan. Tempat tempat yang menjadi destinasy mereka, seperti...

Versailles, taman yang memiliki 800 hektare dengan hamparan tanaman hijau kanal besar sepanjang 1.670 meter. Ada juga danau yang mempertambah kesejukan taman ini.

Cekrek!

"Wah, keren!" Takjubnya saat mengabadikan ciptaan Tuhan itu yang sudah diberi sedikit polesan oleh manusia.

Menggunakan angkutan yang dikenal dengan Metro de Paris, Jihyo dan Jungkook menuju Museum Louvre, yaitu museum yang dulunya adalah istana kerajaan perancis. Terdapat banyak peninggalan sejarah Perancis disini.

Setelah mereka ke Museum, mereka pun melanjutkan jalan-jalan mereka dan berhenti di depan menara Eiffel.

Walaupun Jihyo sudah melihatnya secara langsung kemarin, tetapi tetap saja matanya tak bosan menatap kagum menara yang sudah berdiri berabad-abad tahun lamanya.

"Ini!" Jungkook memberi Jihyo sbuah tiket.

Jihyo mengambil tiket itu. "Ini apa?" Tanyanya yang secara spontan.

Jungkook menatap malas kearah Jihyo. "Itu tiket! Memang apalagi?!" Kesalnya.

"Aku tahu. Tapi? Lupakan saja." Ujarnya.

"Dasar gadis gila!" Umpatnya yang seperti berbisik namun telinga Jihyo masih bisa mendengarkan itu.

"Aku mendengarnya..." Ia berkacak pinggang, namun Jungkook langsung masuk saja menuju puncak menara Eiffel.

Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong ini. Nampak indah apalagi ditambah dengan ukiran-ukiran arsitektur yang menambah kesan keindahannya.

Butuh banyak waktu untuk sampai dipuncak. Jihyo saja sudah capek nan lelah tetapi paksaan serta ancaman Jungkook yang ingin menjatuhkannya dari atas pesawat membuatnya mau tak mau menurut saja.

Kelelahan dapat tergantikan saat melihat pemandangan Kota Perancis, Paris dari atas menara Eiffel. Begitu pikiran Jihyo.

Baru lima menit mereka disana, Jungkook langsung saja pergi.

"Lah mau kemana lagi?"

"Mau pulanglah. Terserah kalau kau mau tetap disini, aku tidak peduli" Mendengar itu membuat Jihyo kaget. Secara terpaksa, ia hanya mengekori Jungkook yang katanya mau pulang namun malah entah mau kemana.

"Bukannya kita mau kehotel yah?" Tanya Jihyo saat mereka sudah keluar dari menara Eiffel.

Jungkook mengabaikan pertanyaan itu dan memilih berjalan saja. "Pria menyebalkan." umpatnya dalam hati. Jihyo sangat merasakan dirinya yang saat ini seperti orang bego dan bodoh di sini.

"Ini  bukannya toko Le Marais yah?" Tebak Jihyo.

"Tahu darimana?" Tanya Jungkook balik.

Jihyo seketika menunjuk papan reklamenya. "Tuh!" Tawa Jihyo yang berhasil membodohi Jungkook.

"Hahaha, tidak ada macaroon untukmu!" Ancamnya tanpa basa basi.

"Mwo? Kau jahat sekali!" Cemberutnya.

"Bodo!" Jungkook langsung memasuki toko itu dan menghiraukan Jihyo yang terus memasang wajah cemberut.

Sepuluh menit, Jungkook sudah keluar dari toko itu. Jihyo memang tidak ikut masuk. Ia hanya memperhatikan potret-potret yang ada dikameranya.

"Ini!" Jungkook memang baik kali ini. Mungkin efek karena ia sedang sakit. Dan percayalah! Jungkook itu sangat baik, hehehe.

Jungkook memberikan Jihyo sebuah kotak kecil yang berisikan enam macaroon.

Betapa berbinarnya mata bulat itu. Ia mengambil dan memakannya serta tak lupa ia berterima kasih. "Terima kasih, Jungkook" ucapnya yang mendapat deheman saja dari Jungkook.

"Aku lebih suka Jika kau sakit, Jungkook!" Ucapnya sambil berjalan. Walaupun banyak orang yang bilang, kita tidak boleh makan sambil berjalan dan berdiri! Namun, dalam kamus Jihyo itu tak berlaku untuk hari ini.

"Hahaha, sekalian berdoa saja supaya aku cepat mati!" Ujarnya yang hanya ditanggapi senyuman oleh Jihyo.

"Amin...." Batin Jihyo.

"Kita kemana lagi?" Tanya Jihyo.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top