Part-17
Ia seperti marah! Kesal! Dan Juga Geram dengan tingkah Jungkook.
Apakah ini?
Jangan bilang ini.
CEMBURU?
"Tidak mungkin! Itu tidak mungkin dan tak akan mungkin terjadi!" Ucap Jihyo yang membayangkan jika kecemburuan itu memang mungkin.
"Apanya yang tidak mungkin?" Tanya Jungkook yang tiba-tiba saja berada didekat Jihyo.
Jihyo yang kaget secara spontan mengelus dadanya. "Kau mengagetkanku!" Ucapnya.
"Kenapa kau kaget? Hmm...lupakan saja! Dan kau pasti melihatkan tadi. Gadis Prancis saja tak tahan dengan parasku, dan mungkin kau juga akan tak tahan nantinya." Ujar Jungkook.
"Aku? Tidak akan!" Ucap Jihyo.
"Baiklah, kita lihat saja!" Ucapnya. "Namun kusarankan jangan pernah tertarik kepadaku! Sebab yah kau tahulah." lanjutnya.
"Tidak akan dan lagipula aku masih men---" Hampir saja ia membeberkan tentang itu. Untungnya ia masih sadar sehingga ia menahan kelanjutan kalimatnya itu.
Jungkook yang mencerna itu, langsung menatap dalam mata bulat itu. "Masih men apa? Lanjutkan!" Perintahnya.
Otak dari Jihyo sangat berpikir keras saat ini. Ia sedang mencari jawaban tepat atas pertanyaan dari Jungkook. "Owh, itu! Hm...anu---? Eh, Jungkook! Hujan." Seru Jihyo saat rintikan air hujan membasahi tubuhnya.
Bukannya mencari tempat berlindung dari air hujan, Jihyo malah sibuk membiarkan air hujan itu membasahi seluruh tubuh dan wajahnya.
Sedangkan Jungkook, ia melindungi dirinya dengan telapak tangannya itu. Ia mencari sebuah tempat berteduh dan ia menemukan sebuah halte bis.
"Hei, Kau akan sakit!" Secara paksa Jungkook menarik tangan Jihyo yang terus saja bermain hujan.
"Yak! Kenapa kau membawaku kesini? Aku mau main-main hujan, Jungkook!" Rengeknya pada Jungkook. Jungkook tak memperdulikan Jihyo yang terus saja merengek. Ia membuka jaketnya dan menutupi tubuh Jihyo yang hanya berbalut kaos putih berlengankan pendek yang sudah basah akan rintikan hujan. Sedangkan ia hanya berbalut kaos dengan warna hitam.
Jihyo yang diperlakukan seperti itu seketika menatap Jungkook yang berusaha mendinginkan tubuhnya sendiri dengan cara menggosokkan kedua tangannya.
"Bagaimana denganmu? Kau kedinginan Juga. Mm...ini jaketmu, dan kau yang berhak untuk itu" Jihyo hendak membuka jaket yang sudah melekat ditubuhnya. Namun, secara gercak Jungkook menahan gerak Jihyo itu.
"Kau lebih memerlukannya dariku. Kaosmu basah dan terlihat Transparan. Tidak baik gadis sepertimu begitu, yah walaupun ini sudah malam, namun itu tetap saja" Jelasnya yang membuat Jihyo seketika kagum akan sikap Gentleman dari Seorang pria pebisnis macam Jungkook.
Jihyo tersenyum dan kali ini sangat tulus. "Terima kasih." Ucapnya dan Jungkook hanya mengangguk saja.
CTTTARRR! CTTARRR!
Bunyi petir menjadi orang keempat dari mereka bertiga setelah Hujan. Jihyo yang notabenenya sangat takut akan penampakan dan bunyi petir ataupun halilintar, langsung saja memeluk erat tubuh Jungkook. Jungkook yang mendapat pelukan tiba tiba itu, seketika bingung untuk melakukan apapun.
CTTAARR! CTTARRR!
Semakin besar bunyi petir itu, semakin erat juga pelukan Jihyo ke Jungkook.
Melihat suasana seperti ini, Jungkook pun merogoh benda pipih berwarna gold dari saku celananya.
"Kirimkan, aku mobil sekarang!" Ucap Jungkook pada seseorang dibalik ponselnya.
"......"
"Aku Ditaman dekat Menara Eiffel dan aku berteduh di halte bis. Jangan lama-lama, aku tidak suka menunggu!"
Bip!
Jungkook mematikan panggilannya itu dan memasukkannya kembali kesakunya.
Ia sebenarnya ingin marah dan mencibir Jihyo yang seenaknya saja memeluk seseorang, namun entah kenapa, saat Jihyo memeluknya ia mendapat kenyamanan dan ketenangan yang tak pernah ia dapat sekalipun. Sehingga ia mengurungkan niatnya itu.
Petir sudah mulai tak terdengar lagi dan Jihyo masih saja memeluk Jungkook karena takut. Pelukan itu baru terlepas saat Sebuah mobil berhenti tepat dihadapan mereka.
Pipppppp
Sontak mereka berdua yang mendengar itu, langsung saja melepaskan pelukan itu.
Jihyo terlihat salah tingkah dan begitu pun dengan Jungkook. Namun bukan Jungkook namanya jika ia tidak bisa mentutup-tutupi itu.
"M--maaf. Itu tadi refleks!" Gugup Jihyo ditambah dengan kedinginan merambat sekujur tubuhnya.
"Tidak apa, Masuklah kemobil! Sebelum petir datang lagi!" Perintahnya dan Jihyo menurut saja.
Didalam mobil, Jihyo dan Jungkook duduk dibagian belakang dan Sang supir mobil menyetir dibagian depan.
Jihyo terus saja memikirkan adegan dihalte tadi. Memikirkannya terus menerus membuat ia tersenyum bak orang gila jika Jungkook melihat itu.
"Kau kenapa? Sakit? Siapa suruh kau main hujan-hujan tadi. Kau menyusahkanku saja!" Cibirnya yang memperhatikan Jihyo.
Jihyo hanya memberi tatapan sinis kepada Jungkook. "Aku tak pernah menyuruhmu untuk peduli kepadaku. Aku menyusahkanmukan? Yasudah jangan memperdulikanku lagi. lagipula kita sudah sepakat untuk tidak mengurusi urusan masing-masingkan! Dan Terima kasih atas kepedulianmu itu." Ucap Jihyo yang beralih menatap nanar rintikan air hujan.
"Terserah kau saja! Aku tak mau peduli, lagi." Balas Jungkook atas pernyataan Jihyo.
Setelah itu, hening pun melanda diantara mereka berdua.
"Tuan, Sudah sampai." Ucap sang Supir yang berhasil memecah keheningan ini.
Tanpa mengelurkan suara sedikit apa pun, Jungkook pun langsung keluar begitu saja meninggalkan Jihyo yang masih berada didalam mobil.
Jihyo memasuki hotel dan menuju kekamar yang mereka pesan selama dua hari disini.
Ia sudah tak melihat penampakan dari Jungkook. Mungkin ia sudah berada dikamar duluan, pikir Jihyo.
Cling!
Lift terbuka. Ia melangkahkan kakinya kesebuah kamar yang bercetakkan 12JJ0. Ia membuka kamar itu dan ia sama sekali tak mendapatkan Jungkook disana.
"Terserah dia saja. Toh, bukankah dia sendiri yang membuat kesepatan itu!" Gumamnya yang beranjak kekamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya agar ia tak sakit nanti.
Beberapa menit kemudian, setelah selesai mandi dan memakai pakaian tidur, ia pun menuju ketempat tidur. Tubuhnya ingin sekali merasakan empuknya kasur ini. Ia menaikkan selimut sutra itu sampai kedagu dan mencoba untuk memejamkan matanya.
●○●
Jam dinding berwarna hitam berbentuk persegi sudah menunjukkan angka tujuh pagi. Namun, Jihyo belum juga bangun.
"Hatsyi!" Suara bersin dipagi hari membangunkan Jihyo. Masih dalam keadaan mata tertutup, ia mencari sumber suara itu.
"Hatsyi!" Terdengar suara bersin lagi.
Jihyo membuka kedua matanya dan ia menemukan Jungkook yang tertidur diatas sofa tanpa menggunakan Selimut dan masih menggunakan pakaian semalam itu.
Hidungnya terlihat memerah dan ia sedikit bergigil kedinginan. Jihyo sebenarnya masih ingat dengan hal semalam, akan tetapi ia juga melihat keadaan Jungkook. Jihyo sendiri tak mau dicap sebagai istri yang malas dan tak peduli terhadap keadaan suaminya.
"Hatsyi!" Bersin itu membuyarkan lamunan Jihyo dan seketika ia sangat terkejut saat melihat Jungkook yang ngos-ngosan.
"Kau tidak apa-apa, Jungkook?" Ia memegang dahi Jungkook yang sangat panas. "Kau demam! Dan kenapa kau--?!" Bingung Jihyo.
"ambilkan obatku yang ada dilaci" Ujarnya sambil memegang dadanya. Ia juga terus mengambil napas panjang.
Tanpa basa basi Jihyo mencari sebuah obat yang seperti yang dikatakan Jungkook.
"Hah! Jungkook mengidap asma?" Kaget Jihyo saat menemukan inhaler.
"Jihyo!" Panggilnya. Jihyo memberikan Inhaler itu namun Inhalernya habis.
"Shit! Habis!" Umpatnya dalam keadaan seperti ini.
"Aku akan mengambil air minum dan tetaplah tenang" ucap Jihyo yang ke dapur untuk mengambil air minum.
Jungkook hanya mengangguk sambil terus saja mengambil napas dan membuangnya. Ia mengambil ponsel yang ia letakkan dilantai dan menelepon seseorang.
"Kak! Kau ada dipariskan?"
"..."
"Asmaku kambuh lagi dan stok obatku habis. Datanglah kehotelku, Kak. K'S Hotels" Ucap Jungkook.
"...."
Bip.
Telepon itu selesai, dan Jihyo pun kembali dengan Air putih yang ia genggam .
Ia menyuruh Jungkook untuk minum namun gelas yang Mereka berdua pegang, sontak terjatuh dan pecah.
PRANG!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top