Part-02
Seorang gadis sedang membaca sebuah buku kedokteran yang sangatlah tebal. Ia membaca buku itu, sambil menunggu kehadiran adik tirinya di cafe dekat tempat pemotretannya.
Ting!
Kau pulanglah! Aku sudah tidak lapar lagi. Tapi terserah, jika kau mau menunggu ku atau apa.
Kalimat itu membuat gadis bermata bulat ini sangat kesal. Kesal kepada Tzuyu! Adik tirinya.
"Kenapa dia baru mengirimkanku pesan saat makanan sebanyak ini sudah berada diatas meja?" Monolog Jihyo dalam hati.
Ingin rasanya Jihyo mencekik Tzuyu di saat ini juga. Saat ini, Jihyo terlihat sedang berpikir sangat keras bagaimana cara menghabiskan makanan yang berada dihadapannya. Pasalnya, satu porsi saja sudah membuatnya kenyang dan ini? Dua. Jihyo bukanlah Momo, teman setimnya yang rakus akan mendengar dan melihat makanan.
Dan bersamaan dengan itu juga, Jihyo melihat sahabat kesayangannya plus kakak iparnya yang baru baru saja memasuki Cafe.
"Rose!" Panggil Jihyo yang membuat Rose mendekat.
"Apa yang kau lakukan disini? Dan banyak sekali kau memesan makanan." Ujar Rose yang langsung mendudukkan dirinya.
"Ini semua gara-gara dia" jawab Jihyo.
"Dia? Oh Tzuyu" Jihyo hanya berdehem saat Rose menyebutkan nama Tzuyu.
"Dia membuatmu kesal lagi?" Tanya Rose.
Jihyo menhela napas kasar. "Hm, Dan dia menyuruhku untuk menemani dan bahkan memesankannya makanan. Tetapi setelah makanannya sudah disajikan, dia baru mengirimkanku pesan untuk menyuruhku pulang sebab dia tak lapar lagi" Jelas Jihyo yang membuat Rose mengerutkan dahinya.
"Aku bingung, Kenapa kau mau saja menuruti kemauan Tzuyu? Kalau bisa dilihat lihat, kau seperti pembantunya." Rose meminum jus avocado milik Jihyo dan kembali menatap wajah Jihyo.
"Kau tahukan bagaimana sifat Ayahku? Jadi, mau bagaimana lagi. Dan oh iya, Kakak ipar! berapa usia kandunganmu sekarang? Aku sudah tidak sabar untuk melihat Chan Junior" Seru Jihyo.
Rose hanya tersenyum bahagia saat Jihyo menanyakannya tentang itu. "Berjalan tiga bulan. Aku dan Ayahnya juga sudah tidak sabar untuk menanti kelahirannya" Rose mengusap-usap perutnya secara perlahan-lahan.
Jihyo seketika tersadar jika ia memesan banyak makanan. Ia langsung melirik kakak iparnya dan berniat untuk menawarkannya makanan ini.
"Rose, kau makanlah ini! Biar anakmu sehat dan kuat nantinya" Ujar Jihyo.
Rose yang mendengar itu, menatap lekat sahabatnya yang bahkan sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri . "Ini untukku?" Tanya Rose yang mendapat anggukan dari Jihyo.
"Terima kasih. Aku akan makan, jika kau juga makan. Jadi, selamat makan" Entah kenapa, nafsu makan Rose semakin bertambah saat Jihyo menawarinya makanan. Sebenarnya Rose kesini berniat untuk mengajak Chan atau suaminya untuk makan. Tetapi mungkin, Chan sangat lama dan bayi didalam kandungannya tidak suka menunggu. Jadi ia lebih memilih untuk makan bersama Jihyo saja.
"Baiklah, selamat makan juga." balas Jihyo yang entah kapan sumpit sudah berada ditangannya.
Mereka berbincang bincang banyak hal. Sedikit info, Rose dan Jihyo itu sudah bersahabat dari Zaman dimana mereka masih polos dan belum tahu apa-apa.
"Kau tidak menungguku, Sayang? Apakah kau sangat lapar sehingga menunggu suamimu ini tidak bisa?" Tanya Seorang Pria yang baru saja datang dan bergabung di meja ini.
Sedangkan Rose yang melihat suaminya itu, hanya bisa menyengir saja.
"Mungkin." singkat Rose yang melanjutkan makannya.
"Chan! Bagaimana kabarmu?" Tanya Jihyo pada Chanyeol.
Chanyeol yang mendengar suara sepupunya seketika tersadar jika sepupunya itu memang berada di Cafe ini. "Baik, aku hampir melupakan adik tembemku ini." Chanyeol mencubit pipi tembem milik Jihyo yang membuat sang empunya sangat kesal.
"Rose, Lihat suamimu ini! Di sangat menyebalkan!" Protes Jihyo yang membuat Rose hanya geleng geleng kepala.
Rose menepuk tangannya di atas kursi yang pas disampingnya. "Duduk dan diamlah Chan! Jangan menggangu Adikku!" Kata Rose yang menatap kearah Chan, suaminya.
Chan yang merasakan hawa hawa tidak menyenangkan, hanya diam dan ikut memakan makanan yang disajikan diatas meja.
DRTTT!
"Halo, Ini Park Jihyo"
"....."
"Hm, oke. Aku akan pulang"
"....."
"Iya, Ayah. Aku akan pulang."
Bip.
"Paman?" Tanya Chan yang melihat Jihyo berdiri dan memasukkan semua bukunya ke dalam tas.
"Iya. Aku disuruh pulang" Jawab Jihyo atas pertanyaan Chan.
Rose melap mulutnya dengan tissue dan ia meminum kembali es avocado milik Jihyo. "Kau ikut saja dengan kami!" Tawar Rose saat selesai dengan minumnya.
Jihyo hanya tersenyum simpul tetapi ia berniat untuk menolak hal itu karena ia tidak ingin menyusahkan orang lain. "Tidak, terima kasih. Aku akan pulang sendiri dan Sampai Jumpa kakak-kakak tersayang Jihyo" Jihyo langsung berlari kecil meninggalkan mereka berdua yang hanya menatap dengan raut wajah masing masing.
"Aku kasihan dengan Jihyo" Ujar Rose yang nafsu makannya mulai menghilang sebab ia hanya mengaduk-aduk Makanannya saja.
"Kasihan kenapa? Aku lihat di Fine fine saja" Ucap Chan yang tak mengerti Ucapan dari Rose.
"Kamu ih bagaimana sih! Kesal deh bicara sama kamu. Lebih baik aku ke Boutique saja!" Rose menghentakkan kakinya dan berlalu meninggalkan Chan yang bingung karena apa.
"Begini nih, kalau istri lagi hamil. Kebawa perasan melulu." Batin Chan yang masih setia dengan duduknya.
"Chan! Kamu kok nggak ngejar aku sih? Kalau begini, kamu tidur luar saja nanti, sekalian temani nyamuk yang butuh belain kasih sayang!" Rose yang berhenti sebentar, langsung melanjutkan langkahnya lagi.
Sedangkan Chan yang baru sadar jika istrinya lagi marah entah apa, ia memutuskan untuk berlari mengejar istrinya sekaligus ibu dari anaknya.
●○●
Like a bulldozer, like a tank, like a soldier.
Kowasu yo kimi no kokoro no gaado.
Hitotsu nokorazu ubau yo haato.
Kimi ga suki yo.
Zettai honmei yo.
Hachikiresou na omoi subete.
Uchiaketai no negai komete.
Ia sudah sampai di depan rumahnya dan langsung masuk kedalam. Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar percakapan Ayahnya dengan seseorang dibalik Telepon.
"Maaf Tuan Kim. Putri bungsuku menolak menikah dengan putra anda, dikarenakan dia ingin fokus dengan karirnya" Ucap Ayah Jihyo.
"Kau tahukan bagaimana kekuasaan ku bisa merubah seketika kehidupan seseorang jika ada yang tidak menurut dan bahkan menolak sesuatu dari keluarga KIM?"
"Maaf Tuan, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa..."
"Bukankah kau masih punya Putri lagi? Dan untuk menutupi kesalahan dari Putri bungsumu itu! Mau tidak mau, Putri Sulungmulah yang harus menikah dengan Putraku!"
"Tapi saya belum bisa mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengan Putri saya, Tuan..."
"Apakah kau lupa? Lupa akan sebuah hutang beberapa tahun silam? Ingat! Hanya dengan cara ini agar kau bisa terlepas dari hutang-hutang itu dan aku pastikan, Usahamu akan berjalan dengan mulus jika kau menyandang sebagai besan dari Keluarga Kim".
"Baiklah, Aku setuju. Putri sulungku akan menikah dengan putramu!" Putus Ayah dari Jihyo yang membuat Jihyo diam membeku.
Deg!
Apakah ayah menjualku? Itulah di pikiran Jihyo sekarang.
BRAK!
Jihyo menjatuhkan barang yang berada diatas meja, sehingga membuat Ayah dan Ibu tiri Jihyo terkejut.
"Jihyo?!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top