Chapter 12 - Rayuan Bulan Purnama part 1
Chapter 12 – Rayuan Bulan Purnama part 1
mau sweet-sweet an dulu sebelum konflik, jangan lupa vote dan coment, terimakasih bagi yang sudah membaca.
Derek
"Kalian tidak mempunyai masalahkan, Ibu perhatikan kalian semakin jarang berbicara, bahkan tidak bertatap muka, apa terjadi sesuatu di antara kalian ketika Ibu pergi minggu lalu?"ujar Ibu memecah keheningan. Saat ini kami sedang makan bersama. "Tidak ada Bu"jawab Michela, "Syukurlah, jangan banyak pikiran ya Michela, bulan depan kau akan melahirkan"ujar Ibu, "Ya Bu, aku mengerti"ujarnya lesu. Aku hanya diam dan memperhatikan wajahnya yang sendu.
Sejak kejadian itu kami benar-benar saling diam. Padahal aku susah payah mencari mawar merah ke hutan. Bodohnya aku menuruti kata Sean, tidak ada ranjang bergoyang seperti yang di katakan Joy, yang ada kami berkelahi membuat kamarku berantakan. Bahkan seminggu ini dia tidur di lantai, walaupun akhirnya aku memindahkannya ke ranjang, yang berujung ketika dia bangun, dia akan memakiku, sebegitu jijikkah dia tak ingin di sentuhku?
"Derek" panggil Ibu, aku menoleh dan tak sengaja memandang Michela, dia langsung memalingkan mukanya, cih, "Sebaiknya kau ajak Michela keluar, berjalan itu membantu memudahkan proses kelahiran kelak"ujar Ibu, "Ya, Bu"jawabku singkat.
***
"Kau dengarkan Ibu tadi berbicara apa"seruku kepada Michela, saat ini kami berada di kamar, dia hanya mengangguk, "Kalau kau ingin berjalan, ayo, jika tidak ya sudah, yang melahirkan kan dirimu"seruku ketus, "Ya, aku mau Derek"ujar Michela.
***
Tak terasa kami berjalan hingga menjauhi kawanan, wanita vampire itu terus saja melangkah, melewati rerumputan dan pepohonan yang basah, karena sehabis hujan. Aku berjalan di belakangnya, memperhatikannya berjalan yang kesusahan karena perutnya yang besar itu.
"Sruuk" Michela nyaris saja tergelincir, dia menginjak kubangan, aku langsung memegang bahunya "Hati-hati jika melangkah"ujarku, "Jangan sentuh aku"ujarnya ketus melepaskan tanganku. "Oke, jika tergelincir lagi tidak akan aku bantu ya"ujarku tak kalah ketus.
***
Michela
Seminggu ini keadaan kami makin memburuk, aku benar-benar muak dengan tingkah Derek, aku sudah berusaha menjauhi dirinya. Aku sengaja tidur di lantai, agar Derek tidak menyentuhku, tapi selalu saja, dia memindahkanku ke atas ranjang, tidak bosan apa dia ku maki.
Saat ini aku dan Derek berjalan, sesuai perintah Ibu, katanya berjalan membantu proses persalinan. Rerumputan dan pepohonan yang habis terkena hujan memang sangat menyejukkan, walaupun ini malam, tapi tetap saja segar.
"Sruk"sial aku nyaris tergelincir, karena memasuki kubangan.
"Hati-hati jika melangkah"ujarnya memegangi bahuku, "Jangan sentuh aku"ujarku ketus. "Oke, jika tergelincir lagi tidak akan aku bantu ya"ujarnya tak kalah ketus. "Siapa sudi di bantu olehnya, pria kasar, pemerkosa, penyiksa, pembawa bunga, ayah dari anakku, aduh Michela, dua kalimat terakhir bisa kau enyahkan dari kepalamu tidak"ujarku di dalam hati.
"Kenapa diam?" tanya Derek, "masih mau berjalan atau pulang?"tanyanya lagi. "Jalan"ujarku. "Kau sebenarnya mau ke mana ? atau jangan-jangan kau mau kabur ya? Kembali ke kastilmu itu?"ujar Derek, "Diam"jawabku kesal.
"Aku mendengar suara air, aku penasaran, apa ada mata air di sana"jawabku. "Kau ingin ke sana? Ya ada sungai di sana, airnya hangat, ayo"ujar Derek memegang tanganku, "Jangan pegang, aku bisa sendiri"ujarku, "Maafkan hamba, tuan putri Michela"ujar Derek melepas tanganku, "tapi kau harus benar-benar perhatikan langkahmu, bebatuan dan tanah begitu licin, karena sehabis hujan"ujarnya, aku tak menjawab dan melanjutkan jalanku.
***
Langkahku terhenti tatkala aku mendengar lolongan tunggu tak hanya satu , ada dua bukan ada banyak lolongan. "Kenapa berhenti tuan putri?"tanya Derek, "Bisa berhenti memanggilku tuan putri?"ujarku kasar, " Kenapa berhenti Michela ?" ulangnya lagi, "Suara apa itu?"tanyaku, "lolongan werewolf, kau tak pernah mendengarnya?"jawab Derek, "aku juga tau itu lolongan kaummu, tapi mengapa banyak sekali"tanyaku lagi.
"Kau lihat itu"seru Derek, menunjuk langit malam, ah indah sekali bulan purnama ,"Sedang bulan purnama"ujar Derek, "Apa hubungannya bulan purnama dan lolongan?"tanyaku lagi, "Kau tak tahu Michela?"seru Derek, aku menggeleng, "Ya tuhan, apa saja yang kau pelajari di kastil"ujarnya lagi, aku hanya diam menunggu jawaban Derek, "Bulan purnama itu saat yang tepat untuk kaumku mencari pasangan"jawabnya, "ya begitulah, bercinta, membuat keturunan"jawab Derek lagi, sial aku salah bertanya.
Lagi-lagi terdengar lolongan, lolongan ini terdengar dekat, Derek kali ini berhenti melangkah dan membuat lolongan panjang, baru kali ini aku mendengar lolongan Derek, sangat tegas, "Apa yang kau lakukan?"tanyaku, "Aku hanya memberitahukan, aku sudah punya pasangan"ujar Derek, ya, tuhan, pasangan, maksudnya aku kah?, Michela sadarlah, pria ini tipu muslihatnya banyak.
"Ayo, masih mau ke sungai atau tidak?"serunya membuyarkan lamunanku, aku mengangguk dan melangkah lagi.
***
Kami terus berjalan menuruni bukit, untung saja malam ini bulan purnama, jadi pandangan semakin jelas, walaupun Derek telah membawa obor di tangannya.
"Sruuukk, Brukk"
Aku tergelincir, tubuhku terguling, dapatku rasakan tubuhku tergores ranting dan bebatuan, dengan cepat aku menurunin bukit ini, sakit sekali, aku memejamkan mataku. "Michelaaaaaa"Derek berteriak.
Ketika aku membuka mata, aku melihat Derek, "Kau tak apa Michela?"tanyanya, "Ya tuhan, kau berdarah, sekujur tubuhmu luka, baju dan badanmu kotor semua, Ibu pasti akan membunuhku"ujar Derek gusar, aku melihatnya panik, memang sakit, tapi tidak terlalu, aku tersenyum mendapati dirinya mencemaskanku.
"Michela, apakah, apakah perutmu baik saja?"tanya Derek lagi-lagi cemas dia terus meneliti luka di tubuhku, bahkan mengusap-ngusap perutku. Aku ingin tahu reaksinya aku jahili dia saja "Aw, Derek perutku sakit sekali, anak kita, aw, anak kita"ujarku pura-pura meringis dan memegangi perutku. "Bagaimana ini, Michela, apa mungkin kau akan melahirkan, tidak ada waktu lagi, kita harus kembali"ujarnya cemas, dan membopong tubuhku.
Aku tertawa, sungguh wajahnya ketika panik, lucu sekali, seorang Derek yang arogan dapat juga cemas. "Mengapa kau tertawa?"ujarnya, "Sial, jangan bilang kau mempermainkanku"ujarnya kembali menurunkan diriku dari tangannya. "Maaf Derek, ternyata kau bisa cemas juga"ujarku. "Jangan bergurau lagi Michela itu tidak lucu, terlebih jika berkaitan dengan anak kita"ujarnya memalingkan muka.
***
Derek
Sial, wanita vampire ini mengerjaiku, rasanya aku akan mati tadi, ketika melihatnya mengeluh kesakitan, dia tak tahu saja, betapa paniknya aku, begitu dia tergelincir jatuh.
"Derek, kau masih marah?"tanyanya, aku hanya diam, "Derek, maafkan aku"ujarnya lagi dan dia mendekap tubuhku dari belakang, aku terkejut, apa ini hatiku menghangat "Jangan kau ulangi lagi Michela"ujarku buru-buru. "Ya, Derek"ujarnya, "namun, bisakah kita ke sungai air hangat tersebut? Aku rasa, aku harus mandi, seluruh tubuhku kotor, bukankah kau tak mau jika Ibu membunuhmu jika melihatku seperti ini"ujar Michela.
Benar yang ia katakan, aku membalik badanku dan membopongnya, "Apa yang kau lakukan Derek"ujarnya terkejut, "Membawamu ke sungai, jangan membantah, aku tahu kau masih sakit"ujarku.
.....Bersambung.....
(tinggal satu part sweet lagi sebelum menuju konflik, nantikan terus ya, terimakasih bagi yang sudah membaca)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top