Chapter 10 - Mawar Merah

Chapter 10 – Mawar Merah

Mau sweet-sweet an dulu sebelum konflik, jangan lupa vote dan coment, terimakasih bagi yang sudah membaca.

Michela

Dia mengajakku menari, aku sudah menolaknya "aku tidak bisa menari"ujarku, tapi dia berujar aku berbohong "aku tahu kaum vampire sangat pandai menari, apalagi dansa, terlebih kau adalah seorang putri, bukankah itu bagian protocol kerajaan"serunya kepadaku, aku menatapnya tajam, mulutnya pandai juga berbicara, tak ada salahnya aku menerima ajakannya "baiklah"ujarku, kemudian mengulurkan tangan.

Kaki kami melangkah seiring ketukan nada, gerakan mudah hanya maju dan mundur, tangannya mendekap diriku. Oh tuhan, kami berpelukan. "Derek, apa ini tidak terlalu dekat?"seruku, sungguh aku dalam posisi sangat cangguh, hatiku berkecamuk, untuk apa pria ini memperlakukanku manis. Sadarlah Michela, dia telah menyiksamu, memperkosamu, tidak ada kebaikan dalam dirinya, terlebih lagi dia itu werewolf. "Tidak apa-apa"serunya, bukannya mengendurkan pelukan, dia malah mempererat dekapan ini, sehingga wajahku berada di lehernya.

Aku menelusuri lehernya, telinga, rambutnya yang hitam dengan potongan pendek, rahangnya yang tegas, dagunya, bibirnya, hidungnya yang mancung , bola matanya yang hitam dan tegas, dengan alisnya yang cukup tebal. Mata kami saling bertemu, aku rasa dia menyadari aku menatapnya, cukup lama kami di posisi seperti ini. Hanya saling tatap tanpa ada kata yang terucap.

Hingga ku rasakan dia menciumku, aku terkejut dan mencengkram bajunya.  Oh tuhan, ini salah, aku menikmatinya, aku menikmati ciuman pria ini, werewolf yang telah menodaiku. Aku harus mengakhiri ini, sebelum aku hanyut lebih dalam, aku harus menegaskan pada diriku sendiri ini salah, kalian berbeda kaum. Aku membuka mataku dan mendorong bahunya kasar, "Maaf Derek"ujarku dan kemudian menjauhinya.

Derek

"Maaf Derek"ujarnya, dia menolakku, dan menjauhiku.

Malam itu kami tidur saling memunggungi, tidak ada pelukan maupun usapan halus yang selalu ku lakukan, dia lagi-lagi menolakku. Ingin sekali aku bertanya mengapa dia menolakku, tapi aku tidak berani, biarkan saja seperti ini.

Ku pikir hanya hari itu dia seperti ini, namun keesokan hingga dua minggu terlewati kami bagai perang dingin.

Michela

"Aku pergi"ujarnya di pintu rumah, "Ya"jawabku sekenanya. Dua minggu ini kami terlibat perang dingin, aku sangat tidak ingin berbicara dengannya, tidak ingin memandang wajahnya, aku tidak ingin tenggelam dalam perasaan yang salah ini.

"Michela, mengapa kau melamun?"ujar Ibu kepadaku, "Ah tidak bu, aku hanya memikirkan persalinan kelak"ujarku berbohong, "Tenanglah, kau pasti bisa kelak Michela, ibu yakin itu"ujar Ibu menggenggam tanganku.

"Ah"aku mengeluh kesakitan, sejak awal bulan ini aku merasa dadaku sakit, dan terasa membengkak. "Kau kenapa Michela?"tanya Ibu, aku masih mengeluh kesakitan, aku mendekap dadaku, "Dadaku sakit Ibu"ujarku meringis, tak lama aku merasa bajuku basah. "Ya tuhan, baju mu basah Michela"seru Ibu, "aku rasa susumu sudah berproduksi Michela"seru Ibu lagi, "Ibu yakin , kelak cucu Ibu tidak akan kekurangan gizi jika ASInya sebanyak ini"seloroh Ibu. Aku hanya tersenyum.

"Aku ingin kembali kekamar Bu"ujarku, "Baiklah Michela, sebaiknya kau kompres dadamu dengan air hangat, itu akan mengurangi bengkaknya"ujar Ibu. Aku mengangguk.

"Maafkan Ibu ya nak, ketika kau lahir kelak, ibu tidak bisa memberimu ASI, ibu harus kembali, jika tidak, akan terjadi peperangan besar, ibu tidak ingin itu terjadi"ucapku kepada anak di kandunganku.

***

Derek

"Aku pergi"ucapku di ambang pintu, "Ya"ucapnya singkat, lagi-lagi dia tidak memandangku.

Seharian ini aku begitu tidak focus, tak satupun buruan yang berhasil ku tangkap. "Hei, kau melamun terus"ujar Sean di sampingku, "Biasa Sean, sepertinya masalah rumah tangga"ujar Joy, aku tidak menanggapi godaan teman-temanku ini. "Tuan angkuh, sebaiknya kau luruhkan egomu, jika ada masalah, bicarakan dengan dirinya, benar tidak Joy"seru Sean lagi. "Ya, sangat benar, bicara baik-baik, ungkapkan dari hati ke hati, masalah selesai , kemudian ajak dia ke ranjang, dan terus..,terus apa ya Sean"ucap Joy , "Terus, ranjang bergoyang, hatipun senang"ujar Sean, yang diakhiri tawa mereka berdua, "Dasar, kalian gila"ujarku, kemudian meninggalkan mereka.

"Tunggu Derek, kami hanya bercanda, kau terlalu serius"ujar Sean mengejarku, "Ya Derek, kau tahu sendirikan, temanmu ini sering bergurau, jangan marah"ucap Joy. Aku menghentikan langkahku, "Jadi aku harus bagaimana? Dia menolakku, dia mengacuhkanku"ucapku lantang, "Tuh kan, benar masalah rumah tangga"ucap Joy, sial aku kelepasan berbicara.

***

Mau tidak mau aku menjelaskan masalahku dengan Michela kepada kedua teman gilaku ini. "Ya seperti yang sudah ku bilang, kurangi egomu, kau harus mulai berbicara duluan dengan dirinya"ujar Sean, "Jadi aku harus duluan memulainya?"tanyaku, kedua temanku mengangguk. "Baiklah, aku duluan pulang"ujarku, aku putuskan malam ini aku harus berbicara dengannya, aku juga tidak tahan berdiam diri seperti ini, sungguh bukan seperti diriku.

"Derek"teriak Sean dari kejauhan, "Berikan dia juga bunga, mungkin setelah itu akan ada ranjang bergoyang"teriaknya menggema, yang diikuti tertawa Joy. "Sinting"ujarku menjauh dari mereka.

***

Aku memasuki rumah, hari telah gelap. Rumah tampak sepi, aku melewati makan malam, pasti Ibu akan memarahiku. Ah, aku lupa Ayah dan Ibu petang tadi pergi mengunjungi Clara di perbatasan, hanya Michela di rumah. Di tanganku terdapat beberapa tangkai mawar merah. Sial, aku menuruti perkataan Sean.

Aku memasuki kamar, wanita itu belum tertidur, "Kau sudah pulang?"tanyanya, "Ya"ucapku, sangat basa-basi sekali percakapan kami, "untukmu"ujarku menyerahkan bunga kepadanya. Dia tercengang "terimakasih"ujarnya mengambil bunga itu dan meletakkannya di dalam gelas, yang kebetulan berada di atas meja. Ku lihat dia tersenyum sambil menghirup aroma mawar itu.

Setelah meletakkan bunga, dia kembali ke atas ranjang, aku mengikutinya menaiki ranjang.

Michela kembali tidur memunggungiku, aku sungguh tidak tahan dengan sikapnya. Aku mendekap tubuhnya, sehingga dadaku bersentuhan dengan punggungnya, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, hal yang sangat ku rindukan mengusap perutnya, merasakan tendangan anakku. Namun, Michela menahan tanganku. "Kenapa"ujarku akhirnya memecah keheningan.

"Hentikan Derek, ku mohon hentikan semua perlakuanmu"ujarnya, aku membalik badannya, dapat ku lihat airmatanya menetes, aku menyeka air matanya.

"Ada apa Michela? Mengapa kau menolakku"ujarku lagi, "Kau tak boleh mendekatiku"ujarnya, "Sadar Derek, kita berbeda"ujar Michela lagi, aku tersentak benar kita berbeda, apa yang sudah ku pikirkan. "Apa arti aku di matamu Michela?"ucapku, "Kau tak lebih dari seorang pemerkosa, bajingan"ucapnya, "tatap aku jika berbicara, katakan lagi kalimatmu tadi" ujarku berteriak, "Kau dengar, kau tak lebih dari seorang pemerkosa"ucapnya garang dengan taring nya yang keluar, namun air matanya tak luput dari penglihatanku. "Kau bukan pendusta yang ulung"ujarku, kemudian aku menciumnya.

Michela

"Kau bukan pendusta yang ulung"ujarnya , kemudian menciumku, aku tidak boleh terbuai oleh ciuman ini, sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya,tubuhnya terhempas, jatuh ke lantai. Ku tampakkan taringku, aku melompat dan menduduki badan Derek, aku mencekik lehernya.

Dia mencengkram tanganku yang berusaha mencekiknya, kami saling beradu, "Jangan paksa aku untuk melukaimu Michela"teriaknya, "Diam kau bajingan"teriakku, aku kembali mendorong tubuhnya, dia tersungkur. Derek membalasku, dia melemparkanku ke ranjang, tak habis akal aku melempar gelas berisi mawar pemberiannya, pecahan gelas itu mengenai dahinya. Dia diam menatapku, aku rasa dia marah, mawar pemberiannya aku rusakkan. Derek berubah menjadi werewolf, dia mencakar bahuku. Aku meringis kesakitan, Derek mendekatiku, aku siap jika nyawaku di renggutnya.

Aku dapat merasakan nafasnya, aku memejamkan mataku, dia memegang bahuku hingga kurasakan basah, apa ini, Derek menjilat lukaku. Aku membuka mataku, Derek telah mengubah dirinya menjadi wujud manusia, "Maaf"ujarnya, dia terus menjilat lukaku, kemudian dia menciumku.

Ini salah, ini salah, tapi ini memabukkan, bolehkah aku egois kali ini saja. 

Dia melepaskan ciuman itu, mata kami saling bertemu, nafas kami saling menderu. "Jangan lagi kau katakan kalimat itu, jika kau sendiri tak sanggup mengucapkannya"ujarnya, dan kemudian mengecup keningku.

"Ayo kita tidur"ucapnya, aku mengangguk, dia mendekap diriku, dada kami saling bertemu, "Jangan halangi aku untuk memelukmu"ujarnya, aku hanya terdiam. Di mana akal sehatmu Michela, mengapa kau takluk kepada makhluk ini, kau semakin lemah Michela, lemah, ujarku pias di dalam hati.

.....Bersambung.....

Maafkan sedikit aneh kalo vampire punya ASI, imajinasi ini melintas saja di benakku, biarin aja ya, namanya juga cerita. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top