Mencoba Memahami

Harum melati menguar di kamar pengantin. Naysilla baru saja selesai melepas kebaya dan semua aksesoris pengantin yang ada di tubuhnya. Setelah perias dan dua orang karyawannya keluar, Saka masuk ke kamar tersebut. Pria itu pun sudah berpakaian santai.

Sejenak Naysilla mencoba mengendalikan perasaan kakunya karena tiba-tiba sekarang dia berada di kamar berdua saja dengan pria yang begitu lama dicintainya. Terlebih ketika Saka menutup pintu kamar.

Naysilla menarik napas dalam-dalam.

"Kamu nggak pengin buka kado-kado itu?" tanya Saka saat menghenyakkan tubuhnya di sofa.

"Eum ... oke!" balasnya mengangguk dengan helaan napas lega. Dia lalu mendekat ke tumpukan kado yang berada di sudut kamar dekat dengan meja rias.

Saka tersenyum tipis kemudian ikut berjalan mendekat. Satu per satu kado dibuka. Senyum cerah Naysilla terukir. Sesekali ada tawa kecil saat ada kado berisi sesuatu yang membuatnya riskan. Terlebih Saka di sampingnya ikut menyaksikan kegugupan sang istri.

"Lusi!" gumamnya seraya menggeleng saat membuka kado dari sahabatnya.

Tak ingin membahas isi bingkisan dari Lusi, cepat Naysilla menyelipkan lingerie hitam itu di balik tumpukan kado yang sudah dibuka. Saka yang mengetahui hal itu, menarik bibirnya singkat kemudian muncul ide nakalnya.

"Apa itu, Nay?" tanyanya menelisik tangan Naysilla yang masih menggenggam baju tipis berbahan satin itu.

"Bukan apa-apa," balasnya dengan mengulum senyum.

"Bukan apa-apa? Kenapa disembunyikan?"

"Nggak. Nggak disembunyikan kok!"

Kedua alis Saka terangkat, dengan senyum dia bertanya, "Yakin nggak disembunyikan?"

"Iya. Nggak disembunyikan. Kamu kenapa sih?" Naysilla semakin panik.

"Coba lihat!"

"Iih, Mas! Bukan apa-apa!" Kali ini wajah Naysilla mulai memerah karena Saka tahu apa yang ada di pikirannya.

"Mas? Kamu panggil apa aku barusan?" Saka tersenyum lebar.

"Nggak suka aku panggil seperti itu?" Naysilla balik bertanya.

"Suka dong! Suka banget malah! Tapi aku boleh lihat apa yang kamu coba sembunyikan itu?"

Naysilla menggeleng cepat.

"Kenapa? Malu? Aku tahu kok apa isi kado dari Lusi. Lingerie, kan?"

Mata Naysilla membulat sempurna dengan pipi merona.

"Iya, kan?"

Naysilla bergeming, desir halus menyapanya saat Saka sudah berada sangat dekat dengannya.

"Kamu nggak perlu memakai itu sekarang. Kamu tenang aja."

Saka tersenyum kemudian mengusap pipi istrinya.

"Aku mau kita bicara banyak malam ini, Nay. Meski kita sudah lama saling kenal, tapi ... sudah lama juga kita nggak komunikasi, kan?"

Naysilla mengangkat wajahnya membalas pindaian mata Saka.

"Maksud kamu?"

Saka menghela napas panjang kemudian kembali tersenyum. "Ikut aku!" Dia meraih tangan Nasyilla mengajaknya ke balkon.

Saka mempersilakan istrinya duduk di kursi berukir kemudian dia mengikuti.

"Nay."

"Ya?"

"Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Mau membuat orang tuaku bahagia." Saka menatap gelap langit yang berhias bintang.

"Maksud kamu?" Perempuan bergaun panjang berwarna merah muda itu menoleh.

"Iya. Mereka aku rasa nggak salah memilihmu untukku."

Naysilla masih mengamati Saka dengan kening mengernyit.

"Apa itu artinya ... kamu nggak bahagia, Saka?" selidiknya mencoba mencari jawaban dari sikap dan pernyataan sang suami.

"Bukan begitu, Nay, tapi ...."

"Tapi apa? Kamu nggak pernah mencintaiku, kan?" tandas Naysilla kali ini dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan begitu, Nay. Aku mau belajar mencintaimu. Kamu nggak keberatan, kan kalau aku berusaha mencari jawabannya sekarang?"

Seperti ditusuk sembilu, Naysilla merasa dadanya perih. Perlahan matanya dipenuhi air hangat yang mendesak ingin tumpah. Terjawab sudah keraguan yang dirasakan belakangan ini. Perasaan ragu akan cinta Saka padanya, meski perhatian pria itu selayaknya orang yang jatuh cinta.

"Nay, jangan nangis, please!" Saka mengulurkan tangan untuk mengusap air mata istrinya.

Naysilla menggeleng cepat kemudian membuat jarak.

"Aku tahu. Aku tahu ini akan terjadi. Aku tahu kamu cuma kasihan sama aku, kan? Kamu mau menerima usulan mamamu karena kamu merasa aku memiliki pamrih, kan?"

"Bukan begitu, Nay. Aku mau kita lebih bisa mengenali satu sama lain. Aku juga ingin memastikan bahwa ...."

"Cukup! Berbuatlah sesukamu! Aku nggak akan menuntut banyak. Aku hanya ingin ibuku merasa pilihannya benar!"

Saka memijit pelipisnya lalu menggeleng.

"Nay, jangan salah paham dulu. Aku cuma ingin memastikan perasaanku, Nay. Aku nggak mau kamu kecewa."

"Jujur, aku nggak mau kehilangan kamu, Nay."

"Cukup, Mas. Aku paham. Aku mengerti apa yang ada di kepalamu. Kamu itu egois, tahu!"

Naysilla bangkit dari duduknya.

"Kamu jahat! Kamu jahat sama aku, Mas!"

Seraya mengusap air mata yang tumpah, Naysilla meninggalkan Saka masuk ke kamar.

"Nay, tunggu, Nay! Please, aku mohon kamu dengar baik-baik penjelasanku, Nay." tuturnya ikut bangkit dan meraih lengan istrinya.

Saka menggeleng saat mereka saling berhadapan.

"Kamu hadir saat aku benar-benar merasa jatuh, Nay. Kamu datang saat aku merasa nggak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memahami. Aku bahagia kembali bertemu kamu, dan aku sangat berterima kasih untuk semua itu," ungkapnya lirih dengan mata tak beranjak dari paras Naysilla.

Perlahan Naysilla mencoba melepaskan lengan dari cekalan Saka.

"Nay, bisa, kan? Bisa, kan kamu memberikan ruang untukku supaya aku yakin dengan perasaan ini?"

Naysilla tak menjawab, dia kembali melangkah masuk. Matanya menatap kotak kecil dan amplop yang diterima suaminya saat acara tadi.

Teringat kembali ucapan perempuan yang dipanggil Saka Clara. Naysilla yakin perempuan dan pria di sampingnya tadi adalah teman dekat Venina dan Saka. Mengingat itu semua, membuat Naysilla merasa dadanya sesak.

Sentuhan di bahu dan suara rendah Saka mengejutkannya.

"Nay."

"Apa yang kamu mau dari semua kejadian ini, Mas?"

"Aku mau kita jalani berdua. Aku mau kamu ...."

"Berpura-pura bahagia? Sementara aku dari lubuk hati terdalam memang merasa bahagia meskipun awalnya aku takut!" potongnya membalikkan badan menghadap sang suami.

"Takut, Nay? Apa yang kamu takutkan?"

"Aku takut kamu sakit, Mas!" Naysilla menarik napas panjang kemudian membalas tatapan pria di depannya.

"Aku tahu kamu nggak mencintaiku. Aku tahu kamu hanya tidak nyaman karena merasa berhutang padaku, dan aku juga tahu kamu cuma kasihan padaku setelah sadar bahwa aku sudah lama jatuh cinta padamu!" imbuhnya lagi.

"Nay, dengar! Setelah aku sadar jika kamu sudah lama memiliki perasaan padaku, aku jadi bertanya-tanya ...."

"Apa?"

"Apa kamu tulus ikut berduka karena kepergian Venina dan kehancuranku atau ...."

"Atau apa?"

"Sebaliknya. Kamu bahagia karena kegagalan semua rencana indahku!"

"Kamu sakit, Mas!" balasnya dengan suara bergetar.

Naysilla tak sanggup menyembunyikan kekesalannya, tanpa disadari tangan kanannya terangkat dan mendarat di pipi Saka begitu saja. Tentu saja kejadian itu membuat Saka terkejut dan tak menyangka jika perempuan bermata indah itu berbuat di luar dugaannya.

Sementara Naysilla justru tak kalah terkejutnya, dia menatap Saka dengan mata berkaca-kaca seolah menyesali perbuatannya barusan.

"Maaf, Mas! Maaf aku nggak sengaja ... aku ...."

"Cukup, Nay. Sudah malam. Kamu istirahat aja. Selamat malam!"

Saka melangkah menuju sofa dengan memegang pipinya yang terlihat memerah. Pria itu lalu merebahkan diri di sana. Sementara Naysilla masih berdiri mematung di tempatnya tadi dengan paras menyesal.

**

Naysilla membuka matanya perlahan, sejenak dia mengerjap mengenali di mana dia tertidur semalam. Menyadari bahwa dia tak berada di kamar pribadinya, cepat Naysilla bangkit dari rebah. Matanya menyisir seluruh ruangan, sambil mengingat kejadian semalam.

Tatapannya berhenti di sofa yang kini telah kosong, Saka tak di sana. Akan tetapi, terdengar suara gemericik air di kamar mandi, Saka berada di sana. Naysilla memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa berputar.

Semalam setelah pertengkaran yang tak berujung, dia tak bisa memicingkan mata meski telah berusaha. Hingga subuh tiba barulah Naysilla bisa tertidur sebentar sebelum akhirnya terbangun kembali.

Pelan dia bersandar di bahu ranjang, mengubah rileks supaya peningnya hilang. Dia harus salat Subuh sebelum akhirnya nanti mungkin dia harus turun, karena ini hari pertamanya berada di rumah sang mertua.

"Kamu kenapa, Nay?" Suara Saka mengejutkannya. Tanpa dia sadari pria itu sudah berdiri di sampingnya dengan mengenakan bathrobe.

"Nggak apa-apa!" jawabnya singkat.

"Kamu sakit?" tanyanya seraya mencoba menolong Naysilla yang berusaha untuk bangkit.

"Nggak!" balasnya sambil mencoba membuat jarak.

"Nay?"

"Aku mau ke kamar mandi. Aku nggak apa-apa!" tolaknya berjalan meninggalkan Saka.

**

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top