Bertemu
Mengenakan baju lengan panjang, berwarna biru langit sepanjang lutut. Tas tangan putih, sepadan dengan sandal flat serta bando berwarna serasa menghias kepalanya, Naysilla terlihat sangat manis.
Di tangannya kotak besar berisi cheese cake strawberry buatan sendiri yang siap diberikan kepada Aini. Santi yang juga hendak pergi ke pengajian temannya tersenyum melihat sang putri.
"Cantik banget anak Ibu!"
Menggerakkan bola matanya ke arah suara lalu tersenyum.
"Siapa dulu dong ibunya ...."
Santi melangkah mendekat kemudian mengusap bahu Naysilla.
"Ibu mungkin belum kenal sama Tante Aini, tapi sampaikan salam Ibu untuk beliau ya, Nay."
Naysilla mengangguk seraya tersenyum.
"Iya, Bu. Eum ... Nay berangkat dulu ya, Bu. Ibu beneran nanti berangkat bareng teman-teman Ibu?"
Santi mengangguk.
"Mereka telepon tadi katanya sudah di jalan. Sebentar lagi juga sampai, Nay."
"Kalau gitu, Nay bawa mobilnya ya, Bu."
"Iya, Sayang."
**
Menyungging senyum, Naysilla turun dari mobil setelah merapikan rambut dan memoles lipgloss di bibirnya. Dia datang untuk Aini, bukan untuk Saka. Karena Naysilla telah bertekad untuk mengabaikan perasaan dan mulai memikirkan apa yang akan dilakukan untuk masa depannya. Resign, dan memiliki sebuah coffe shop kecil di pinggir kota adalah impiannya.
Terlebih sejak tanpa sengaja dia kenal dengan Edgar di sebuah toko buku beberapa waktu lalu. Dari pria bermanik tajam itu dia bisa sedikit bertukar pikiran tentang segala hal yang berbau bisnis.
Naysilla membuang napas perlahan lalu melangkah memasuki area pesta yang digelar di halaman belakang kediaman Saka. Bersyukur dia gak melihat mobil pria itu di garasi. Itu berarti Saka tidak di rumah.
Akan tetapi, agak aneh bukan jika pria yang belum bisa move on dari masa lalunya itu tidak ada di pesta mamanya? Atau mungkin Saka akan membuat kejutan atau bisa juga pria itu justru menarik diri kembali untuk berbaur dengan orang banyak. Naysilla menggeleng cepat seolah membuang segala hal yang berhubungan dengan Saka di kepalanya.
"Sayang! Naysilla ...,"seru Aini saat dia baru saja memasuki area pesta.
Sejenak Naysilla kikuk karena hampir semua yang sudah datang di tempat itu mengarahkan mata kepadanya. Terlebih Aini sendiri yang langsung datang dan menyambutnya hangat.
"Selamat ulang tahun, Tante. Semoga sehat dan bahagia selalu," tuturnya seraya menyerahkan kotak yang dia bawa.
"Terima kasih, Nay! Kamu kok repot? Kan Tante udah bilang, nggak usah bawa apa-apa," ujarnya setelah menerima bingkisan dari Naysilla.
"Nggak repot, Tante. Cuma cheese cake strawberry, kok. Semoga Tante suka."
Mata Aini membulat. Dia lalu membuka kotak itu dan berujar, "Biar Tante tebak! Ini buatan kamu?"
Naysilla mengangguk dengan mata berbinar.
"Keren banget ini, Nay! Ini kue kesukaan Tante banget!"
Naysilla memamerkan dekikan di pipi. Sejujurnya dia bingung memikirkan apa yang hendak dia berikan ke Aini. Mengingat dia tidak tahu apa kesukaan mama Saka tersebut. Namun, satu yang dia ingat jika Aini kerap menyambangi 'De Flavor' yang memiliki aneka kue dengan citarasa yang spesial.
"Eh, ayo sini. Ikut Tante!"
Aini meraih tangan Nasyilla mengajaknya duduk bergabung dengan beberapa tamu yang lain. Di sana dia akhirnya bisa bertemu dengan owner 'De Flavour' yang terkenal itu.
Perempuan yang sebaya dengan Aini itu sangat ramah. Dia terlihat terkejut saat Naysilla menceritakan jika setiap akhir pekan dia mengikuti kursus di tempat dia. Karena memang yang mengajar bukan Hetty, tetapi baker andalan mereka.
"Nanti kalau ada pertemuan lagi di kelas. Kamu bisa langsung hubungi saya, Nay! Biar saya yang akan turun tangan mengajarkan kue apa yang ingin kamu buat!" tutur Hetty antusias.
Dipersilakan sedemikian rupa oleh owner 'De Flavor' tentu menjadi kebanggaan tersendiri baginya.
"Kamu simpan kartu nama saya." Perempuan yang menenteng tas seharga mobil Naysilla itu tersenyum ramah seraya menyerahkan kartu namanya.
"Terima kasih, Tante."
"Nasyilla? Kamu di sini?" sapaan seseorang membuat mereka yang mengelilingi meja sontak menoleh ke arah suara.
"Edgar?" balas Nasyilla heran.
"Kalian sudah saling mengenal?" Hetty memindai putranya kemudian beralih ke Naysilla.
"Sudah, Ma. Barusan sih," jawabnya. "Tapi Naysilla orang yang enak diajak ngobrol!" pujinya dengan senyum.
Mendengar ucapan Edgar, Naysilla mengulum senyumnya.
"Jadi kamu udah kenal Edgar, Nay?" tanya Hetty.
"Iya, Tante, tapi Nay nggak tahu kalau ...."
"Ya ngapain harus tahu. Ya kali aku harus menyebutkan nama mama dan papaku. Nggak, kan, Ma?" celetuk Edgar disambut tawa oleh semya yang ada di meja itu.
"Ya, udah! Sepertinya kamu bisa ajak Nay milih menu makan deh di sebelah sana!" timpal Aini. "Selamat menikmati pestanya, Nay! Mama senang kamu datang!" imbuhnya seraya mengusap lengan Naysilla.
"Ayo, Nay!" ajak Edgar.
"Nay ke sana dulu ya, Tante." Dia bangkit dari duduk. Ada hal sebenarnya yang sangat ingin dia tanyakan. Soal Saka! Sejak tadi dia tidak melihat pria itu. Meski ragu, dia tak ingin dianggap Aini melupakan putranya begitu saja.
"Saka di mana ya, Tante? Apa ke luar kota, atau masih ...."
Bibir Aini melebar, sambil menggeleng dia berkata, "Saka terjebak macet. Ada tabrakan di jalan tadi. Tapi udah kok, paling sebentar lagi dia datang."
Mendengar itu, Naysilla menghela napas lega. Lega? Apakah dia lega karena ternyata Saka akan tiba atau lega karena itu artinya dia bisa bertemu dengan pria itu dan melepas rindu?
Naysilla menggeleng cepat saat kembali muncul pikiran soal Saka.
"Kamu kenapa, Nay?" tanya Aini.
"Nggak, Tante," tuturnya seraya tersenyum. "Ya udah, Nay bareng sama Edgar dulu ya, Tante."
Aini mengangguk kemudian tersenyum.
**
Saka menarik napas lega saat mobilnya sudah berada di depan pagar rumahnya. Beberapa mobil sudah berjajar, itu artinya dia sudah sangat terlambat.
Tak ingin menunda, segera Saka memanggil security rumah dan meminta untuk membantunya. Pria yang terlihat lebih muda dari Saka tergopoh-gopoh menghampiri.
"Sandi! Tolong bawakan kotak itu. Aku yang bawa bunga!" titahnya.
Mengangguk, Sandi melakukan perintah Saka.
"Ikut saya!"
Saka melangkah dengan senyum lebar. Sang mama adalah segalanya bagi Saka. Dia bisa menjadi penyeimbang papanya yang terkadang tidak bisa mengendalikan kekesalan padanya jika dia melakukan kesalahan.
Saat baru saja menjejakkan kaki di halaman belakang tempat acara berlangsung, mata Saka terhenti pada dua orang yang terlihat tengah berbincang akrab. Entah kenapa langkahnya tiba-tiba berhenti sehingga Sandi yang berjalan di belakangnya ikut pula berhenti.
Ini kali kedua dia menyaksikan Naysilla bersama Edgar, dan tidak ada yang berubah dari keduanya. Mereka terlihat akrab dan sangat dekat seperti yang dia lihat beberapa hari lalu di toko kue.
"Mas Saka? Kenapa berhenti?" Suara Sandi mengejutkannya.
"Kamu ngapain ikut berhenti?" Saka bertanya gusar.
"Saya ngikutin Mas Saka," balas pria berseragam biru gelap itu.
Menarik napas dalam-dalam, Saka mengangguk.
"Ayo ke sana!" ajaknya seraya menunjuk ke tempat mamanya berada.
Wajah Aini berbinar menatap kedatangan sang putra. Saka memeluk Aini setelah memberikan rangkaian bunga mawar berwarna putih kepadanya.
"Happy birthday, Ma. Semoga panjang umur dan sehat selalu."
"Thank you, Sayang," balas Aini sembari mengusap pipi Saka. "Kamu bawakan Mama kue juga?"
Saka mengangguk. "Semoga Mama suka," ujarnya.
"Mama pasti suka, Saka."
Perempuan paruh baya berkebaya modern itu menyapu setiap sudut tempat pestanya. Mata Aini membulat saat melihat Edgar dan Naysilla dari kejauhan.
"Saka! Itu ada Naysilla di sana. Dia sengaja Mama undang. Habisnya Mama kangen! Ada Edgar juga. Dia teman kamu SMA, kan?"cecar Aini bersemangat.
Saka hanya mengangguk menanggapi. Sebenarnya dia enggan mengingat kemarahan Naysilla yang menurutnya tak beralasan beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, jika dia tak menghampiri seperti yang diinginkan sang mama, tentu akan lebih panjang lagi urusannya. Sudah barang tentu Aini akan kembali mengintegrasikannya seperti saat itu.
"Hei! Kenapa bengong? Udah bergabung sama mereka sana!" tepukan di bahu membuyarkan lamunan Saka.
"Iya, Ma."
Meski enggan, tak urung Saka mengayun langkah ke tempat Edgar dan Naysilla berada.
"Hai, Saka!" sapa Edgar dengan wajah cerah. Dia lalu bangkit dari duduk menyambut Saka.
Pria itu mengulurkan tangan menjabat putra dari Aini itu. Sementara Naysilla justru merasa kikuk dengan keadaan itu. Dia sama sekali tak menyangka jika kedua pria di depannya sudah saling kenal.
"Kenalin ini Naysilla, dia ...."
"Hai, Nay! Apa kabar?"
"Hai, aku baik." Naysilla menyambut uluran tangan Saka dengan senyum rikuh.
Edgar mengerutkan kening mendengar ucapan Saka.
"Kalian sudah saling mengenal?" Edgar menatap keduanya bergantian.
"Kami teman kuliah," timpal Naysilla mencoba bersikap wajar, terlebih saat Saka menatapnya intens.
"Wah bagus dong! Aku suka ini! Kamu tahu, Saka? Naysilla ini orangnya enak diajak ngobrol ya! Dia juga punya ide-ide yang menurut aku keren!" puji Edgar yang membuat lagi-lagi Naysilla kikuk.
Saka hanya mengangguk kemudian mempersilakan mereka untuk kembali duduk. Edgar lalu kembali membuka pembicaraan. Kali ini dia bercerita tentang hal ringan dan lucu yang membuat Naysilla memamerkan dekikan di pipi. Entah kenapa melihat ekspresi bahagia dan tawa Naysilla membuat Saka ikut menarik bibirnya singkat.
**
Colek jika typo ya 🤗😘
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top