Episode 20 Regrets
Sebelum mulai baca, dengerin lagunya yak. Biar meresapi 😁
"Aku dan Honey putus karena kami memang gak sejalan. Bukan karena aku anti komitmen. Terserah dia mau bilang apa, tapi aku nggak seperti yang dia kira. Dan aku kecewa, karena seperti yang sudah-sudah kamu selalu lebih percaya orang lain daripada aku." Janesh meledak mengungkapkan isi hatinya yang sudah lama ia pendam.
Kiran tercekat. Dia benar-benar terkejut melihat kekecewaan yang tergambar jelas di wajah Janesh. Juga, karena dirinya adalah penyebab kekasihnya kecewa.
"Kamu dengan mudah cerita masalahmu sama Dika. Kamu bahagia kalo cerita tentang dia. Kamu nggak pernah terbuka sama aku, kecuali untuk masalah fansku. Dan aku yakin, ada orang lain yang nyuruh kamu begitu. Bukan dari diri kamu." Suara Janesh terdengar lebih putus asa, juga lelah.
"Chef, bukan begitu ...." Bantahan Kiran bahkan sangat lemah. Janesh menggeleng perlahan.
"Lalu, pernikahan? Kamu menyuruhku untuk segera menikahi kamu? Padahal bagaimana kita bisa terikat jika satu sama lain tidak bisa saling percaya? Aku ragu, Kiran. Karena sampai sekarang, kamu nggak pernah sekalipun percaya padaku."
Kiran mulai menangis. "Maafin aku, aku nggak pernah bermaksud kayak gitu. Chef selalu sibuk dan aku nggak mau ganggu. Tapi aku sama Dika, nggak pernah ada apa-apa! Kalo Chef mau, aku nggak akan pernah ketemu Dika lagi!"
Janesh menghela napas. Itu bukanlah yang dia inginkan. Kiran selalu saja melakukan sesuatu untuk membuatnya senang, tanpa J tahu apakah hal itu adalah hal yang disukai oleh Kiran. Lelaki itu sangat benci jika Kiran sampai harus mengorbankan dirinya sendiri demi menyenangkan Janesh. Sampai sekarang, Kiran belum pernah memberi Janesh kesempatan untuk menyenangkan gadis itu. Selalu Kiran yang melakukan ini itu hanya untuk membuat Janesh terkesan. Hubungan ini seperti berjalan satu arah, tanpa Janesh bisa membuat kekasihnya bahagia.
"Lihat, sekarang kamu nangis gara-gara aku. Aku sangat benci kalo aku cuma bisa bikin kamu nangis." Tangan Janesh terulur menyentuh pipi gadis manis itu, mengusap aliran air yang deras mengalir di sana.
Tangisan Kiran meledak semakin keras. "Please, aku nggak mau dengar. Apapun yang Chef mau katakan sekarang, aku nggak mau dengerin! Please. Besok, lusa, atau sebulan lagi ...." Suara Kiran semakin tenggelam dalam air mata. "Please, aku nggak mau ...."
Janesh menunduk, lalu mendongak, seakan berusaha menahan gejolak emosi yang mulai meledak keluar. Lelaki itu sungguh tak ingin menambah kesedihan dalam momen seperti ini, tetapi ia tak mau semakin memperburuk keadaan. Dia lelaki, biarlah dia yang dicap bersalah. Kiran berhak untuk berbahagia, dengan jalan hidupnya sendiri.
"Kiran ..."
"Aku nggak mau dengar! Please, jangan ngomong apa-apa, aku nggak mau! Aku pergi sekarang, kita ... bicara lagi besok." Kiran berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Janesh.
"Kiran, kita harus akhiri semua ini sekarang."
Kiran tercekat dan langkahnya terhenti. Sesuatu yang tak dia inginkan terjadi, nyatanya terjadi. Kiran memejamkan mata, sementara bulir bening semakin menderas membasahi wajahnya.
💔💔💔💔💔
Sebuah kertas undangan berwarna hitam dengan tulisan berwarna emas yang tertera di atasnya tampak elegan. Jantung Janesh mencelus, terutama ketika matanya menangkap nama lengkap yang tertulis di sana. Kirania Aryavedi.
Lelaki itu menghela napas. Sungguh, dia tak ingin membaca detail lebih banyak lagi dari kertas tersebut, tetapi ia paksakan untuk membacanya. Setelahnya, satu tangannya menutupi muka, seakan menyesali semua perkataannya. Masihkah ada kesempatan baginya sekarang?
Reporter masih ramai menyatroni kediamannya, membuat lelaki itu tak berkutik. Dia membatalkan beberapa jadwalnya, demi menghindari kerumunan itu. Lelaki itu sungguh belum tahu apa yang akan dia katakan pada media. Manajer dan timnya sudah rapat dan berdiskusi mengenai masalah ini, tetapi Janesh belum memberi keputusan.
Sekarang, dia harus bagaimana? Lelaki itu menarik napas berat. Undangan itu masih berada di atas meja yang terletak di hadapannya, seakan berusaha menarik perhatiannya meski pun sudah ia abaikan.
Ponsel berwarna hitam yang sedari tadi bergetar, ia acuhkan. Seharusnya ia matikan saja ponsel sialan itu. Tetapi sayangnya, pagi tadi Janesh terlalu penasaran setelah insta story Kiran mengenakan gaun pengantin kemarin, sehingga ia malah menghabiskan waktu untuk stalking. Sekarang sepertinya posisinya yang terbalik. Janesh seperti fans Kiran yang sedang mengintai akun media sosial idolanya.
Yang terakhir saja, batin Janesh. Yang lainnya terlalu terbuka, aku bakal bakar gaunnya. Ah, sial. Kenapa dia malah ikut berkomentar? Memangnya siapa dia di hidup Kiran sekarang?
Kesal, lelaki itu nyaris melempar ponsel. Dia bisa saja tidak terbayang-bayang oleh Kiran, selama dia sibuk. Tenggelam dalam pekerjaan membuatnya tak punya waktu untuk berpikir. Sekarang, setelah membatalkan job, dia punya banyak waktu dan itu sangat menyebalkan. Kenapa wartawan itu kepo banget dengan hubungan asmaranya sih? Mau putus, mau enggak, mau jungkir balik, dia yang menjalani.
Ponselnya berpendar menyala, menandakan ada pesan masuk. Janesh hendak mengabaikannya seperti tadi, karena mungkin saja itu chat dari para reporter yang gigih karena teleponnya tidak dijawab. Sebuah kerja keras yang sia-sia dan memuakkan. Logika darimana, jika Janesh tak mau menjawab cecaran pertanyaan mereka via telepon, maka lelaki itu akan senang hati membalas mereka via chat? Bodoh, sungutnya dalam hati.
Tetapi entah ada dorongan apa, yang menyebabkan lelaki itu bergerak meraih benda pipih di atas mejanya dekat dengan undangan. Pesan masuk itu tampil di layar karena fitur pop up yang dipasang oleh Janesh.
Maafin ayah.
Janesh tersentak. Itu pesan dari ayah Kiran. Untuk apa lelaki paruh baya itu menghubunginya? Bukankah dia ... Janesh menelan ludah. Ah, sudahlah. Semuanya sudah berlalu. Hanya tinggal Janesh yang tenggelam dalam penyesalannya sendiri.
Jemari Janesh mengusap layar dan membuka pesan masuk tersebut.
Maafin ayah. Selama ini ayah sudah salah sangka sama kamu. Hanya saja ayah waktu itu kecewa pada Kiran, yang lebih memprioritaskan bertemu kamu daripada kuliahnya. Tentu waktu itu kamu nggak tahu apa-apa, tetapi ayah bebankan semua kesalahan itu sama kamu. Itu nggak adil. Maafin ayah.
Helaan napas berkali-kali dilakukan Janesh demi menepis semua rasa haru yang membanjiri dadanya. Lelaki itu sungguh takjub bahwa kekerasan hati ayah Kiran bisa luluh setelah sekian lama. Tanpa sadar, benak Janesh kembali memutar memori dimana ia pertama kali bertemu lelaki itu setelah mengungkapkan perasaannya pada Kiran.
"Kamu Janesh?"
"Iya, Pak. Saya Janesh dan saya ..."
"Jadi kamu, cowok yang bikin Kiran di DO?" Ayah Kiran menatap Janesh dengan perasaan tidak suka yang kentara.
DO? Jadi Kiran drop out dari kuliahnya? Tapi bagaimana bisa? Janesh memandang ayah Kiran dengan bingung.
"Saya ... sungguh nggak tahu, Pak." Janesh tak hendak membela diri atau menjilat, tetapi ia jelas tak ingin membuat lelaki itu salah paham.
"Dan kamu pacaran sama Kiran sekarang?" Ayah Kiran menatap dengan tatapan menyelidik.
Janesh mengangguk. "Ya, Pak. Dan tentu saja, dengan izin Bapak, saya juga ingin hubungan ini bisa melangkah ke jenjang yang serius."
Lelaki itu tetap menampilkan ekspresi dingin. "Saya nggak sudi. Saya nggak akan izinkan. Sampai kapanpun, saya nggak mau kamu menikahi Kiran. Silakan pergi, selamat malam."
💔Episode20💔
Assalamualaikum Bossque 😉
Haduh gini ini ya, resiko yang harus ditanggung sama Janesh. Siapa yang masih setia sama tim Janesh-Kiran? Atau yang keukeuh sama tim Dika-Kiran? Terus si Brie pegimane dong? 😅
Ceritanya abis ini udah mau bubar ya, mungkin tinggal 6-7 episode lagi. Aku emang nggak terlalu suka bikin cerita yang panjang-panjang, apalagi sampai ratusan bab, karena alurnya bakal nggak jelas entar. Walaupun aku pengen juga, cerita ini bisa lebih lama, nggak cepet tamat 😁
Mungkin ... bisa nulis sekuel atau prekuel atau spin off, tapi embuh bisa lancar atau enggak hehehe 😅
Ya udah. Sambil nungguin cerita ini update lagi, atau aku berubah pikiran buat manjangin cerita ini, kalian bisa lah tengok cerita terbaruku yang judulnya The Heiress's Intrigue. Mungkin kalian bakal jatuh cinta sama Sunny, yang rada pinteran dikit daripada Kiran #ups
Oke, makasih buat support vote dan komennya ya! Tunggu kejutan apa lagi di episode berikutnya, semoga kalian nggak jantungan ya Bossque. Kadang kalo aku bosen, aku suka nyiksa karakterku 😅😅😅
Makanya biar nggak bosen, ramein komentarnya ya. Pasti kubalas kok meski kadang slowres, liat kesibukanku juga. Baca komen kalian ini bisa jadi hiburan buatku juga lho. Follow Instagram aku juga ya @dreamydhiaz di sana kadang aku share skrinsyutan komen, atau update terbaru hehehe #authorgabut
See you next episode, Bossque
Assalamualaikum
Love,
DhiAZ 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top