zestien
Aku menjalankan kendaraanku dengan kecepatan sedang. Aku merasa tidak harus terburu buru untuk sampai ke sana. Aku ingin Mariz dapat menikmati perjalanan ini dengan nyaman.
Sebelum pergi aku menjemputnya. Ayah dan Ibu Mariz melepas kami dengan senyum. Aku tahu, pasti Ayah dan Ibuku telah menghubungi mereka ketika aku berkemas.
Aku memilih mengajaknya berlibur ke pantai. Di samping aku akan sedikit demi sedikit melakukan therapy untuk traumanya, pantai juga merupakan tempat favouritenya. Aku mendapatkan informasi ini dari Dewi.
" Apa tidak masalah kau mengambil cuti hanya karena ingin mengajakku berlibur?" Tanyanya tiba tiba.
Aku menolehnya, mengalihkan tatapanku dari jalanan di depanku. Aku menggeleng, lalu kembali menatap jalanan di depanku.
" Aku sudah meminta temanku untuk menggantikanku. Kalau untuk perusahaan, ada Hugo assistenku yang mengurus. Semua aman." Jawabku sambil sesekali meliriknya. Gadis itu terlihat mengangguk.
Lalu suasana kembali hening. Gadis itu terdengar menggumam tidak jelas. Tapi ketika ku dengarkan dengan seksama, dia sepertinya sedang bersenandung. Pelan sekali.
" Bernyanyilah lebih keras. Aku ingin mendengarnya."
Ucapanku membuatnya terkesiap. Dia menatapku. Wajah itu menampakkan rona memerahnya. Aku menatapnya sekilas dengan senyum.
" Ayo, bernyanyi lebih keras. Biar aku tidak mengantuk." Ucapku. Dia mencibir.
" Hari masih pagi, dokter. Aku rasa kau juga biasa mengendarai mobil dengan jarak yang jauh. Alasanmu tidak masuk akal." Ucapnya dengan suara datar. Aku tersenyum, aku suka mendengarnya bicara sedikit panjang.
" Baiklah. Alasanku salah, aku hanya ingin mendengar suara merdumu." Ucapku ringan.
" Aku tidak bisa bernyanyi. Suaraku jelek. Tidak merdu sama sekali."
Wajah datarnya menatapku sinis. Aku membalas tatapan itu dengan senyum.
" Siapa yang berkata seperti itu, aku akan memarahi orang itu. Aku pernah mendengar suara merdumu."
Aku menatap sekilas Mariz yang sedang menatapku dengan mata memicing.
" Kapan kau mendengarku bernyanyi?" Tanyanya kemudian. Aku tergelak.
" Setiap melihatmu bergerak dalam tarianmu, aku selalu mendengarmu bernyanyi dan suaramu teramat merdu. Aku sangat suka sekali mendengarnya. So please, sing for me."
Suaraku sedikit memohon. Gadis disebelahku terlihat menunduk. Lalu dia menelan salivanya untuk membersihkan tenggorokannya. Maka terlantunlah lagu merdu yang membuatku mengumbar senyum. Aku meresapi setiap alunan nada yang begitu pas terdengar di telingaku. Aku yakin kini, dia gadis multi talent itu.
Lalu ketika suara itu mengakhiri lantunannya. Aku manatapnya. Menatap wajah memerah dengan mata yang kini berbinar indah itu. Geriap sendu tak kentara lagi. Aku merasakan desiran halus menyelusup memasuki lubuk hatiku. Jantungku berdetak tak beraturan seolah menyoraki rasa senang yang kini memenuhi dadaku. Aku bahagia.
Tanpa sadar aku menepikan kendaraanku. Aku ingin menatapnya lebih lama. Lebih leluasa. Aku ingin menikmati lagi suara merdunya sambil menatap wajahnya. Menatap matanya yang beriak memancarkan binar indah.
Aku menangkup wajah yang merona itu. Menengadahkan sedikit lalu di hadapannya aku berucap lirih.
" Kau tahu sayang, aku benar benar jatuh cinta."
" Aku..aku..ehm.." Gadis itu tergagap.
" Ssttt...diamlah. Biarkan aku menikmati wajah berbinar dengan rona merah yang cantik ini."
Aku memajukan wajahku. Meraup bibir yang sedikit terbuka itu. Aku melumatnya lembut. Aku tahu dan merasakan tubuh gadis itu bergetar. Aku mengusapnya lembut. Lalu aku merasakan dia tenang, bahkan menerima ciumanku walau belum membalasnya.
" Belajarlah untuk menerimaku, untuk mencintaiku. Aku tahu itu sulit karena aku pun merasakannya. Tapi tolong dengarkan aku, Aku benar benar mencintamu. Tulus. Aku tidak ingin kau mengingat terus masa lalumu itu."
Aku berbicara pelan dihadapan wajahnya. Matanya merebakkan butiran bening. Aku menghapusnya segera. Aku mencium jejak air mata itu. Aku mengusap lembut kedua belah pipinya.
Aku kembali melajukan kendaraanku. Aku mendengar kembali nada merdu terlantun. Aku menatapnya sekilas dengan senyum.
Hanya tinggal sekitar satu kilo meter lagi kendaraanku akan memasuki tempat tujuan. Suasana ciri khas pantai sudah terlihat. Pohon kelapa yang menjulang, pasir putih yang berserak di tepian jalan. Harum air laut seolah telah merasuk penciumanku.
Aku kembali menatap sekilas gadis cantik yang kini terpejam sambil menghirup napas panjang. Aku tahu, dia sedang menghadirkan bayang suasana pantai yang disukainya. Lalu aku mendengar dia bergumam dengan wajah senang.
" I really love the smell of beach."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top