drieëntwintig
Aku menatap raut cantik yang masih terpejam setelah aku melakukan Hipnoterapi. Wajah itu terlihat tenang. Aku mengusap lembut pipinya. Senyumnya tersungging. Napasnya terhela. Aku malah seolah terbius dan mendekatkan wajahku. Bibirku menyentuh lembut bibirnya.
" Dokter, Aaah..maaf..maaf.."
Suara pekikan Jennifer membuat kami menoleh ke arahnya. Aku menatap garang wanita itu, sementara Mariz langsung tersipu dengan wajah meronanya. Jennifer langsung berbalik keluar dan menutup pintu dengan sedikit keras. Aku menyeringai karenanya.
Aku beranjak kembali ke bangkuku dan Mariz seolah masih malas, tetap merebah di sofa bed. Aku masih menatapnya dengan sayang. Mariz mengerling manja.
Tidak begitu lama terdengar ketukan di pintu. Aku sedikit berteriak mempersilahkan masuk. Tampak seraut wajah penuh riasan Jennifer melongok. Dia sedikit salah tingkah menatapku dan Mariz bergantian. Lalu dia melangkah ragu ragu menghampiriku, tangannya terulur menyerahkan data pasien. Aku melihatnya sekilas. Lalu menatap Jennifer
" Dia sudah menunggu di luar, boleh kupersilahkan masuk sekarang, dok?" Tanya Jennifer sambil menatapku lekat.
Aku memalingkan mukaku menatap Mariz yang sedang menatap kami dengan tatapan seolah ingin membunuh. Aku mengulas senyum, senang melihat tatapan cemburunya yang begitu sarat akan kepemilikan di sana. Dia mencibir. Aku jadi tergelak. Jennifer yang merasa tidak dihiraukan segera beranjak.
" Disuruh masuk saja sekarang." Ucapku sebelum Jennifer hilang dibalik pintu.
Pintu ruanganku kembali terbuka, memperlihatkan sosok seorang lelaki tinggi dengan rambut acak acakan dan pakaian yang tidak terlalu rapi. Aku menatapnya tapi lelaki itu memutar pandangannya mengarah ke sofa bed tempat Mariz merebahkan tubuhnya. Mata lelaki itu berkilat. Sementara Mariz terlihat menegang. Dia segera tersentak duduk. Matanya nyalang menatap lelaki itu. Tubuhnya terlihat bergetar. Rona wajahnya memperlihatkan rasa ketakutan.
Lelaki itu dengan langkah cepat menuju ke arah Mariz, dia memeluk gadis itu yang langsung berteriak keras. Aku terlambat menyadari langkahnya.
" Shit!!!" Makiku keras.
Aku segera menghampirinya lalu menariknya kasar. Amarahku langsung memuncak.
" Brengsek. What are you doing?" Teriakku. Sebelah tanganku merengkuh Mariz dan sebelah lagi mendorong tubuh lelaki itu.
" Baby, baby..my Angel..please, forgive me. Angel, jangan lagi menolakku. Angel, maafkan aku." Ceracau lelaki itu. Air matanya merebak. Dia mengacak ngacak rambutnya. Lelaki itu berjongkok sambil menangis.
Sementara Mariz bergetar dipelukanku. Tangisnya pecah. Aku merengkuhnya dan mengusap lembut tubuhnya.
" Jennifer..Jennifer.." Aku berteriak dalam kondisi marah dan cemas. Aku begitu kacau.
" Angel, aku salah. Aku telah memaksamu. Aku tidak mau kehilanganmu." Suara lelaki itu mirip rintihan.
Mariz menggelang dalam pelukanku. Dia terisak. Aku masih mengusap lembut punggungnya.
" Kalau kau tidak memaksa pun aku tidak mau. Kau telah menghamili Erica, David. Nikahi dia." Suara Mariz terdengar lirih dan penuh tangis. Hatiku merasa sakit mendengarnya.
" Aku tidak mencintai Erica, Angel." Lirihnya. Lelaki itu terisak. Kedua tangannya tertangkup di depan dadanya.
" Tapi kau menghamilinya, David. Aku membencimu David, aku sangat membencimu. Kau membuatku kotor, David. Aku membenci diriku sendiri."
Suara Mariz berteriak tidak terkontrol. Aku memeluknya erat. Kecemasan menghampiriku. Aku tidak lagi bisa menenangkan diriku.
Lalu ketika Jennifer membuka pintu, aku langsung menatapnya garang.
" Minta security untuk membawa pasien ini kembali ke ruangannya. Aku akan membereskannya nanti." Ucapku dengan nada penuh amarah.
Takut takut Jennifer mengangguk kemudian berlalu dengan cepat. Tidak lama kemudian dia kembali dengan seorang security dan dua orang perawat laki laki.
Aku memeluk erat tubuh Mariz yang masih bergetar hebat karena rasa takut dan tangisnya. Aku mengecupi sayang puncak kepalanya.
" Aku kotor. Aku kotor. Dia bahkan menghamili Erica lalu meniduriku. Dia memperkosaku. Aku tidak mau melakukannya. Aku jijik."
Suara tangis pilu disela ucapannya yang seolah tercekat membuatku teramat sakit. Perih sekali terasa di hatiku. Aku menatapnya lembut.
" Listen to me, dear. I love you. Aku tidak peduli dengan keadaanmu. Aku tidak peduli. Kau tetap gadis suci untukku. Aku tidak mau mendengar kau mengatakan itu lagi. Kau tidak kotor sayangku. Tidak sama sekali dan aku akan menikahimu, segera."
Aku membisikan kata kata itu di telinganya sambil terus mengusap lembut punggungnya dan menciumi keningnya. Aku teramat mencintai dan menyayangi gadis dalam pelukanku ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top