dertig

Two and half years later

Sebuah Art Gallery memajang berbagai macam lukisan. Dengan tema yang beragam. Seorang wanita cantik dengan dress merah menatap lukisan dihadapannya dengan mata berbinar dan senyum terukir di wajahnya.

Sesekali wanita itu mengusap lembut penuh sayang perutnya yang terlihat membuncit. Lalu tangannya terlipat manis di dadanya.

" Hei, cantik. Duduklah. Jangan terlalu lelah, kasihan bayi dalam perutmu."

Aku menghampirinya, dengan menggendong seorang bayi berusia satu setengah tahun. Lalu aku segera mengecup sayang pipi wanita cantik itu.

Wanita itu tersenyum lalu menuju ke sebuah bangku yang ada di tengah ruangan.

" Lukisan itu yang paling kusuka." Ucapnya riang.

Telunjuk lentiknya menunjuk sebuah lukisan seorang bayi lucu yang sedang tertidur pulas.

" Lukisan jagoannya Mom." Ucapnya lagi sambil mencium pipi gembul jagoan lucu yang kini berpindah kepangkuannya.

" Aldric, jangan nakal. Duduk yang baik. Kasihan dede bayi di perut Mom, okay."

Peringatanku dianggukinya dan menghadirkan tawa pelan Ibunya. Aku menatap dua kesayanganku itu dengan senyum lebar.

" Mariz, selamat untuk pamerannya. Kau seorang pelukis berbakat. Aku suka sekali dengan lukisan taman bunga liar itu." Ucap sebuah suara yang berada tidak jauh dari tempat kami duduk. Seorang wanita dengan seorang gadis kecil berada di sisinya.

" Erica, senang kau bisa datang. David tidak ikut?" Tanya Mariz ramah.

Aku tersenyum sambil mengangguk pada wanita yang kini duduk di hadapan kami. Gadis kecilnya duduk dipangkuannya.

" Segera menyusul setelah urusannya selesai." Ucapnya ringan.

" Sayang, tetaplah duduk disitu. Aku yang akan menyapa tamu. Aldric, kau bisa menjaga Mom kan jagoan?"

Bocah kecil itu mengangguk lucu. Aku tertawa pelan. Begitu juga Erica dan Mariz.

Aku bangun dari dudukku. Mencium kening Istriku lalu mengusap kepala anakku. Aku mulai menyapa tamu yang mulai ramai berdatangan.

Tampak Jennifer hadir dengan menggandeng tangan Darwin, sopir Mama. Entah sejak kapan mereka jadi akrab. Ada Dewi yang datang bersama Wandi dan anak Base Camp lainnya. Black juga tampak memasuki Galery dengan seorang wanita muda cantik berpenampilan seperti super model. Tapi aku pastikan Istriku yang perutnya membuncit itu lebih cantik. Aku jadi tersenyum sambil menatap wanita cantik yang dengan mata berbinar sedang menatapku.

Lalu aku melihat seorang lelaki keluar dari kendaraannya. David. Lelaki itu menikahi Erica setahun lalu. Aku mengangkat tanganku ke arahnya sambil tersenyum.

" Hei, Doc." Sapanya ringan.

" Hei, David. Senang kau bisa hadir. Istri dan anakmu sudah menunggu di dalam." Ucapku sambil menjabat tangannya.

" Maaf sedikit telat. Ada masalah yang harus kuurus."

Aku mengangguki ucapannya. Dia tersenyum lalu segera melangkah ke dalam.

Kemudian dua buah kendaraan terparkir rapi di area parkir Gallery. Tampak orang orang terkasih keluar dari kendaraan dengan senyum terulas. Aku melebarkan senyumku. Lalu menghampiri mereka.

" Terima kasih kalian sudah datang." Ucapku sambil merangkul mereka hangat.

" Dimana Gina dan Greg?" Tanyaku begitu menyadari sosok itu tidak ada diantara mereka.

" Gina sedang mual mual parah. Sepertinya dia tidak bisa datang." Jawab Ibuku lembut. Aku mengangguk.

Mereka memasuki ruangan sambil mengumbar senyum. Aku bahagia sekali.

Aku menatapi hidupku saat ini. Terkadang aku berpikir bahwa ini suatu keberuntunganku. Hidup memberiku kesempatan kedua. Bertemu dengan wanita yang kini tertawa ceria diantara orang orang yang begitu menyayangi dan mencintainya.

Aku hanya tinggal mengikuti alur kehidupan saja. Dimana semua itu bermuara pada hati kita dan cinta, cinta yang mengikat keberadaan kita.

Lalu jika ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Ya, aku yakinkan itu benar. Cinta memang buta.

LOVE BLIND IS TRUE...

END...

* Terima kasih untuk yang sudah baca, vote dan comment.

* Silahkan baca dan tunggu ceritaku yang lain.

* I love all of you...🥰😘😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top