dertien

Aku memarkirkan kendaraanku di hamparan rumput hijau yang begitu subur. Di depan sana aku menemukan danau yang tenang dengan air jernih yang terlihat sangat indah. Di sekeliling danau itu terlihat pepohonan rindang yang teduh.

" Tempat yang tepat untuk kabur dari hiruk pikuk kota." Gumamku.

Aku menatap sekilas gadis di sebelahku masih diam tanpa ekspresi.

" Tempat yang tepat untukku menangis."

Suara pelannya terdengar. Aku menoleh menatapnya. Kuulurkan tanganku untuk membuka seatbelt nya. Lalu bergegas keluar dan membukakan pintunya. Dia perlahan keluar setelah sedikit ragu menerima uluran tanganku.

" Kau sering ke sini?" Tanyaku setelah kami duduk di kursi bambu yang tersedia disisi danau.

Dia menatapku sekilas, lalu kembali membuang pandangnya ke depan. Dia menggeleng pelan.

" Tidak sering, hanya beberapa kali saja. Aku terkadang takut."

Ucapannya membuatku menatapnya dan mengerutkan dahiku. Gadis itu menatapku dengan senyum miring.

" Aku sering merasa ingin sekali menceburkan diri ke danau ini." Dia menghela napas," Aku merasa, mungkin akan lebih tenang."

Dia menatapku. Aku melihat gadis ini sudah memasuki tahap depresi, tapi pengendalian dirinya sangat baik. Sehingga dia mampu untuk menghilangkan rasa yang timbul dari alam bawah sadarnya. Aku segera menggenggam tangannya yang sedikit menegang karena ulahku. Tapi kemudian dia terlihat tenang, setelah ibu jariku memberikan usapan lembut.

" Aku akan menemanimu, jika kau ingin datang ke sini." Ucapku.

Gadis itu menatapku dengan memiringkan wajahnya. Matanya sedikit berkilat. Dia menarik sudut sudut bibirnya sedikit. Lalu menggelangkan kepalanya perlahan.

" Tidak, Aku tidak mau merepotkanmu. Aku tahu, kau sangat sibuk. Gina bilang terkadang kau kelelahan dan tidak pulang."

Dia berbicara dengan pandangan lurus ke depan, manatap tenangnya air danau. Dengan lembut aku memutar wajah cantik itu untuk menghadapku, menatapku.

" Bicaralah dengan menatap lawan bicaramu, dear." Ucapku lembut.

Dia terpaku menatapku. Lalu samar senyum di bibirnya terkembang berbarengan dengan munculnya rona merah yang begitu cantik di pipi putih mulusnya. Aku bersorak girang dalam hati mendapati pemandangan indah ini. Dia tertunduk malu.

" Aku seolah tak pantas berada di sini, duduk di sebelahmu." Ucapnya dengan wajah masih tertunduk.

Aku sedikit merunduk untuk memegang lembut dagunya dan kembali menghadapkan wajah itu tepat ke hadapanku. Aku melihat ada dua titik bening menggantung di sudut matanya. Aku mengulurkan tanganku untuk menghapus titik bening itu.

" Siapa yang berbicara seperti itu?" Tanyaku lembut. Dia menggeleng pelan.

" Tidak ada, aku hanya merasa saja." Jawabnya pelan. Aku tersenyum menatapnya.

" Jangan pernah merasa seperti itu. Kau amat sangat pantas berada di sini. Duduk di sebelahku. Kau teramat pantas berada di hadapanku dengan wajah cantik meronamu. Kau begitu pantas, sayang."

Aku menatap lekat mata beriris abu abu tua itu. Rona merah semakin terlihat membarut di pipi putih bersihnya.

" Bahkan kau teramat pantas untuk kuberikan ciuman."

Lalu tanpa ragu aku mengecup lembut bibirnya. Dia terkesiap. Kepalanya sedikit terhentak kebelakang. Cepat aku menahan kepala berambut warna warni itu dengan satu tanganku dan satunya lagi mengelus lembut punggungnya. Dia terlihat menikmatinya. Aku membawa tubuh itu ke dalam pelukanku. Aku merengkuhnya erat. Perlahan aku merasakan tangannya merespon dengan balas memelukku. Aku bahagia, aku bersorak dalam hati. Debaran jantungku menghentak keras. Aku merasakan kenyamanan melingkupiku. Sesuatu yang telah lama hilang dan tak kurasakan.

Aku masih mengusap lembut kepala dan punggung gadis itu. Ketika kurasakan dadaku basah. Aku merenggangkan pelukan dan menatapnya. Butiran bening berjatuhan mengaliri pipinya. Aku mengusapnya lembut.

" Don't cry, dear. Please, give me your beautiful smile."

Aku mengusap usap lembut pipinya dengan ibu jariku. Perlahan aku melihat bibir itu melengkungkan senyuman. Begitu cantik. Sangat cantik. Ada getaran halus yang menjalari hatiku. Aku mencium bibir itu lembut, sedikit lama. Lalu aku kembali memeluknya erat. Membenamkan wajahnya ke dadaku yang kini menghadirkan debaran yang begitu keras. Kuciumi puncak kepalanya. Aku ingin menghadirkan kenyamanan untuk gadis yang berada dalam pelukan hangatku ini.

" I'm in love with you, baby." Bisikku di telinganya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top