58
Rangga tertegun ketika dia membuka pintu apartemennya. Tenyata yang berdiri di sana adalah Cinta. Gadis itu meremas tangannya dengan canggung sembari membawa sebuah kotak makan. Rangga baru menyadarinya. Walaupun penampilannya polos seperti ini, Cinta tetap terlihat cantik.
"Ng, anu ... apa Dokter sudah makan? Kebetulan ini ada nasi goreng." tawar Cinta sembari menyodorkan kotak makan itu pada Rangga. Perasaan Cinta rasanya aneh
Rangga memandangi Cinta sebentar sebelum menerima kotak itu. "Ini masakanmu sendiri?" tegurnya.
"Eh iya, kalau tidak enak boleh kok nggak di makan, tapi tolong dicoba dulu," pinta Cinta malu-malu. Cinta sendiri nggak tahu kenapa dia begini. Padahal dulu kalau ngelihat muka Rangga rasanya nyawanya terancam. Namun sekarang dia terancam karena hal lain.
Rangga tersenyum kecil. "Kalau begitu aku makan di apartemenmu, biar aku nggak usah cuci piring," putusnya.
Cinta terbelalak. "Hah?" ucapnya tampak kaget.
"Aku juga malas kalau makan sendirian," dalih Rangga.
Sudut bibir Cinta terangkat. Tentu saja dia mengangguk senang. Mungkin Rangga cuman mau modus aja biar ketemu sama Kak Rani. Tapi nggak apa deh, toh Cinta juga senang melihat hubungan Rangga dan Rani yang berjalan lancar. Cinta ikut sedih melihat kakaknya yang belum bisa move on dari mantan gebetannya.
"Ah, ya boleh. Mari makan bersama di apartemen kami, tapi Kak Rani sedang pergi dia nggak ada di rumah," kata Cinta.
"Baguslah kalau dia nggak ada."
Cinta tertegun mendengar ucapan Rangga barusan. Apa dia nggak salah dengar? Kok si Rangga malah senang karena Kak Rani nggak ada? Bukannya dia mau main ke apartemennya salam rangka PDKT sama Nurani?
"Sampai kapan mau diam di situ? Nggak bukain pintu apartemenmu?" tegur Rangga.
"Oh ya." Cinta membukakan pintu dan mempersilakan Rangga masuk.
Mereka duduk bersama di meja makan. Cinta menyuguhkan nasi goreng buatannya untuk Rangga dan juga untuk dirinya sendiri. Cinta harap-harap cemas melihat Rangga yang menyuapkan masakannya itu ke dalam mulutnya. Sebenarnya Cinta jarang memasak makanan untuk orang lain. Takutnya makanan dia nggak cocok sama selera si Rangga.
"Bagaimana rasanya?" tanya Cinta.
"Bisa dimakan," jawab Rangga singkat. Dia kemudian mengunyah lagi dengan lahab.
Senyuman manis Cinta terkembang. "Syukurlah jika sesuai dengan selera Dokter," katanya.
"Dokter, terima kasih untuk hari ini," ucap Cinta. "Terima kasih sudah percaya bahwa bukan saya yang mengoplos obat itu."
Rangga melengkungkan bibir. "Aku yakin kamu nggak akan seceroboh itu."
Cinta terdiam. Sesuatu yang hangat seketika merayapi hatinya. Selama ini tidak ada orang yang punya rasa kepercayaan sebesar ini padanya. Bahkan ayahnya saja tidak. Buktinya Prof Sarwono tidak mau menyekolahkannya di kedokteran swasta karena tidak percaya Cinta bisa menyelesaikan studi. Ah, perasaan ini benar-benar sulit dihentikan. Padahal dia sudah tahu perasaannya tak akan berbalas, tapi kenapa dia tidak bisa menahan rasa ini?
"Setelah lulus kamu mau apa?" tanya Rangga tiba-tiba. Karena masa praktek Cinta akan segera berakhir, sepertinya ke depannya mereka akan sulit untuk bertemu. Hal itu membuat Rangga merasa sayang. Sepertinya dia lebih banyak meninggalkan kenangan buruk pada Cinta.
"Ng, saya ingin memperdalam ilmu. Mungkin saya akan magang dulu. Peraturan dari IBI juga harus magang dulu jika ingin mendapatkan rekomendasi untuk uji kompetensi dan pengurusan STR," terang Cinta.
"Magang di mana?"
"Ng, di sini cukup menyenangkan. Semua senior baik," kata Cinta. Tentu saja alasan tambahannya adalah agar dia bisa bertemu dengan Rangga lebih sering.
"Gitu? Aku mau daftar spesialis tahun depan" ucap Rangga.
"Spesialis Obgyn?" tebak Cinta.
"Sudah pasti," angguk Rangga. "Tapi sebelum itu aku mau nikah dulu. Bagaimana menurutmu?"
Tangan Cinta yang sedang menyuapkan nasi ke mulutnya berhenti bergerak. Menikah? Secepat ini? Hati Cinta mencelus seketika, tetapi Cinta berusaha tersenyum. Bagaimanapun dia harus mendukung percintaan Rangga dengan kakaknya.
***
Up! Guys dua chapter terakhir silakan di baca....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top