28
Cinta membuka mata lalu mengerjap-ngerjap, menatap langit-langit kamarnya. Kepalanya sudah tidak pusing. Cinta menatap tangan seseorang di lehernya yang dia dekap erat. Tangan siapa ini kok besar dan kasar? Ketika Cinta menoleh ke samping tempat tidurnya, cewek itu terbengong-bengong.
Rangga tertidur disebelahnya dengan posisi duduk. Kepalanya disandarkan pada tepian ranjang. Kenapa makhluk ini bisa ada di sini! Cinta menjerit dalam hati lalu melemparkan tangan Rangga. Cowok itu sampai terbangun. Dia mengangkat kepala dan memandang Cinta.
"Oh, kamu sudah bangun?"
Rangga mendekatkan wajahnya. Cinta termangu. Debaran aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Perasaan apa ini? Kenapa dia mendekat? Dia mau apa?
Secara refleks Cinta menutup mata. Cinta tertegun ketika merasakan sentuhan pada dahinya. Gadis itu membuka mata dan melihat wajah Rangga yang menempel tepat di depannya. Cowok itu menempelkan dahinya untuk membandingkan suhu tubuh mereka.
"Demammu sudah turun," ucapnya. Cowok itu kemudian bangkit dan melihat jam dinding yang menunjukkan waktu jam sebelas malam.
Cinta terbengong-bengong. Jadi dia cuman mau mengukur suhu tubuh Cinta? Kenapa nggak pakai cara biasa aja sih! Pakai termometer kek!
"Sudah larut. Kamu belum makan, kan? Apa mau bubur?" Cowok itu merogoh ponsel dan mencari aplikasi g*food.
Cinta mengerjap-ngerjap mata kebingungan. Dia masih tidak bisa memahami situasi macam apa yang ada di hadapannya ini. Kenapa Rangga ada di kamarnya? Kenapa cowok itu bersikap ramah seperti ini?
"Eng ... Dokter, Dokter sedang apa di sini?" tanya Cinta kebingungan.
Rangga terdiam. Cinta sudah tidak memanggilnya kakak seperti semalam. Ya, tentu saja dia memang tidak pernah memanggilnya begitu. Kemarin dia hanya bicara begitu karena sedang mengigau. Tapi entah mengapa, Rangga merasa sedikit kecewa.
"Kamu sakit. Nurani menitipkanmu padaku."
"Oh, begitu."
Jadi cowok ini berada di sini atas permintaan kakaknya. Dia sampai bersikap baik begini. Apa juga karena Kak Nurani? Ya, cowok ini menyukai Kak Nurani, jadi mungkin dia bersikap baik seperti ini demi mendapat simpati. Cinta mengerucutkan bibir tidak senang. Telat banget baru berakting baik begini sekarang. Mestinya dari dulu dong! Image dokter itu sudah telanjur buruk bagi Cinta.
"Kamu mau bubur ayam?"
"Ya boleh," angguk Cinta. Kebetulan perutnya lapar sekali. Hampir seharian dia tidak makan.
Rangga berfokus pada ponselnya. Cinta diam-diam mengamatinya.
"Kamu sudah sakit sejak kemarin, kan?" tegur Rangga. "Kenapa kamu tidak ijin saja kalau memang sakit! Akhirnya kamu jadi parah begini!" ketus cowok itu sembari bersedekap.
"Kamu bahkan hampir pingsan semalam."
Cinta tertawa kering. Kemarin itu hanya ketiduran sambil berdiri, bukan pingsan. Namun Cinta tidak bisa.menceritakan kondisi sebenarnya karena malu.
"Sakit saya tidak parah, saya masih bisa bekerja. Lagi pula pagi tadi saya juga harus presentasi jadi perlu banyak persiapan," jawab Cinta.
Rangga mendecakan lidah. "Lain kali kalau kamu sakit, tidak usah memaksakan diri untuk masuk!" tegas Rangga.
Cinta mengangguk dengan patuh. "Baik."
Keheningan menyelimuti mereka. Rasa canggung membuat mereka tak bisa berkata-kata.
"Aku minta maaf," ucap Rangga tiba-tiba.
Netra Cinta membelalak. Dia menatap Rangga. Cowok itu balik memandangnya dengan sorot mata penuh penyesalan.
"Karena aku memberimu banyak tugas, kamu jadi sakit begini."
Cinta terdiam sesaat. Dia tidak menyangka kalimat seperti itu bisa meluncur keluar dari mulut Rangga yang angkuh. Orang ini habis salah makan apa?
"Itu bukan salah Dokter. Sudah jadi tugas mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan pembimbing. Dokter juga memberikan tugas itu demi meningkatkan pengetahuan saya."
Rangga mengerutkan keningnya. Entah kenapa dia tidak senang mendengar Cinta memanggil gelar dokternya. Dia lebih senang dipanggil kakak seperti waktu Cinta tidak sadar tadi. Sepertinya Cinta juga nggak ingat kalau dia tadi mengigau dan mengata-ngatai Rangga.
"Kalau di luar rumah sakit, jangan panggil aku Dokter."
Cinta mengangkat kepala dan menatap Rangga dengan kebingungan. "Lalu saya harus panggil apa?"
Rangga tampak terperanjat seolah baru sadar dengan ucapannya sendiri yang tidak masuk akal. Kenapa dia tiba-tiba tidak senang dengan panggilan Dokter itu? Cowok itu berdeham-deham walaupun tenggorokannya tidak gatal.
"Kita kan tetangga dan aku teman Kakakmu. Kamu boleh memanggilku Kakak."
Cinta tampak tercengung. Apa? Kakak? Kenapa tiba-tiba makhluk ini minta dipanggil kakak? Apa maksudnya?
***
Up! Vote dan komen ya guys
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top