Treat You Better
''Anda mau bawa saya makan dimana?'' tanya Runa setelah dipaksa masuk ke dalam mobil Kaydan.
''Kita makan di tempat yang jauh sedikit,'' jawab Kaydan sambil memandang Runa sekilas.
Runa hanya diam, kecanggungan masih menyelimuti gadis itu. Ia merasa tidak nyaman. Apalagi tadi ketika melintasi lobi hotel, banyak pasang mata yang memerhatikan mereka. Runa sadar, ia bukan sekretaris Kaydan, pun tidak memegang jabatan penting, ia hanya staf biasa. Orang yang memandangnya pasti merasa aneh.
Seaneh dirinya sekarang memandang laki-laki yang duduk di depannya setelah sampai di tempat tujuan.
''Kenapa? Apa kamu tidak suka saya bawa ke tempat seperti ini?''
Runa menggeleng cepat.
''Tidak suka?'' tanya Kaydan mengernyit heran.
''Bu-bukan itu maksudnya. Saya suka.''
''So... tunggu apa lagi? Ayo kita makan!''
Dari tempat duduknya, Runa menatap Kaydan heran. Laki-laki itu duduk bersila di atas sebuah tikar, dan menggulung kemejanya sebatas siku. Sementara di meja, sudah tersaji beberapa hidangan seafood yang menggugah selera. Runa tidak menyangka, bahwa seorang Kaydan masih mau makan di tempat seperti itu.
Kaydan yang melihat Runa masih berdiam diri saja menjentikkan jarinya tepat di depan wajah gadis itu. Refleks Runa mengedipkan matanya, membuat Kaydan terbahak. Ia merasa baru saja melepaskan Runa dari pengaruh hipnotis.
Kaydan lantas membuka cangkang kepiting yang dimasak dengan lumuran saus lada hitam, menyuir dagingnya yang empuk, kemudian menaruhnya ke atas piring nasi Runa yang masih mengepul.
''Eehh....''
''Kenapa masih diam? Atau mau saya suapi juga?''
Lagi-lagi Runa menggeleng, lantas mencuci tangannya pada mangkok kecil yang berisi irisan jeruk nipis. ''Terima kasih,'' ucapnya.
''Kamu suka pedas?'' Kaydan melihat Runa menyiramkan kecap asin yang berisi irisan cabai ke atas nasinya.
''Kalau nggak pedes, berasa lagi nggak makan. Kurang mantap!''
Kaydan tertawa, berusaha bersikap sesantai mungkin. Ia ingin Runa tidak merasa canggung lagi padanya. Kemudian ia mengikuti gadis itu, menuangkan irisan cabai ke atas piring nasinya. Tangannya berhenti di depan mulut, merasa sedikit ragu ketika hendak menyuapkan nasi tersebut. Ia bukan penikmat makanan pedas, dan bisa dibilang toleransinya sangat rendah.
Kaydan menghentikan kunyahannya pada suapan pertama. Wajahnya seketika memerah, dan di detik berikutnya mulai cegukan.
Runa melongo. Selain pemaksa, satu lagi yang ia tahu tentang Kaydan. Atasannya itu tidak bisa memakan makanan pedas. Padahal selama ini Kaydan terkenal dengan mulut tajamnya.
Kaydan mengibas-ngibaskan tangannya di depan mulut, seolah-olah rasa pedasnya bisa hilang. Tanpa sadar mereka tertawa bersama. Dan perlahan-lahan kecanggungan di antara mereka mencair.
Dan dari tempat mereka duduk saat ini, terdengar suara ombak berdebur menghantam batu karang pemecah ombak, angin berembus kencang meniupkan aroma lautan yang khas. Ada beberapa pasangan lain tampak di tepian pantai, duduk di atas pasir yang putih sambil menikmati semilir angin laut.
Berulang kali Kaydan mencuri pandang pada gadis yang duduk di depannya. Dengan rambut kuncir kuda serta poni yang berantakan tertiup angin, Runa tampak lucu dan menggemaskan.
----------
''Eeh, Nad. Lo tau nggak siapa yang jalan sama Pak Kaydan kemarin sore?''
''Sama Runa, kan?''
''Heesss... itu cewek bodoh banget! Nggak ngaca apa? Yang ngejar Pak Kaydan kan banyak, cantik-cantik lagi! Lo tau sekretarisnya, Shanum. Denger-denger Bu Raven emang sengaja milih dia buat sekalian dijodohin sama kakaknya itu.''
''Palingan si Runa cuman buat selingan doang. Kalau Pak Kaydan udah bosan dan dapat yang dia mau, pasti langsung ditinggalin.''
Sementara di dalam bilik toilet, Runa diam membeku. Hatinya merasa perih mendengarkan semua obrolan dari teman kerjanya itu.
Dering ponsel kemudian membuyarkan kebekuannya. Ia memandang tak berkedip, sebuah nama yang sudah sangat lama tidak menghubunginya. ''Halo... baik. Sepulang kerja... oke.''
Dengan jemari gemetar Runa memutuskan sambungan telepon tersebut, kemudian mengusap setetes bening yang mengalir tanpa sadar di sudut mata dengan punggung tangannya. Ia tidak mau menangis... lagi.
-----------
Kafe itu semakin ramai. Terletak di lantai satu gedung Discovery Park Hotel. Dengan pemandangan taman yang menghijau di depannya, membuat pengunjung betah berlama-lama di Kafe tersebut. Apalagi ini Sabtu sore, waktu di mana hampir semua pekerja pulang ke rumah atau pergi jalan-jalan untuk melepaskan rasa penatnya.
Seperti Kaydan yang kini duduk merenung dalam kesendiriannya. Di depannya ada segelas mojito, minuman segar yang terbentuk dari perpaduan antara white rume, lime juice, air putih jernih, dan daun mint. Ia memilih tempat duduk favoritnya, di pojok yang sedikit tersembunyi namun cukup leluasa untuk mengamati sekitar.
Tanpa sengaja ia melihat gadis yang beberapa hari ini selalu mengisi hari-harinya berdiri di ambang pintu kafe. Kaydan menyunggingkan senyum, ia sedikit berdiri lalu melambaikan tangannya.
Kaydan merasa sedikit kecewa ketika Runa berjalan ke meja lain, ada dua orang yang juga melambaikan tangan pada gadis itu. Seorang laki-laki dan perempuan.
Runa tampak menghampiri mereka. Posisi duduk gadis itu menghadap ke arah meja Kaydan. Sehingga laki-laki itu bisa memandang wajah Runa sepuasnya.
Dari tempat duduknya, Kaydan bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah Runa yang berubah sendu walau ditutupi dengan senyuman ketika salah satu dari temannya memberikan sesuatu. Kecil dan berwarna biru. Seperti undangan?
Sementara itu, beberapa menit kemudian Runa sudah berdiri di depan kafe sambil mengusap-usap lengannya, udara dingin mulai tidak bersahabat. Langit jingga kini juga sudah memekat. Runa tidak suka hujan, tapi ia berharap bisa secepatnya pulang ke rumah dan bergelung di bawah selimutnya yang nyaman.
Setelah menunggu beberapa menit, belum ada satu pun taksi yang lewat. Sialnya, saat akan memesan taksi ternyata ponselnya sudah mati dan ia lupa tidak membawa power bank. Sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Di depan sana ada halte bus. Runa mendekap tasnya, ia memutuskan untuk menembus rintik hujan. Runa mempercepat langkahnya saat merasakan bajunya mulai melekat di kulitnya karena basah.
Hingga tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sebelahnya. Terdengar suara klakson berkali-kali. Runa menoleh bersamaan dengan jendela kaca yang bergerak turun. Ia mendengar Kaydan berteriak menyuruhnya masuk ke mobil laki-laki tersebut.
''Palingan si Runa cuman buat selingan doang.''
Kalimat itu terngiang di telinga Runa, dan membuatnya berpikir untuk menjaga jarak dengan atasannya itu. Ia tak acuh dan berlalu pergi begitu saja.
Baru beberapa langkah, lengannya terasa dicekal seseorang. Runa terhuyung ketika ternyata Kaydan yang menyeretnya untuk masuk ke dalam mobil.
''Lain kali jangan lupa bawa payung kalau tidak ingin saya antar,'' ucap Kaydan dengan wajah datar.
Selama beberapa menit mereka hanya membisu, hingga akhirnya Runa mengucapkan terima kasih dengan tulus.
I know I can treat you better than he can
And any girl like you deserves a gentleman
Tell me why are we wasting time
On all your wasted crying
When you should be with me instead
I know I can treat you better
Better than he can.
Playlist
Shawn Mendes | Treat You Better
[Gilar-Gilar, 130616]
----------**----------
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top