Take Me to Your Heart
Dengan langkah tegap Kaydan keluar dari ruang kerjanya yang terletak di lantai lima. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Ruangan kantor itu semakin sepi. Sambil menunggu lift, Kaydan melonggarkan ikatan dasinya.
Pintu lift terbuka, Kaydan lantas menekan tombol G. Pintu lift kembali terbuka di lantai empat. Seorang gadis yang tampak sibuk dengan ponselnya kemudian masuk. Hanya ada mereka berdua di dalam lift tersebut.
Kaydan menatap gadis tersebut dengan tatapan menyelidik. Dahinya berkerut dalam. Ia pernah melihat gadis itu tapi entah dimana. Yang jelas gadis tersebut bekerja di hotel miliknya. Karena lift yang sedang mereka gunakan khusus untuk karyawan. Dan otaknya terus berputar.
Runa mengankat kepalanya. Ia melihat seorang lelaki berdiri di sebelahnya. Dalam sepersekian detik mereka saling memandang sebelum secara tiba-tiba lampu lift padam dan berhenti bergerak.
Runa gelisah. Apa yang akan terjadi jika lift jatuh?
Sementara Kaydan menarik napas berat. Mencoba bersikap setenang mungkin. Ia mengeluarkan ponselnya. Cahaya dari ponsel itu menerangi lift walaupun remang-remang. Ia kembali menatap gadis di depannya yang mulai terlihat panik.
''Tenanglah,'' ucap Kaydan setelah menekan tombol emergency.
''I-iya....'' jawab Runa lirih. Ia bersandar pada dinding lift dan memeluk tasnya erat.
''Sepertinya kita pernah bertemu?'' kilasan masa lalu melemparkan ingatan Kaydan pada kecelakaan yang pernah ia lakukan.
''A-apa... bertemu? Mungkin saja, Pak. Saya juga bekerja disini.''
Runa baru menyadari bahwa lelaki tersebut lebih dulu berada di lift dibandingkan dirinya, artinya orang itu bekerja di lantai lima, lantai General Manager dan Executive Asst Manager.
''Tidak. Maksud saya....'' Kaydan tidak melanjutkan ucapannya ketika lampu lift kembali menyala dan pintu terbuka. Ia melihat sudah ada dua orang dari bagian Enginering.
Runa mengembuskan napas lega. Ia mengucapkan rasa terima kasihnya pada dua orang tersebut dan bergegas pergi meninggalkan mereka yang kemudian nampak sedang saling berbincang.
----------
Kaydan keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya saja. Ia berdiri di depan cermin sambil menggosok rambutnya yang basah. Gerakan tangannya terhenti ketika tatapannya tertuju pada rajah naga lambang kebijaksanaan melingkari lengan kanannya. Kaki naga tersebut mencengkeram sebuah bola dengan huruf 'M' di dalamnya. Kaydan lantas meraba rajah tersebut.
Mia.
Senyum sinis membersit di bibir Kaydan. Ia bukan seorang playboy. Hingga detik dimana sekarang ia kini berumur tiga puluh tiga tahun, Mia yang pertama. Kaydan sangat berharap Mia akan menjadi yang terakhir. Tapi jalan hidup ternyata berkehendak lain.
Benak Kaydan berputar-putar, sebelum akhirnya memorinya tersangkut pada kejadian beberapa jam yang lalu. Ia sangat yakin bahwa gadis yang terjebak bersamanya di dalam lift adalah gadis yang sama yang pernah ia tabrak dulu.
Ia hanya tidak ingat dengan nama gadis tersebut. Akan mudah saja baginya mencari tahu. Besok, besok ia akan mencari tahu.
----------
Runa berdiri menunggu di depan lift seperti biasa. Sementara Lili -teman kerjanya- sudah naik lewat tangga darurat. Ingin sekalian olah raga katanya.
''Morning, Runa.''
''Good morning,'' Runa menoleh ke belakang untuk melihat orang yang menegurnya. ''Fardan.''
Pintu lift terbuka. Runa membiarkan Fardan masuk ke dalam lift terlebih dahulu sementara ia mengikuti di belakang. Sedikit kaget ketika melihat orang yang bersamanya kemarin berdiri gagah dengan setelan jasnya. Lift bergerak naik. Beberapa orang kemudian turun di lantai dua dan tiga, tinggal menyisakan mereka bertiga.
''Fardan. Bisa ikut ke ruangan saya sekarang.'' perintah Kaydan ketika lift berhenti di lantai empat.
''Baik, Pak.''
Fardan sudah cukup lama bekerja di Discovery Park, bahkan sebelum Kaydan pergi meninggalkan hotel.
Sementara Runa melangkah keluar, meninggalkan Fardan di belakangnya sebelum pintu lift kembali menutup.
----------
Runa sibuk menyusun file yang harus ia serahkan kepada Bu Yaya sebelum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 4.30 sore.
''Runa,'' panggil Lili.
''Hemm.''
Lili memerhatikan Runa dengan rasa ingin tahu. Septi dan Haikal yang meja kerjanya di seberang dirinya pun ikut memerhatikan Runa.
''Belakangan ini kamu keliatan deket ya sama Fardan. Kalian pacaran?''
Runa tergelak. ''Mana ada. Kita cuma temen kok! Lagian, Bu Yaya kan ngefans banget sa-'' Runa terkejut mendapati atasannya tiba-tiba sudah berdiri di samping mereka.
''Saya ngefans sama siapa, Runa!''
''Nge-ngefans... Ibu pernah bilang kalau ngefans banget sama Rhoma Irama,'' jawab Runa gugup karena sadar dirinya tengah menciptakan kebohongan.
Bu Yaya mengangkat keningnya heran. Kapan ia pernah bilang kalau ngefans sama Rhoma Irama?
Tawa mereka meledak ketika sang atasan kembali ke ruangannya.
''Jadi sekarang Bu Yaya ngefans sama bang haji? Bukan Fardan?'' canda Haikal.
''Selera Bu Yaya ternyata yang banyak bulu ya.''
Runa hanya tersenyum, kalau terus melayani candaan mereka, pekerjaannya tidak akan cepat selesai.
Tiga puluh menit kemudian, Runa keluar dari ruangan atasannya. Ia mendapati Lili dan yang lainnya sudah pulang.
Runa berjalan ke arah mejanya. Ia menemukan sebuah sticky note yang tertempel di laptop, ulah usil teman-temannya lagi.
Senja mulai menjelang ketika Runa keluar dari hotel. Ia menyusuri trotoar yang ramai oleh pejalan kaki.
''Karuna!''
Runa berhenti, ia menyapukan pandangannya mencari sumber suara. Satu panggilan lagi membuat Runa menoleh ke belakang. Seorang lelaki keluar dari dalam mobil dan berlari menuju arahnya.
''Mau pulang? Gimana kalau saya antar?''
''Emm, tapi....''
''Takut? Ayolah, ada yang ingin saya sampaikan,'' ucap Kaydan sedikit memaksa.
Runa menggeleng, ia berusaha menolak secara halus. Tetapi ternyata lelaki yang sekarang ia tahu memiliki jabatan penting di hotel sangat keras kepala dan terus memaksanya. Hingga akhirnya ia menerima ajakan tersebut.
Kaydan sengaja mengendarai mobilnya dengan pelan. Ia mendapat informasi Runa dari Fardan. Cahaya lampu jalan yang berwarna jingga berpendar di wajah Runa yang duduk di sampingnya. Memesona.
''Karuna,'' Kaydan memecah kebisuan.
''Ya?'' Runa mengernyit heran, dari mana lelaki di sampingnya tahu namanya.
''Kamu ingat, dua tahun yang lalu kita pernah bertemu?''
Runa tidak langsung menjawab. Bisu menyelinap lagi di antara jarak yang memisahkan tempat duduk mereka.
Kaydan menarik napas panjang. ''Kecelakaan. Saya yang menabrak anda malam itu. Ingat?''
Runa kembali tidak menjawab, meskipun perkataan Kaydan telah mengembalikan ingatannya.
''Namamu Karuna kan? Saya Kaydan.''
Kaydan menyukai nama Karuna, sementara Runa senang dengan cara lelaki itu memanggilnya. Sayup-sayup terdengar lagu yang mengalun lembut ketika mobil Kaydan berhenti di lampu merah.
Take me to your heart take me to your soul
Give me your hand and hold me
Show me what love is - be my guiding star
It's easy take me to your heart
Ketika mobil kembali melaju, Kaydan tahu kini ia punya tujuan hidup lain....
-----**-----
Playlist
MLTR | Take me to your heart
[Gilar-Gilar, 020916]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top