Someone To Love
Ufuk timur masih bersembunyi ketika alarm di atas nakas berdering. Karuna terbangun enggan dari tidurnya. Rasa kantuk membuat gadis itu hanya mematikan alarm dan kembali menyelusup ke dalam selimut yang nyaman. ''Lima menit lagi,'' batinnya.
''Every second counts, Runa!'' teriakan itu bagai telepati yang dikirimkan oleh atasannya dan berdengung di gendang telinga, membuat rasa kantuknya hilang dalam sekejap. Runa segera keluar dari balik selimut dan langsung melesat menuju kamar mandi yang berada di luar kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Runa keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk putih yang melilit di tubuhnya. Ia membuka lemari, mengambil kemeja putih berbahan chiffon dengan desain kerah yang unik dilengkapi dengan flouching cantik di bagian dada dan dipadankan dengan rok warna hitam selutut.
Selesai berpakaian, Runa menikmati sarapan paginya seorang diri. Rumah terasa sepi semenjak Chia pindah ke Surabaya dan bekerja sebagai junior auditor di kantor akuntan publik.
Ia melihat jam melalui ponselnya. Ia harus bergegas kalau tidak ingin terjebak kemacetan.
*****
Lelaki itu baru saja memarkirkan mobil ketika melihat perempuan yang selalu menarik perhatiannya. Karuna Iswandari! Hatinya bersorak senang.
''Hai, Runa! Buru-buru amat?'' sapanya dengan senyuman andalannya. Runa sedikit terkejut, namun segera membalas senyuman itu.
''Fardan, hai? Iya nih... Bu Yaya galak banget! Telat semenit aja udah ngomel-ngomel,'' jawab Runa menggerutu.
Fardan tergelak kecil. Ia sudah sangat paham dengan perangai Bu Yaya, atasannya yang terkenal dengan julukan singa betina karena sifat galak dan tegasnya.
Runa dan Fardan kemudia berjalan bersisian memasuki lobi hotel Discovery Park tempat mereka bekerja.
''Apa aku salah kostum, Dan?'' Runa meneliti dirinya ketika ia melihat tiga perempuan yang berdiri di belakang meja resepsionis tampak saling berbisik sambil menatapnya.
''As usual. Kamu selalu tampak cantik. Nggak usah peduliin mereka.''
Pipi Runa bersemu merah, dan kadang-kadang itulah yang membuat Fardan terlihat istimewa di matanya. Fardan selalu bisa menenangkannya.
*****
Sementara itu, Kaydan menatap jauh keluar kantornya melalui kaca di samping meja kerjanya. Ingatannya jatuh pada kenangan ketika pertama kali mengenal Mia. Gadis dengan senyuman menawan yang mampu menggetarkan hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.
Mia yang cantik membuat Kaydan lupa bahwa di dunia ini ada begitu banyak perempuan lain selain Mia. Mia menjadi pusat dunianya. Tapi gadis itu meninggalkannya disaat dirinya sudah melepaskan segala apa yang ia miliki demi impiannya hidup bahagia dengan gadis itu. Mia telah mencampakkannya!
''Masuk!'' jawab Kaydan saat mendengar ketukan di pintu.
Shanum -sekretaris Kaydan- masuk dengan wajah tegang. ''Pak Kaydan, ini laporan yang anda minta.''
''Letakkan saja disitu.''
Shanum segera meletakkan laporan di atas meja kerja. Ia melirik, atasannya memang gagah dan dari informasi yang ia dapat masih lajang. Tapi Kaydan sangat galak. Baru sepekan ia menjadi sekretaris laki-laki tersebut, sudah tidak terhitung berapa kali ia kena bentak.
''Pak Bram ingin bertemu dengan anda jam sebelas siang. Saya akan buatkan appointment tapi kata beliau urgent.''
''Next time make an appointment. I don't bothering myself to meet someone or anyone without any appointment. Do you understand, Shanum?'' Kaydan mendengus. Ia mengibaskan tangan kirinya sebagai isyarat agar Shanum meninggalkan ruangannya.
Shanum mengangguk. Ia segera berlalu dari ruangan atasannya yang sejujurnya selalu membuat hatinya berdegup lebih kencang.
Kaydan mengernyit ketika memeriksa laporan yang diberikan oleh sekretarisnya. Tanpa pikir panjang ia menekan sambungan interkom dan memanggil Shanum kembali.
Belum ada sepuluh menit dan Kaydan sudah memanggilnya lagi? Pasti ada yang tidak beres. Shanum bergegas sambil merapikan rambut juga blazernya, tidak ketinggalan merapalkan doa sebanyak tujuh kali sebelum mengetuk pintu. Semoga selamat!
Kaydan menutup dan mendorong laporan tersebut ke arah Shanum yang berdiri gugup. ''Apa kamu tidak memeriksa ini sebelumnya? Bukankah kemarin sudah saya jelaskan.''
''Tapi waktu Bu....''
''Saya atasanmu sekarang. And I have something to do in the next few hours outside. Laporan itu harus ada di meja saya sebelum kamu pulang.''
Kaydan melirik jam tangannya. Ia kemudian berlalu meninggalkan Shanum yang menunduk lesu.
*****
Setelah kalah dalam permainan badminton siang itu, Kaydan melangkah menuju kursi yang berada di sebelah lapangan. Ia mengelap peluh yang meleleh di dahi dan lehernya dengan handuk kecil yang ia letakkan di sandaran kursi, kemudian menengguk habis air mineral yang dibawanya.
''Ada masalah, Dan?''
''Nothing personal.''
''Mia? Oh ayolah, kamu harus melupakannya. Segera! Kamu pikir kenapa Raven memilih Shanum jadi sekretarismu? Dia cantik dan pintar.''
Kaydan mengangkat wajahnya sedikit dan menoleh, memandang laki-laki yang duduk di kursi sebelahnya. ''Thanks. Tapi aku tidak tertarik.''
''Kalau bisa mencarinya sendiri, bawa dia pada ulang tahun papa tiga bulan lagi.''
''Bonusnya?''
''Bonusnya...kamu akan lebih bahagia. Percayalah.''
Kaydan tersenyum dan mengangguk. Memang sudah saatnya ia menutup buku lama dan menggantinya dengan buku baru, dengan kisah yang baru pula. ''By the way, kapan due date Raven?''
''Perkiraan dua minggu lagi.''
''Dan kamu masih di sini!'' teriak Kaydan.
''Memangnya aku harus kemana? Tenanglah, aku suami yang siaga.''
''Awas saja jika terjadi apa-apa dengannya!''
''Hei! Harusnya itu ucapanku!''
Kaydan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalau terjadi sesuatu dengan Raven, dirinyalah yang harus disalahkan. Ia membiarkan adiknya mengurus hotel sendiri, sementara dirinya sibuk mengejar Mia hingga ke Paris. Ia terpaksa pulang karena kandungan Raven yang kian membesar, dan kembali mengambil alih kepemimpinan Discovery Park Hotel yang hampir dua tahun ia tinggalkan.
''Aku harus kembali ke hotel. Makasih, Dip. Lain kali aku akan mengalahkanmu!''
Kaydan berdiri lalu melemparkan botol kosong ke arah Dipta.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika Runa keluar dari toilet. Ia mengambil tasnya yang ditaruh di atas kursi. Kantor terasa sepi, hanya beberapa orang yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
Runa berjalan menuju pintu lift sambil menggelengkan kepalanya, merenggangkan otot-otot leher yang terasa kencang.
Hari ini pekerjaannya bertambah karena laporan yang ia buat harus dikerjakan ulang. Lebih apesnya lagi, Bu Yaya -atasannya di divisi marketing- menjadikannya sebuah alasan untuk memarahinya. Kejadian ini sudah yang kedua kalinya dalam sepekan semenjak Discovery Park Hotel berganti kepemimpinan dan membuat kebijakan baru.
Runa sedang menunduk memeriksa ponselnya ketika pintu lift terbuka. Dan tanpa ia sadari, ada seseorang yang memerhatikannya dengan seksama.
So hear my loneliness
I'm giving up on you
I don't need you anymore
I've found what i'v been looking for
So hear my emptiness
I've got no room for you
I've finally found what i've been dreaming of
Someone to love
Playlist
Shayne Ward | Someone to love
[Gilar-Gilar, 250816]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top