Secret
Runa mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari telunjuknya.
"Runa!"
Runa mengangkat kepalanya. "Ya," jawabnya singkat lantas menunduk lagi, menghadapi setumpuk file kerjanya. Tetapi sesaat kemudian ia mulai mengetuk-ngetuk mejanya kembali.
"Kamu kenapa sih? Aku liatin dari tadi kerjamu nggak konsen banget?" Lili menggeser kursinya sedikit ke arah sahabatnya. "Marahan sama Pak Kaydan?"
Runa menggeleng. "Aku gugup nih, Li. Ntar sore Kaydan ngajakin ke rumah adiknya. Orang tuanya 'kan juga ada disana."
"Ciee... yang mau ketemu camer!" teriak Lili sambil menoyor lengan Runa.
Ucapan Lili membuat Runa semakin gelisah. Selama bekerja di Discovery Park, ia belum pernah sekali pun bertemu dengan keluarga Kaydan.
"Kamu lumayan lama kerja disini 'kan? Apa mereka baik?"
Lili berdiri sejenak, melihat ke arah ruangan Bu Yaya. Ia takut atasan yang galak itu melihatnya ngobrol disaat jam kerja.
"Pak Alan, beliau orang yang tegas tapi ramah. Bu Raven udah baik, cantik, nggak sombong lagi," ucap Lili sambil tersenyum. "Aku taunya itu aja sih."
"Oh, gitu. Makasih infonya ya."
Runa menatap sahabatnya. Sebetulnya Kaydan juga sering menceritakan tentang keluarganya. Tentang ia memiliki seorang adik perempuan yang telah lebih dulu menikah. Dan tentang kedua orangtuanya yang lebih banyak tinggal di Hong Kong.
"Na. Temennya Pak Kaydan pasti cakep sama tajir-tajir. Kenalin satu dong!"
Runa berdecak. "Tuh disini juga ada," bisiknya sambil melirik Fardan dan Haikal yang baru saja keluar dari ruang meeting. Runa tersenyum miring, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Oh! Aku baru ingat," ujar Lili serius, membuat Runa segera menghentikan tawanya. "Kamu sama Bu Raven kalo ketawa itu sama. Jangan-jangan?"
"Jangan-jangan apa?"
Lili menatap Runa tanpa berkedip. "Sister complex...."
"Ngaco!" kini gantian Runa yang menoyor lengan Lili. Ia menggelengkan kepala, terkadang sahabatnya itu punya pemikiran yang sangat aneh.
~~~~~~~~~~
Ruang keluarga itu terasa hangat. Sofa model klasik dan jejeran rak panjang terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa membuat ruangan itu juga terasa hommy.
Di bagian sofa panjang, seorang wanita setengah baya namun masih terlihat anggun sedang menimang cucu pertamanya. Di sofa tunggal, duduk seorang laki-laki berumur sedang menikmati bacaannya. Sementara di sofa lain, sepasang suami istri muda tampak sedang saling menggoda.
"Itu pasti koko yang datang. Biar aku aja yang buka pintu," Raven berdiri dan melangkah ke pintu depan ketika mendengar bel rumahnya berbunyi. "Hai, kalian udah datang. Ayo masuk."
Runa melepaskan tautan tangannya dengan Kaydan, lantas menyalami Raven dengan sopan.
Raven menarik tangan Runa, membawa gadis itu ke ruang tengah dimana keluarganya sedang berkumpul. Sementara Kaydan menyusul di belakang mereka dalam diam.
"Lihat siapa yang datang!" teriak Raven. Ia merangkul Runa yang tampak lebih pendek darinya.
Tiga pasang mata lantas mendongak, menatap Runa yang berdiri salah tingkah. "Sore, Om... Tante."
"Sore juga. Ayo sini duduk." Alan menyelipkan bukunya di antara paha dan sofa, lalu melepaskan kacamata bacanya. Laki-laki paruh baya itu tersenyum ramah.
Runa menghampiri kedua orang tua Kaydan dan menyalami mereka satu-persatu. Ternyata Kaydan mirip ayahnya, jangkung, sisa-sisa ketampanan dan kegagahannya masih sangat jelas.
Runa tersenyum canggung ketika Raven menariknya duduk di antara perempuan itu dan ibunya.
" Ni hen piao liang. Ni jiao shenme mingzi?"
Runa menatap Kaydan, namun laki-laki itu tak acuh dan hanya mengangkat bahunya. "I-iya, Tante...."
Jawaban Runa membuat semua orang tertawa.
"Mama bilang kamu sangat cantik. Terus siapa namamu?" bisik Raven yang seketika membuat Runa merona.
"Runa, Tante," jawabnya pelan.
Selanjutnya Runa mampu bernapas lega. Keluarga Kaydan menyambutnya dengan baik. Ia sempat khawatir mereka akan menolak karena dirinya hanya berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Tetapi mereka ternyata sangat terbuka dan menerima siapa pun pilihan Kaydan.
Acara makan malam juga berlangsung menyenangkan, karena Raven dan Dipta terus menggoda Kaydan. Sementara Kaydan hanya tersenyum-senyum melihat tingkah pasangan yang saling mencintai itu.
"Koko orang yang sangat menyebalkan! Runa, kamu harus punya kesabaran ekstra dengan orang seperti dia," ucap Raven di taman samping seusai makan malam.
Runa tersenyum. Kaydan memang menyebalkan, namun ia selalu membutuhkan kehadiran laki-laki pemaksa tersebut. "By the way, orang yang sedang kita omongin kemana?"
"Aku disini... kenapa? Kangen huumm...."
Kaydan yang tiba-tiba datang dan berdiri di belakang Runa segera melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu. Yang membuat Runa seketika merona.
"Kita pulang sekarang, Dan?"
"Baiklah."
"Koko. Jangan lupa besok ya!" ujar Raven saat Kaydan dan Runa hendak meninggalkan taman samping.
~~~~~~~~~~
Jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan malam saat mereka keluar dari rumah Raven. Sepanjang perjalanan, Kaydan menyalakan audio mobil.
You leave me breathless
You're everything good in my life
You leave me breathless
I still can't believe that you're mine
You just walked out of one of my dreams
So beautiful you're leaving me
Breathless
Runa yang sedang senang hatinya ikut menyanyi, walaupun di beberapa nada ia terpeleset, tapi tetap tak acuh. Ia menoleh pada Kaydan, tersenyum lucu, kemudian bernyanyi kembali.
"Eh, kok berhenti disini," tanya Runa saat Kaydan menghentikan mobilnya di depan sebuah butik.
"Kita cari sesuatu buat besok."
"Cari apaan? Kamu mau beli sesuatu buatku?" tanya Runa sambil mengedipkan matanya.
"Ya. Nanti potong gajimu!"
Jawaban Kaydan membuat Runa cemberut dan berpura-pura kesal. Laki-laki itu kemudian menggenggam erat tangan Runa dan membawanya memasuki butik. Pandangan heran dan iri beberapa pengunjung butik mengikuti langkah mereka berdua saat sedang memilih beberapa gaun.
"Ini bagus."
Kaydan menggeleng. " No. Too pinkish."
"Kalo gitu yang ini aja," tunjuk Runa pada gaun warna biru.
"No. Too soft."
"Yang ini?"
"Warna merah itu bagus. Tapi yang ini modelnya nggak cocok sama kamu."
Runa berdecak lantas menggantungkan kembali gaun-gaun tersebut dengan kesal. " Oh, come on! Just pick one, Kaydan!"
Kaydan tergelak melihat gadisnya yang sedang menekuk muka. Dan tawanya seketika terhenti ketika menemukan apa yang ia cari. Kaydan melangkah pelan, mendekati manekin berbalut gaun brokat panjang dengan kerah model Shanghai berwarna merah.
"Ini sempurna," gumam Kaydan penuh kekaguman.
Runa ikut mendekati Kaydan yang masih terpaku pada gaun tersebut. "Bagus," ia ikut merabanya. " Tapi ini terlalu mewah. Lagian punggungnya juga kebuka banget."
"Karuna... Kamu akan terlihat cantik dengan gaun ini. Dan akan terlihat cantik lagi kalau setelah pakai gaun ini kamu... nggak pakai apa-apa," ujar Kaydan menyeringai sambil mengedipkan matanya.
"Mesum!" ucap Runa sambil membalikkan badannya.
Kaydan menatap punggung Runa. Tersenyum dan mencoba menyingkirkan ucapan ayahnya beberapa saat yang lalu. Karena apapun yang terjadi, ia akan tetap mencintai Karuna.
Playlist
Jay Chou |Lover From The Past
Shayne Ward | Breathless
[031116]
#####^^#####
Ni hen piao liang kamu sangat cantik
Ni jiao shenme mingzi siapa namamu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top