My Baby You

Jam sembilan pagi, Runa tahu sebentar lagi Kaydan datang. Tapi ia sudah pasrah kalau laki-laki arogan itu akan memecatnya karena kejadian kemarin.

"Runa? Kamu nggak kenapa-kenapa,kan?"

"Li... aku mual. Perutku juga sakit banget."

Runa berkata sambil memegangi perutnya. Sebetulnya kemarin sore ia juga demam tinggi. Beruntung tadi pagi panasnya turun.

"Kamu udah minum obat?"

Runa mengangguk. Ia sudah meminum obat sebelum berangkat kerja tadi. Namun Runa merasa tubuhnya tidak bertenaga. Ia menunduk sambil meremas perutnya. Dari sudut matanya, ia masih bisa melihat kedatangan Kaydan. Sebelum tiba-tiba apapun yang dilihatnya terasa berputar hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran.

"Aduh! Ya ampun, Runa!"

Lili berdiri dan segera menyangga tubuh Runa agar tidak terjatuh dari kursi kerjanya.

Pekikan Lili membuat Kaydan menoleh. Ia berlari menuju meja Runa. "Ada apa ini?"

"Runa pingsan, Pak Kaydan. Tadi dia ngeluh mual sama perutnya sakit."

Selama beberapa detik, Kaydan hanya menatap wajah Runa yang pucat sambil menepuk-nepuk pipinya. Tak acuh dengan tatapan orang lain, Kaydan mengangkat tubuh gadis itu yang sudah terkulai lemas.

"Saya akan bawa Karuna ke rumah sakit. Dan kamu...."

"Saya Lili, Pak."

"Bawa tasnya, kamu ikut saya."

~~~~~~~~~~~

Runa terbangun dengan sedikit rasa pusing yang masih melekat di kepalanya. Matanya menyusuri sekitar dan menyadari bahwa ia berada di rumah sakit. Bajunya sudah berganti menjadi pakaian pasien berwarna biru. Sementara lengan kirinya sudah terpasang selang infus.

"Runa... syukurlah kamu udah bangun."

Perlahan Runa bangkit. Mengambil air mineral dari atas nakas. Menyesapnya dengan pelan hingga tenggorokannya yang kering terasa basah.

"Pak Kaydan lagi balik bentar ke kantor."

"Pak Kaydan?"

"Iya. Tadi dia yang bawa kamu kesini," Lili mengambil gelas yang sedang dipegang oleh Runa dan menaruhnya kembali ke atas nakas. "Tadi dia kliatan cemas banget. Tapi abis ini dia pasti kena encok!"

"Maksudmu?"

"Kamu bayangin sendiri... dari lantai empat sampai mobilnya, dia yang bopong kamu ala-ala bridal style gitu."

"Apa?" Runa mengernyit heran. Namun ada sesuatu yang menghangat di hatinya. Betulkah Kaydan melakukan ini semua. "Li, jam berapa? Kita balik ke kantor lagi yuk?"

"Sebelum kamu sembuh, kamu tidak akan keluar dari sini," ucap Kaydan tegas yang tiba-tiba saja muncul.

Runa menatap Kaydan, sementara Lili memerhatikan mereka dalam diam.

~~~~~~~~~~

Dengan ketegasan atau lebih tepatnya lagi paksaan dari Kaydan, Runa mengalah untuk tetap berada di rumah sakit. Ia masih sedikit sempoyongan ketika turun dari ranjang. Tangan Kaydan refleks mendekap tubuh Runa. Terkejut dengan tindakan Kaydan, Runa tidak berani mengangkat wajahnya.

"Mau kemana?"

"Saya mau ke toilet, Pak."

Hati-hati Kaydan memapahnya. Dengan jarak yang begitu dekat, Runa bisa menghidu aroma parfum Kaydan yang harum dan menyegarkan.

"Saya bisa sendiri," ucap Runa lirih.

"Oh...."

Runa segera meraih selang infus dan masuk ke kamar mandi. Ia mendesah, Kaydan terlalu baik padanya, bukankah orang yang terlalu baik terkadang ada sesuatu di baliknya.

Mungkin bagi gadis lain ini adalah kesempatan besar untuk mendapatkan Kaydan. Tapi tidak untuknya. Jika selama ini orang melihat sosok Kaydan sebagai laki-laki yang tegas dan berwibawa itu salah.

Bagi Runa, Kaydan adalah orang egois dan keras kepala. Walau harus diakuinya bahwa kehadiran Kaydan akhir-akhir ini sedikit banyak telah membuat kehidupannya bertambah warna. Runa tidak pernah mengerti, bagaimana seorang Kaydan bisa selalu membuatnya merasa frustrasi.

Ketika keluar dari kamar mandi, Runa mendapati Kaydan sedang bersender pada dinding di sebelah pintu. Laki-laki itu segera meraih selang infus dan membantu Runa naik kembali ke atas ranjang.

Semua perlakuan Kaydan membuat Runa salah tingkah. Apalagi ketika Kaydan menaruh bantal di balik punggungnya agar bisa menyender dengan nyaman.

"Bukankah Bapak sibuk? Sebaiknya Pak Kaydan kembali ke kantor."

"Itu bisa diatur. Saya akan pergi setelah Lili atau seseorang yang kamu kenal menemanimu."

Runa menunduk. Ia teringat dengan kedua orang tuanya. Jika tahu sekarang dirinya sedang sakit, mereka pasti akan sangat khawatir. Dan Runa tidak ingin hal itu terjadi.

Kaydan beranjak dari sofa dan mendekati Runa. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang.

"Dokter bilang kamu kena typus. Setelah ini, jaga pola makanmu. Hindari makan pedas," Kaydan menghela napas. Menatap penuh perhatian pada gadis di depannya. "Karuna... kamu membuat saya khawatir."

Runa terdiam. Perhatian Kaydan sebetulnya membuat dirinya terharu. Namun ia tidak ingin terlena. Perbedaan Keydan dengan dirinya sangat jauh. Ia bernapas lega ketika terdengar suara ketukan di pintu. Runa harap itu adalah Lili.

~~~~~~~~~~

Setelah memastikan Runa tidak sendiri, karena sudah ada Lili yang akan menemani gadis itu, Kaydan pergi. Ia tahu Runa lebih membutuhkan Lili dari pada dirinya yang ada disitu.

Kaydan memutar musik di dalam mobil dengan lirih, ia masih ada di depan rumah sakit. Sambil menyenderkan tubuhnya, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk setir mobil mengikuti irama lagu tersebut.

Karuna benar-benar telah menyita perhatiannya. Gadis itu sangat menarik. Karuna tidak seperti gadis lain yang selalu mencoba menggodanya.

Annoying as hell.

Kaydan tergelak. Hanya Karuna yang sudah berani mengatainya seperti itu.

My baby you
Are the reason i could fly
And 'couse of you
I don't have to wonder why
Baby you
There's no more just getting by
You're the reason i feel so alive

Playlist
Marc Anthony | My Baby You
[200916]

----------##----------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top