Missing You

Runa tidak pernah tahu apa yang kini ia rasakan. Kepergian Kaydan seharusnya menjadi sesuatu yang membahagiakan buatnya. Bukankah ini yang ia harapkan, agar laki-laki itu tak mengganggunya lagi.

Runa menaruh nampan berisi makan siangnya ke atas meja. Menatap nasi goreng dengan sepotong besar daging bistik sebelum mulai memakannya. Di sela-sela makannya, ia mengambil ponsel yang ia taruh di saku celananya.

Tidak ada pemberitahuan apapun.

"Napa sih tiap lima menit kamu liatin HP mulu?"

"Apaan, orang cuma liat jam aja kok?" kilah Runa.

Sudah lima hari Kaydan pergi, dan tidak satupun telepon atau pesan yang ia terima. Laki-laki itu pasti sedang bersenang-senang dengan gadis-gadis cantik. Dada Runa bergemuruh. Ada perasaan asing saat ia memikirkan itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Mencoba mengusir perasaan asing itu, dan saat tidak berhasil, ia memutuskan untuk menghentikan makan siangnya walau baru  beberapa suap.

~~~~~~~~~~~

"Gimana... mau nggak?" tanya Fardan tiba-tiba. Ia menarik kursi kosong, duduk terbalik mengangkangi kursi. Meletakkan dagunya ke sandaran kursi sambil menatap Runa. "Kamu nggak lembur 'kan?" sambungnya lagi.

Runa berpikir sejenak. Tadi siang Fardan mengajaknya nonton film. Sesuatu yang sudah lama sekali tidak ia lakukan. Terakhir ia menonton bersama Aidan.

Aidan....

Runa tersenyum tipis, menyadari bahwa baru kali ini ia menyebut nama sahabatnya tanpa menimbulkan efek apa-apa pada hatinya.

"Kalian lagi ngrumpi apa'an?" tanya Lili yang baru saja keluar dari ruangan Bu Yaya bersama Haikal.

"Ngajak Runa nonton."

"Nonton! Tadi Haikal juga ngajakin. Kebeneran banget! Gimana kalo kita pergi bareng aja. Yuk, Na," ucap Lili antusias.

Fardan tersenyum kecut. Laki-laki itu hanya ingin pergi berdua saja dengan Runa. Fardan tahu jika Kaydan juga menaruh hati pada gadis manis yang duduk di depannya. Namun selama janur kuning belum melengkung, bukankah semua masih punya kesempatan yang sama?

"Ayolah, Na. Sekali-kali kita bersenang-senang!"

Bersenang-senang?

Mungkin Kaydan juga sedang bersenang-senang dengan gadis lain sehingga melupakan dirinya. Runa terhenyak, kenapa ia malah memikirkan laki-laki arogan itu.

"Oke!"

Bersenang-senang. Ia juga bisa melakukan hal yang sama.

~~~~~~~~~~

"Makasih ya?"

Runa keluar dari mobil Fardan. Ia adalah orang terakhir yang diantar pulang oleh laki-laki tersebut,setelah sebelumnya mengantar Lili dan Haikal.

Runa menggunakan kedua tangannya untuk menutupi kepala dari gerimis. Ia mempercepat langkahnya, entah kenapa malam ini tidak seperti biasanya. Runa merasa ngeri. Embusan angin yang kencang membuat pepohonan berdecit dan menimbulkan suara yang menakutkan.

Ia merogoh tasnya, mencari kunci. Dengan hati-hati menyalakan saklar ruang tamu, tetapi langsung mengerutkan kening ketakutan ketika lampu itu ternyata tidak menyala. Tangannya lantas meraba-raba mencari ponsel yang juga ada di dalam tasnya.

Dengan pencahayaan dari ponsel yang temaram, Runa memasuki kamarnya. Mengembuskan napas lega karena lampu di kamarnya tidak ikut mati.

Runa menghela napas panjang dan duduk di tepi ranjang. Suasana sungguh senyap. Ia bahkan merasa bahwa ia bisa mendengar debaran jantungnya sendiri.

Sebenarnya ia ingin segera bersembunyi di balik selimut. Namun badannya terasa lengket dan rambut yang sedikit basah. Ia harus mencuci rambutnya, jika tidak ingin sakit kepala.

Mungkin ini adalah mandi tercepat yang pernah ia lakukan. Walau rambut dan wajah tertutupi busa, Runa masih berusaha membuka matanya lebar-lebar waspada. Ia membayangkan sesosok perempuan dengan rambut panjang dan gaun putih di pojok kamar mandi.

Semua itu gara-gara film yang baru saja ia tonton, membuatnya sedikit paranoid. Ia lebih suka melihat film yang penuh aksi, drama, atau yang mengocok perut. Sedang film horor itu pilihan terakhir.

Runa mengenakan piyama biru dan handuk kecil yang menutupi rambutnya yang basah, lantas berlari dengan cepat menuju kamarnya. Keheningan kembali menyapa. Runa meraih ponselnya. Mungkin dengan memutar musik ketakutannya akan lenyap.

Runa terdiam menatap ponselnya. Ada dua pesan masuk. Jantungnya kembali berdegup kencang. Pelan Runa membuka dan membacanya. Pesan pertama dari Lili. Sahabatnya itu mengingatkan agar tak lupa dengan janji yang sudah mereka buat tentang sepeda santai besok pagi. Pesan kedua dari... Kaydan.

I miss U.

Kangen! Runa melemparkan ponselnya. Satu minggu ia ditinggalkan dan hanya itu pesannya. Mungkin Kaydan sudah bosan diluar sana, terus sekarang ingin mengganggunya kembali. Ia mencengkeram selimutnya kesal. Ketakutannya berubah menjadi kemarahan, yang membuat malam itu matanya sulit terpejam.

~~~~~~~~~~

Runa meliuk-liuk dengan sepeda pinjaman di antara para pesepeda yang lain. Wajah manisnya tampak berkerut-kerut melawan terik matahari. Sisa hujan semalam sudah tak berbekas, tergantikan oleh panas yang menyengat.

Panas yang membuat kekesalan di dadanya menjadi berlipat. Ia kesal pada Lili yang membatalkan janjinya, kesal pada Kaydan yang seenaknya mempermainkan dirinya, juga kesal pada laki-laki yang terus mengikutinya.

Ketika Runa sengaja memelankan laju sepedanya, lekaki itu juga ikut pelan. Pun ketika Runa memacu sepedanya lebih kencang, lelaki itu melakukan hal yang sama. Yang membuat Runa sedikit lebih tenang, ia berada di tempat umum, jika lelaki itu membuat ulah ia tinggal berteriak.

Setelah dua putaran, Runa turun dari sepedanya. Duduk di bangku kayu sambil melirik laki-laki penguntit tersebut, yang sekarang sedang duduk tak jauh darinya.

Laki-laki itu memakai topi, masker yang menutupi sebagian wajahnya, berpakaian serba hitam, sebuah headset di telinga, serta jam tangan hitam di tangan kirinya.

Jam tangan!

Runa bangkit, menatap tajam, lalu berjalan ke arah laki-laki tersebut.

"Kamu nyebelin! Rese! Egois! Seenaknya sendiri!" Runa mengatur napasnya, matanya masih menatap tajam laki-laki di depannya yang duduk tak bergerak. "But... I miss You too."

Kau berhasil mengenalkanku dengan
Hal baru yang disebut rindu
Lewat tatapan yang aku
Sebut pertemuan

Playlist
Jolin Tsai | Feeling lonely because of missing you
[131016]

#####^^#####

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top