Just Friend
Runa mengelap sudut bibirnya yang berminyak setelah menghabiskan semangkok soto ayam dan segelas jus jeruk. Terlalu banyak berpikir ternyata membuat Runa semakin cepat merasa lapar.
''Runa....''
Runa meremas tisu yang sedang dipegang, tubuhnya membeku, ia sangat hapal dengan suara di belakangnya.
''Runa...hai?''
''Ha-hai,'' jawab Runa sambil menatap lelaki yang kini sudah duduk di depannya, Aidan.
Runa menatap Aidan, mengurai rasa rindunya pada sahabatnya itu. Terakhir mereka duduk sedekat ini satu bulan yang lalu, ketika bertemu di perpustakaan. Bahkan satu minggu terakhir Aidan benar-benar menghilang.
''Kamu habis bertapa? Nyari wangsit?''
Aidan hanya tersenyum tipis. Ia balas menatap Runa, sahabat yang beberapa bulan ini terabaikan.
''Dan. Kamu baik-baik aja 'kan?'' Runa mengamati penampilan Aidan yang tampak berantakan dan lelah.
''Hahaha! Apa gue kelihatannya nggak baik-baik aja?''
''Bukan gitu? Tapi penampilanmu...maksudku beberapa bulan ini kamu 'kan terlihat...beda.''
Aidan terdiam. Aqessa memang telah mengubahnya menjadi laki-laki yang lebih sehat karena membuatnya berhenti merokok, juga merubahnya menjadi lebih rapi dan bersih karena memangkas rambut dan mengubah gaya berpakaiannya. Orang bilang, cinta itu butuh pengorbanan, dan itu yang telah Aidan lakukan demi Aqessa.
''Begitukah? Dan lo suka Aidan yang mana?''
''Ap-apa maksudmu?''
Aidan menatap Runa tajam menunggu jawaban. Runa sendiri salah tingkah, wajahnya terasa panas. Runa mengaduk gelasnya yang ternyata hanya tersisa bongkahan kecil es batu.
''Aku...suka Aidan yang jadi dirinya sendiri.''
Walau terkejut, tapi Aidan berusaha menyembunyikannya dengan baik. Demi mendapatkan Aqessa, ia memang telah banyak berkompromi.
Aqessa tidak mau diajak pergi ke pantai, kekasihnya itu takut kulitnya hitam. Aqessa juga berkali-kali menolak ketika diajak lari pagi karena takut gerah dan lengket. Sementara Aidan harus membiasakan diri menemani Aqessa ke salon, shopping, atau ke pesta teman-temannya. Cinta butuh pengorbanan. Cinta juga bisa merubah seseorang.
----------
Runa membuka matanya kemudian meraih ponsel yang berada di atas nakas. Jam lima pagi. Runa segera bangun dari ranjang kecilnya menuju kamar mandi yang ada di luar kamarnya sambil membawa baju ganti. Runa hanya mencuci muka dan menyikat giginya.
Runa melihat pantulan dirinya di depan cermin. Jika dibandingkan dengan Aqessa, ia merasa bukan apa-apanya. Dua tahun berteman dengan Aidan, lelaki itu hanya menganggapnya sebatas teman.
Ketukan pada pintu kamar mandi membuyarkan lamunan Runa. Ketika membuka pintu, Chia sedang memegang perut sambil menghentak-hentakkan kakinya. Runa sengaja berdiri di ambang pintu yang semakin membuat Chia menggeram kesal.
Runa menuju dapur. Membuat sarapan sederhana, roti tawar berlapis selai coklat dan secangkir teh chamomile.
''Pagi!'' Chia keluar dari kamar mandi sambil menguncir rambutnya lalu menarik kursi di depan Runa.
Runa hanya mengangguk, mulutnya penuh dengan gigitan besar roti tawar. Untuk menghemat ongkos, mereka tinggal bersama. Rumah kecil yang sederhana namun nyaman. Ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi, dapur yang merangkap ruang makan, ruang tamu, dan taman kecil di teras rumah tempat Runa menanam beberapa pot selada dan tomat buah.
Runa dan Chia masih saudara, walau keluarga mereka tinggal di kota yang berbeda.
''Eemm, Runa. Akhir-akhir ini kamu...kamu sering jalan sama Aidan lagi ya?''
''Nggak sering banget sih. Kan ada...Aqessa,'' jawab Runa lirih.
Runa menunduk. Ada sesuatu yang menghantam hatinya. Dirinyalah yang terlalu banyak berharap. Aidan mencarinya karena Aqessa sedang marah pada sahabatnya itu. Aqessa menghindari Aidan yang membuat lelaki itu seperti kebakaran jenggot dan kehilangan arah. Apa yang terjadi pada Aidan membuat Runa semakin yakin dimana posisinya. Ia hanya sahabat yang menemani hari-hari Aidan, namun hanya ada nama Aqessa di dalam hati lelaki itu.
Seharusnya Runa menjaga jarak dari Aidan seperti yang disarankan oleh Chia, tapi prakteknya lebih sulit dari teori. Runa tahu hatinya tidak baik-baik saja, ia selalu mendengar keluh kesah penantian Aidan, namun yang menyakitkan bukan dirinyalah yang dinantikan.
----------
[Gilar-Gilar, 50816]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top