I Won't Love You

Kaydan menyusup masuk ke balik selimut tebalnya, berusaha memejamkan matanya kembali. Kepalanya terasa berat, setelah terbangun karena mimpi buruk. Mimpi yang membuatnya merasa jatuh dari ketinggian.

Sepekan sejak kepulangannya dari rumah keluarga Runa, hari-harinya kini terus dibayang-bayangi ucapan Bu Safitri. Kenyataan yang terjadi telah menjungkirbalikkan dunianya.

Tepat jam delapan pagi Kaydan sudah berada di dalam mobil, ke arah Discovery Park Hotel yang sekarang ia pimpin. Pikiran Kaydan melayang lagi selama perjalanan. Otaknya sedang berputar cepat, bagaimana caranya untuk menyampaikan yang sebenarnya pada Karuna.

~~~~~~~~~~

"Permisi Pak, untuk jadwal hari ini-"

"Batalkan!" ucap Kaydan memotong ucapan Shanum dengan nada tinggi, hingga membuat sekretarisnya seketika menahan napas kaget.

Shanum terdiam kaku.

"Taruh saja semua file ke atas meja. Kalau ada tamu siapapun, katakan saya tidak ada di kantor, mengerti?"

"Mengerti, Pak."

"Kamu boleh keluar, jangan masuk kalau tidak urgent."

Shanum menunduk hormat, lantas keluar ruangan secepat kilat.

Kaydan memijit pelipisnya. Harinya kini benar-benar kacau. Apalagi ditambah dengan ponselnya yang tidak henti-hentinya berdering. Dengan enggan Kaydan mengambilnya, mengernyit heran dengan nama yang tertera di layar ponsel tersebut.

"Hallo?" sapa Kaydan malas.

"Dan. Bisa kita makan siang bersama di tempat biasa?" tanya Mia to the point. "Kaydan, please. Ada yang mau aku omongin. Penting!" sambungnya lagi setelah menunggu beberapa saat, namun tak ada jawaban dari Kaydan.

"Baiklah."

Di tempat lain, Mia menunduk lesu dengan jawaban Kaydan yang singkat.

~~~~~~~~~~

Bunyi gemerincing ketika Kaydan membuka pintu cafe membuat seorang laki-laki yang berdiri di belakang meja kasir memandang ke arah pintu masuk. Matanya membulat ketika melihat Kaydan dan Mia masuk ke dalam cafe-nya.

"Oh-ho! You guys, get back together?"

Mia menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, memberi tanda pada lelaki yang bernama Rangga itu untuk diam.

Rangga tersenyum. "Dulu kamu pernah kesini sama cowok lain. Kaydan juga pernah kesini sama cewek lain. Terus sekarang kalian datang berdua? Wow miracle!"

Mia terdiam. Kaydan pernah datang kesini sama orang lain? Mia memandang Kaydan yang duduk dengan tenang di sebelahnya. Lelaki itu terasa bagai orang asing.

"Okay. Let me take your orders first."

"Aku kayak biasa. Hot coffe with extra creamer will be fine. Kamu mau pesen apa, Dan?"

Kaydan diam tak menjawab.

"Kaydan?"

Kaydan tersentak dari lamunannya. "Apa?"

"Kamu mau minum apa? Like usual, espresso?"

Kaydan menggeleng. "Hot tea, please. Thanks Rangga."

Kaydan enggan mengeluarkan suara lagi, saat ini di hati dan pikirannya hanya ada sosok Karuna.

Mia mendekati Kaydan, duduk di bangku kosong tepat di sebelah lelaki itu yang semula membatasi mereka. Mia lantas mengelus wajah Kaydan yang rahangnya mengeras sejak pertama mereka bertemu di tempat parkiran tadi.

"Mia?" Kaydan terkesiap melihat apa yang telah dilakukan oleh Mia.

"Kaydan, aku minta maaf sudah ninggalin kamu begitu aja. Tapi sekarang kamu harus tau alasanku ngelakuin itu semua."

"Itu sudah tidak penting lagi,Mia," ucap Kaydan akhirnya.

"Sangat penting! Karena aku masih cinta sama kamu," ucap Mia tegas. Ia berharap masih diberi kesempatan oleh Kaydan. "Aku ninggalin kamu karena terpaksa. Karena... karena aku nggak bisa ngasih kamu keturunan," lanjut Mia dengan mata berkaca-kaca, hingga cairan bening lantas menetes di kedua pipinya.

Mia ingat, sejak remaja ia mengalami masalah dengan siklus bulanannya. Hingga beberapa bulan yang lalu ia berkonsultasi dengan salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter obgyn, yang hasilnya telah menghancurkan hidup Mia.

Seorang perempuan, dalam menjalani siklus bulanannya diperlukan kerja sama antar hormon di dalam tubuh manusia yang dikendalikan oleh syaraf hipotalamasus, jika jaringan syaraf ini ada gangguan, maka masalah siklus bulanan juga akan menjadi terganggu, akibatnya bisa dipastikan bahwa perempuan tersebut akan infertilitas.

Kaydan luruh melihat kesedihan di mata Mia, gadis yang sebelumnya selalu terlihat tegar dan pernah dicintainya.

"Kaydan... aku minta maaf. Aku pergi begitu aja. Tapi aku juga tersiksa selama jauh sama kamu. Cuma kamu yang aku pikirin. Bisakah kita kembali seperti dulu lagi?" ujar Mia lirih sambil mengusap pipinya.

Kaydan balas menatap Mia, ia sudah sejak lama memaafkan gadis itu, namun kini hatinya telah berubah. Sudah ada Karuna yang telah menjadi pelabuhan terakhirnya.

~~~~~~~~~~

Dengan langkah pelan Runa keluar dari lift di lantai lima menuju ruangan Kaydan. Di tangannya ada bekal kotak makan siang.

Tadi, Runa melihat mobil Kaydan terparkir di tempatnya, itu berarti kekasihnya masih berada di hotel. Runa bukan gadis yang posesif, ia tahu Kaydan punya pergaulan yang luas. Ia percaya pada Kaydan. Namun semenjak mereka pulang dari Dieng seminggu yang lalu, Runa merasa Kaydan berubah.

Sepuluh menit lagi jam makan siangnya usai. Runa mengurungkan niatnya memasuki ruangan Kaydan yang pintunya setengah terbuka. Namun ketika berbalik, matanya langsung bersiborok dengan dada bidang yang berbalut jas hitam.

"Cari siapa?"

"Saya cari... pencuri," jawab Runa, membuat sosok di depannya mengerutkan keningnya.

"Pencuri?"

Runa mendengus kecil. "Iya pencuri. Namanya Kaydan. Apa anda mengenalnya?"

"Kaydan? Memangnya apa yang sudah dia curi?"

"Dia sudah mencuri... hatiku."

Kaydan menatap sepasang mata milik Runa yang berbinar-binar. Ia melangkah maju, mendesak tubuh Runa hingga menempel ke dinding.

Runa gugup. Wajah Kaydan semakin dekat padanya, ia dapat merasakan napas Kaydan menghembus lembut pada wajahnya.

"Karuna?" Kaydan semakin mendekat, menangkup pipi Runa menggunakan telapak tangannya yang besar.

Tak ada jawaban, hanya ada suara detak jantung Runa yang mendadak berdetak satu tempo lebih cepat.

"Ehem!"

Sebuah suara dehaman mengembalikan Runa dan Kaydan ke dunia nyata.

Runa menoleh, mendapati Alan Oi serta Shanum sedang mengamatinya, pipinya langsung memerah membuat Kaydan terkekeh.

"Om Alan, selamat siang."

"Siang, Runa."

Setelah berbasa-basi sebentar, Runa segera kembali ke lantai empat. Ia sudah terlambat sepuluh menit dari jam kerjanya.

~~~~~~~~~~

Alan membuka pintu ruang kerja, sementara Kaydan mengikutinya di belakang.

"Tumben Papa kemari?" tanya Kaydan sambil melepaskan jasnya, ia menghampiri sisi kanan meja kerjanya yang luas, membuka pintu lemari pendingin yang tertenam ke dalam dinding. Kaydan mengeluarkan dua kaleng minuman bersoda.

Alan merubah posisi tubuhnya ketika Kaydan meletakkan satu kaleng tersebut di depannya. Lelaki paruh baya itu membuka amplop besar yang ia pegang, lantas menyodorkannya pada Kaydan.

Kaydan menaruh kaleng minumannya, meraih kertas yang disodorkan ayahnya. Sesaat napas Kaydan tertahan.

"Papa ingin kamu mengakhiri hubunganmu dengan Runa. Tui bu chi... karena kesalahan papa di masa lalu membuat kalian yang harus menanggungnya."

Kaydan menahan emosi yang tiba-tiba naik mendengar ucapan ayahnya. Rahangnya menangkup kencang. Ada gelegak rasa benci, kesal, marah, serta kecewa pada ayahnya.

"Kaydan... lakukan demi Raven, juga demi mamamu?"

Raven? Mama?

Ada sekian persen dari kata hati Kaydan untuk melepaskan Karuna. Demi dua orang yang juga sangat berarti dalam hidupnya.

Playlist
Bolin Chen | I Won't Love You
Ost. In Time With You
[211116]

Tui bu chi, Maaf

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top