Lovasket - Chapter 2

'Dicari asisten pelatih klub basket, siapapun bebas mendaftar. Apa berminat untuk mencalonkan diri? Temui Mark Yi-En Tuan saem di ruang guru pukul 2 siang mulai dari tanggal ×× sampai tanggal ××.'
Entah tersambar petir apa Jungkook begitu sudah pukul 2 siang langsung berlari keruangan Mark Saem yang merupakan pelatih klub olahraga dan intinya adalah basket, Mark saem tercengang menatapnya.
"Ngg... Jeon Jungkook-ssi?" Tanya Mark datar.
"Iya Mark saem." Jawab Jungkook cepat.
"Apa kau tahu sesuatu tentang basket?"
"Ngg... saya sendiri kurang tahu saem, saya hanya tahu beberapa teknik dan posisi seperti teknik three point atau mungkin posisi small forward." Ujar Jung Kook ragu-ragu, Mark saem menggaruk kepalanya walau tak terasa gatal. Ia terlihat kebingungan.
"Begini Jungkook-ssi, kami mencari orang yang su-dah berpengalaman jadi..." Mark saem jeda sejenak.
"Begini saja Mark saem, beri aku waktu 1 minggu un tuk belajar tentang basket. Apapun itu yang saem minta akan saya lakukan, pleasee..." Pintanya.
"Tapi dua minggu lagi akan ada InterHigh, jadi..."
"Tiga! Bagaimana kalau tiga hari? Tiga hari saja dan saya akan kembali tuk menepati janji saya." Seru Jungkook cepat dan Mark saem kembali diam.
"Jebal saem, tiga hari akan kutelan semua yang ten tang basket dan saya akan kembali kesini. Ya ya?" Mark ragu tuk menolak, ia akhirnya mengangguk.
"Baik, tiga hari diwaktu yang sama." Ucapnya final.
"YES! Gamsahabnida Mark seongsaenim!"
"Kau jarang menerima penolakan ya?"
"Setidaknya tidak kalau saya belum berusaha saem, saya permisi dulu." Ujar Jungkook,lalu keluar dari ruang guru itu dengan wajah berbinar bahagia.
.
"ASISTEN APA?!" Wonwoo menjerit dan Jungkook rasa gendang telinganya bisa saja pecah barusan.
"Asisten pelatih klub basket oppa, ish! Oppa kenapa sampai sebegitunya sih?" Tanya Jungkook sarkastik.
"Tidak, hanya saja..." ; "Itu nggak baik buat Kookie? Itu kan hanya basket dan ada kok perempuan main basket, lalu kenapa tidak boleh?" Sergah Jungkook.
"Boleh Kook, boleh. Hanya saja kenapa tiba-tiba? Kamu kan gak suka main basket, apa lagi mau jadi asisten pelatih?" Ujar Wonwoo tak habis pikir.
"Makanya, oppa akan sangat berguna. Oppa kan se orang penggemar klub basket, penggemat beratnya Michael Jordan. Jadi oppa bisa kan bantu Kookie? Cuman tiga hari dan Kookie akan ngelakuin apapun untuk itu, please bantu Kookie ya oppa..." Mata doe yang memelas itu membuat Wonwoo melemah tak bisa menolak, adiknya itu memang paling bisa deh.
"I-iya iya! Mulai kapan?" ; "Sekarang!"
.
Satu hal yang harus dikutip dan garis bawahi dari Jeon Jungkook 'dia tak pernah asal bicara', kalau ia bilang belajar maka ia akan belajar. Kalau ia bilang akan berusaha ia akan berusaha sampai titik darah penghabisan tanpa henti dan menepati ucapannya, seperti sekarang ia mati-matian belajar tentang basket dari club Chigago Bulls dan kawannya itu semua ia tonton dan dibaca pergerakannya. Semua nya ia telan, peraturan dan pelanggaran semua ia pelajari secara teori maupun praktek. Mempelajari teknik dasar basket dan untung ia cukup lancar be lajar dan Jungkook cukup bagus untuk mempelajari teknik dasarnya, tapi kesulitan untuk shooting. Pass nya sudah berpower dan akurat tapi shoot, kacau.
"Kenapa tidak masuk-masuk sih? Padahal hanya lay up?" Ujar Jungkook, dari salah kaki sampai ia terlalu kuat melempar ke ring dan tidak masuk. Itu sungguh membuat orang ingin menghancurkannnya.
"Makanya, jangan kebanyakan nonton Kuroko no Basuke juga dong Kook. Selain menonton acara NBA dan menonton anime memang terlihat mudah tapi di lakukan itu sulit sekali." Ujar Wonwoo, semenjak itu juga Jungkook malah nonton anime basket itu dan ia melihat pola berpikir dari pelatih dan pemain klub basket itu. Semuanya dihafal dan ia resapi, ada be berapa teknik yang tidak ada tapi ia kesampingkan dan terus seperti itu dan ia butuh mempraktekkan.
"Setelah lay up kau harus mencoba free throw Kook, itu juga dasar. Untung saja dribblemu tak begitu buruk." Ujar Wonwoo, stres karena lay up Jungkook akhirnya dapat memasukkan bolanya setelah per-cobaan ke 20 kali dan ia sedikit menjerit senang.
"Jangan senang dulu Kook, seorang pemain pemula saja bisa masuk 2 dari 10× percobaan." Ucapan Won Woo membuat mental Jungkook kembali terjatuh.
"Baiklah, free throw sudah lay up sudah dan apa lagi?" Free throw percobaan ke 25 baru bisa masuk, sabar ya Kook, ingat janjimu pada Mark saem besok.
"Crossover." Wonwoo terlihat seperti pemain basket pro saat melakukannya dan Jungkook tercengang.
"Apa?!" Pekiknya, Wonwoo memberikan bola itu dan Jungkook beberapa kali hampir memantulkan bola itu menjauh keluar lapangan. Tak lama ia mulai bisa.
"Kali ini aku tambah kesulitannya." Wonwoo berdiri dan memasang kuda-kuda siaga, Jungkook bingung.
"Coba lewati aku dan lakukan shoot, kalau masuk itu artinya kau lulus." Ujar Wonwoo dan Jungkook diam.
"Maksud oppa one on one?" Tanya Jungkook dan Won Woo mengangguk, bisa dihitung awalnya semua lan-car sampai percobaan ke 49 kali Jungkook tetap tak bisa melewati Wonwoo dan bolanya di steal terus. Berkali-kali Wonwoo menerobos dan shoot masuk se dangkan Jungkook hanya bisa berkali-kali diterobos.
"Seriuslah Kook, bagaimana mau menjadi asisten pe latih kalau begini?" Ujar Wonwoo meremehkan, Jung Kook kesal. 'Ini namanya pelecehan!' Seru innernya. Jungkook kali ini ancang-ancang, kalau tak bisa ia le wati berarti dia harus melakukan shoot jauhnya itu dan... 하나 , 둘 , 셋 ! SRUKK! Bolanya masuk ke ring.
"YES! YEAY!" Three point pertama Jungkook, Won Woo telat menahan bola dan walau bolanya hampir tak masuk tapi pantulan papan membuat bola masuk ke ring dan Jungkook berlari memeluk Bibi Lee erat.
"Bibiii! Tadi masuk lho! Bibi lihat kan?!"
"Lihat nona, selamat nona."
"Hmph, begitu saja senang sekali. Padahal kau itu hanya melawan pemain basket kelas biasa lho." Ujar Wonwoo, ia memang tak sehebat pemain lainnya.
"Biarin, penting masuk. Terima kasih bantuannya oppa~" Jungkook berlari dan mengecup pipi Wonwoo. Yang dikecup hanya mengacak surai hitam Jungkook dan Jungkook tersenyum, ia rasa hari ini cukup.
.
"Stop! 하지마 정국씨, itu sudah cukup." Jungkook tak lama datang dengan segudang informasi tentang permainan basket, strategi, sejarah, dan peraturan pokoknya segala yang ia tahu ia jabarkan semua.
"Kenapa saem rasa kamu itu perpustakaan berjalan ya?" Jungkook sedikit terkikik mendengarnya.
"Jadi apa saya diterima saem?" Tanya Jungkook.
"Well... eum..." Saem itu diam sebentar, ragu-ragu.
"Saem sudah dapat pengganti saya?"
"Aniya Jungkook-ssi, hanya saja..."
"Tidak apa kok saem, saya juga hanya menepati jan ji saya ke saem. Kalau begitu saya permisi dulu dan terima kasih atas waktunya Mark Seongsaenim."
"Kalau begitu besok jam 2 temui saya disini untuk kegiatan klub." Ujar Mark saem tiba-tiba, Jungkook membeku terkejut lalu balas menatap Mark saem.
"Apa kurang jelas?" ; "Jelas saem, jelas sekali." Ujar Jungkook semangat, Mark menggaruk kepalanya.
"Tapi gajimu ada kemungkinan tidak sebanding de-ngan pekerjaanmu lho, kau masih mau?" Tanyanya.
"Mau! Apapun dan berapa pun gajinya saya tetap mau bekerja sama saem, saya akan menanggung se mua resiko yang harus saya terima." Ujar Jungkook penuh ketulusan, peduli amat yang penting ia mau bekerja sebagai asisten dan ia tidak tahu kenapa.
"Kau tahu resikonya kan?" Tanya Mark saem.
"Saya akan sering bersentuhan dengan olahraga ini dan pastinya akan sangat sibuk dan menyita waktu, apa lagi mengingat klub basket Mark saem itu klub putra dan saya tak yakin mereka mau menerima sa ya semudah itu." Ujar Jungkook, mengerti sekali ak-an posisinya sekarang ini disekolah SMA BigHit ini.
"Apa ada alasan khusus kau melakukan ini?" Tanya Mark saem, siapa yang tidak kenal pelatih berwajah setampan artis korea ini? Daripada pelatih ia lebih cocok menjadi model (setuju kan iGot7? Wkwkwk).
"Tidak ada, saya hanya... yah, mencari kesibukan. Saem tahu kan saya ... bangkrut?" Ujar Jungkook dan Mark menyesali kepedeannya yang berpikir Ju-ngkook mau karena ia tampan (dengan wajah begitu kau memang pantas geer dikit XD), tapi sudah ba-nyak siswi kemarin yang mengantri dan rata-rata saat memdengar gaji rendah mereka semua batal mendaftar. Hanya Jungkooklah yang bisa bertahan.
"Maaf menanyakannya." Ujar Mark salah tingkah.
"Tidak apa saem, jadi besok saya sudah bisa mulai bekerja?" Tanya Jungkook lagi pada Mark saemnya.
"Ah ya, besok jam 2 dan temui saya disini. Kalau tak ada berarti saya sudah di gym." Jungkook mengang guk mengerti dan setelah berterima kasih, ia pun pamit dan pergi dari ruangan Mark saem. Berjalan dengan wajah gembira membuat siapapun yang me lihatnya bertanya-tanya, dan sepasang mata dari kejauhan menatap tajam kearah sosok Jungkook.

                   … 🏀🏀🏀 …

"WHAT THE F... (lower)." Ucapan kasar itu hampir ke luar dari mulut Kim Namjoon, power forward tim itu.
"Kau bilang apa tadi? Seorang Jeon Jungkook akan menjadi asisten pelatihnya Mark saem?!" Seru se-orang lagi dengan mata sipit yang mencoba dibuka lebar tapi gagal, yaps orang itu adalah Park Jimin.
"Apa Mark saem sudah gila?" Ujar pemuda bernama Jung Hoseok, ia dan Jimin adalah small forward tim.
"Kalian cari mati ya bilang Mark Saem gila?" Tanya Kim Seokjin, center dari klub basket 'Bangtan S'.
"Mereka kan bodoh, biarkan saja." Ujar Kris, center juga dan kadang cadangan kadang ikut bermain.
"Memang kau tidak?" Itu Min Yoongi, orang paling ketus dan galak. Salah satu shooting guard andalan.
"Ini gila! Maksudku apa laki-laki atau apa namanya itu sudah langka apa sampai harus memperkerja-kan seorang perempuan dan itu adalah Jungkook?!" Seruan itu keluar dari mulut Oh Sehun, point guard.
"Sebenarnya kenapa bisa sih?" Itu yang berbicara adalah Kim Jongin alias Kai, Shooting guard tim.
"Fate." Ujar si kembar Yugyeom dan Yongjae, Yu itu power forward sedangkan Yo adalah shooting guard dan keduanya sangatlah kembar super identik bet.
"Yah, mungkin ia memang mau serius bekerja kan?" Diantara para iblis pasti ada malaikat dan itu ada-lah Bambam alias Kunpimook Bhuwakul, ia keturunan Thailand-Korea. Makanya wajahnya blasteran gitu.
"Apa kau tak bisa membujuknya Taehyung?" Tanya Seokjin, chefnya anak tim juga. Biasanya mereka akan nongkrong dirumah Seokjin sekedar bersantai sehabis pertandingan, Taehyung alias Kim Taehyung adalah kapten dan masih kelas 2 seangkatan deng-an Jungkook, Jimin, Kai dan Sehun. Yugyeom, Yong Jae dan Bambam kelas 1 sedangkan Yoongi, Seokjin, Namjoon, Yi-Fan dan Hoseok adalah murid kelas 3.
"Nihil hyung, tak ada yang bisa kita lakukan. Besok dia akan mulai bekerja." Ujar Taehyung datar.
"Coba besok kau bicarakan lagi dengan Mark saem, pasti ada kesalahan." Ujar Kai, Taehyung menghela nafas berat. Ia juga menolak keputusan pelatihnya.
"Aku tak mau dan tak butuh kehadiran gadis itu di klub ini." Ujar Namjoon, Kris ikutan mengangguk. Ke betulan sekali saat pulang sekolah mereka semua se karang ini kumpul dirumah Seokjin, Taehyung men-ceritakan semuanya dan mereka membuat rapat.
"Kalau sampai gadis itu jadi asisten pelatih, pasti ia tak akan betah. Kasih saja alasan seperti itu Tae." Ujar Hoseok, ikut kebakaran juga begitu mendengar Jungkook diresmikan sebagai asisten pelatih klub ini.
"Mau diberi alasan apapun Mark saem tak akan se mudah itu mengubah keputusan hyung." Ujar Tae Hyung, semuanya menghela nafas kembali pasrah.
"By the way mana Xiumin hyung?" Tanya Jimin.
"Benar juga, tiba-tiba saja hilang tak ada kabar. Apa Xiu hyung masuk sekolah?" Tanya Yugyeom.
"Kemarin sih masuk, hari ini tidak. Bolos paling." Ujar Hoseok yang sekelas dengan Xiumin, mereka kembali menghela nafas. Hari ini terasa melelahkan.
"Akh sudahlah!" Seru Yongjae, geregetan dengan si tuasi yang sekarang ini membuatnya jadi emosian.
"Kita pikirkan besok lagi hyung, aku lelah." Final.
"Tumben pintar Jae." Ledek Sehun pada Yongjae.
"Dasar hyung sialan." Ujar Yongjae sarkastik.
"Peduli amat, Seokjin hyung! Minta kuenya!" Seru Kai yang entah bagaimana caranya sudah berada di dapur menjarah lemari makan Seokjin dan terja-dilah pertumpahan darah karena berebut makanan

⚽ TBC 🏀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top