Lovasket - Chapter 1
Before like this, I'm a girl who have anything. Life feels easy until that day come, it's raining, it feels so cold. I've already felt pain and that day change everything, I'm began poor. Not really poor but yeah somekind like that, my parents died and one thing that I can't believed my uncle betrayed me and my brother. Now I lived with my brother, try to open a new story of my life. And I'll start it right now...
... 🏀🏀🏀 ...
'Poor Kookie, Hahaha!' Dan banyak lagi tulisan tidak jelas yang dicat memakai pylox dan spidol permanen oleh para murid di SMA BigHit, kurang kerjaan kan? Tulisan yang seolah mengasihani padahal yang men dapat musibah tersebut tak minta untuk dikasihani.
"Jeon Jungkookie~" Suara itu lagi, suara yang sang-at menganggu pendengarannya. Belum lagi soal cat yang menghiasi pintu lokernya sekarang ditambah dengan kehadiran musuh bebuyutannya sejak dulu.
"Wah~ Hari pertama sudah mendapat sambutan di loker ya?" Tanya gadis itu manja, Jungkook memu-tar bola matanya malas kemudian mengambil pem-bersih dan mulai membersihkan 'noda' dilokernya.
"Oh? Sudah berganti profesi menjadi tukang bersih -bersih loker ya?" Tanya gadis itu lagi, diketahui ia bernama Hani bersama dua temannya Junghwa dan Dasom. Ketiganya berasal dari klub cheerleaders.
"Lebih baik menjaga kebersihan daripada membuat masalah seperti kalian, miss kurang kerjaan. Apa ka lian tak punya hal lain yang bisa dilakukan selain me ngurusi hidup orang?" Tanya Jungkook datar seperti tembok disampingnya tapi kata-katanya menusuk.
"Heh! Kau itu sekarang cuman gadis miskin tahu!" Ujar Dasom ketus, Jungkook hanya tertawa kecil.
"Setidaknya aku tidak miskin pengetahuan seperti kalian, mau berduel Sudoku denganku?" Tanya Jung Kook dengan nada meremehkan, itulah salah satu dari kelebihan Jungkook. Dia sangat cantik, tapi dia juga pintar. Asli pintar, berbakat dalam bidang non akademis juga akademis. Peraih beasiswa langgan-an setiap tahun dan peraih banyak juara dalam lom ba entah olimpiade atau lomba seni, hanya saja ia ku rang lihai dalam berolahraga selain renang dan lari. Tapi kehebatan otak dan wajah cantiknya itu super.
"Heh Jeon, kau itu sudah miskin belagu lagi! Memang apa lagi yang bisa kau banggakan?" Ujar Junghwa.
"Aku punya banyak hal yang bisa kubanggakan, bea siswa dan piala itu bisa kubanggakan. Kalian punya apa selain wajah cantik tapi berhati busuk?" Ujar Jungkook, wajah mereka bertiga sudah memerah me nahan emosi hendak mencekik Jungkook tapi entah mengapa mereka menahan tindakan mereka tadi.
"Kali ini kau selamat, tapi next time tidak akan." Ha ni membawa temannya pergi, ia tak mau memper-panjang masalah dan tak lama sosok pemuda yang tampan datang menghampiri Jungkook yang sedang sibuk 'membereskan' loker yang dikotori sekarang.
"Kook!" Panggilnya, Jungkook terdiam membeku tak mau menoleh pada orang yang ia kenal suaranya itu.
"Kook kau tak apa? Apa mereka menyakit-"
"Minggir Woozi." Ujar Jungkook saat Lee Jihun yang dipanggil Woozi oleh teman-temannya itu mencoba menyentuh bahu Jungkook seolah mau menegarkan dirinya, tapi maaf Jungkook tidak butuh hal itu.
"Kook, aku ha-" ; "Aku tak butuh apapun darimu." Ujar Jungkook ketus sambil menepis sentuhan Woozi,
"Jungkook aku sayang padamu, lepas dari semua itu aku tak bisa melepasmu." Ujar Woozi, yah dia pria tampan yang menjadi incaran semua orang didekat nya. Woozi merupakan murid tingkat tiga dan ia ada lah Ketua OSIS, juga mantan dari Jeon Jungkook.
"Jeongmal saranghaeyo, please Kook." Woozi mence-ngkeram lengan Jungkook dan langsung ditepis se kuat mungkin oleh Jungkook, Woozi sedikit terkejut.
"I don't need your love anymore, so get off from my way." Ujar Jungkook lalu segera berlari dan menum- pahkan air mata yang sudah sejak tadi ia tahan.
.
"Annyeonghaseyo!" ; "Annyeonghaseyo Kookie!" Jungkook tercengang, langsung memeluk orang itu.
"Wonwoo oppa! Bogoshippo!" Seru Jungkook nyaring.
"Nado Jungkookie." Ujar Wonwoo pada adiknya itu.
"Oppa kapan pulang? Katanya masih lama." Ujar Jungkook lalu keningnya disentil oleh Wonwoo pelan.
"Baru tadi, memanya kau tak senang oppa pulang cepat hah?" Tanya Wonwoo, ia baru pulang dari ne-gara sakura yaitu Jepang untuk mencari ilmu disana dan sekarang memilih pulang untuk membiayai adik kecilnya ini. Terakhir ke Jepang untuk menuntaskan kuliahnya dan menerima gelar sarjana yang ia da-patkan, sekarang hanya tinggal mencari kerja saja.
"Akh! Oppa nggak seru!" Jungkook mengerucutkan bibirnya dan Wonwoo hanya tersenyum melihat kela kuan adik tirinya, yah Wonwoo bukan anak kandung. Ia anak adopsi dari panti asuhan dan tak lama Jung Kook pun hadir dikeluarga Jeon dan merupakan anak kandung, walau begitu keluarga Jeon tidak membe-da-bedakan kedua anak tiri maupun kandungnya.
"Haha... Oh iya bagaimana keadaan disekolah?"
"Baik kok walau memang agak menyebalkan sih, tadi Kookie diganggu anak-anak lain. Ada yang meletak-kan kecoak dilaci meja lah, coret-coret loker, melem par kertas gulungan yang isinya hanya hal tidak pen ting, ish pokoknya aneh deh! Kurang kerjaan semua! Sebel!" Keluh Jungkook dan ia melihat reaksi Wonwoo yang terlihat bersalah, Jungkook balas menatapnya.
"Oppa kenapa? Wajahnya mendung gitu." Ujar Jung Kook dengan watadosnya, Wonwoo menghela nafas.
"Harusnya kamu jangan ikut oppa Kookie, harusnya kau ikuti kata ahjussi saja." Ujar Wonwoo sedih.
"Apa? Nggak mau! Pokoknya aku cuman mau sama oppa titik! Dan kenapa oppa ambil pusing sih? Aku saja yang menjalani tidak merasa, kan ada oppa. Se lama oppa ada, aku akan bertahan untuk oppa." Ujar Jungkook lalu bergelayut manja pada oppanya itu, Wonwoo tersenyum karena ketulusan adiknya itu.
"Pokoknya selama ada oppa, Kookie akan lakuin apa pun untuk oppa. Kookie sayang oppa~"Ujar Jungkook.
"Oppa juga sayang sama Kookie." Ujar Wonwoo.
"Kalau gitu mandi sekarang, nanti kita makan ber- sama dengan bibi Lee, ne?" Ujar Wonwoo sambil me ngelus surai hitam milik Jungkook halus dan Jungko-ok pun mengangguk cepat lalu segera pergi mandi.
... 🏀🏀🏀 ...
"Eh Kook, kudengar kau bekerja di Minimarket ya? Apa kau sebegitu miskinnya sampai harus bekerja di sana?" Tanya Hani, cewek centil nan nyebelin ini si-buk mengurusi hidup Jungkook dan reaksinya datar.
"Bukankah hebat diumur segini aku sudah bisa be-kerja? Kalian bisa apa?" Mulutnya asli bisa ular.
"Eh kamu tahu kan kalau diumur segini harusnya ma sih masa-masa belajar, memangnya boleh bekerja dibawah umur?" Tanya Junghwa dengan lagaknya.
"Buktinya aku, minimarket tempatku bekerja saja memperkerjakan murid SMP kelas 3. Kenapa tidak?" Ujar Jungkook lalu membereskan bukunya dan mele-takkannya ditasnya, ia kemudian pergi darisana.
"Eh, kami belum selesai denganmu." Tahan Dasom.
"Siapa dirimu berhak mengatur-ngatur diriku? Kau tak punya hak apapun sekalipun kau orang kelas at-as Dasom, kau pasti belajar tentang HAM bukan? Jadi minggir." Ujar Jungkook ketus lalu melaluinya dengan mudah, Jungkook keluar dan mendapati ia sudah berada dijalan raya, naik bus lalu pergi ke tempatnya bekerja. Setelah selesai ia pulang dan mendapati kalau oppanya terlihat khawatir menung gunya sampai dirumah, Jungkook nyengir kotak.
"Hay oppa~" Sapanya dibuat semanis mungkin tapi dalam hati sudah jedar-jeder menahan ekspresi.
"Habis darimana Kook? Kenapa telat sekali pulang nya?" Tanya Wonwoo khawatir, ia belum tahu soal Jungkook yang bekerja diminimarket dekat rumah.
"Aku... eng... pelajaran tambahan, hehe." Ujar Jung Kook, Wonwoo mengerutkan keningnya bingung.
"Untuk apa?" Tanya Wonwoo dan Jungkook berde-ham pelan, udara sekeliling terasa begitu panas.
"Hanya iseng, aku mau menambah beberapa ilmu di kepalaku." Ujar Jungkook dan menyentuhkan jari te lunjuk ke keningnya, lalu segera ngacir kekamarnya.
'Astaga, hampir saja.' Jungkook membuka buku PR nya dan mulai sibuk mengerjakan PR, selesai itu ia lanjut pergi mandi dan bibi Lee membawakannya makan malam. Bibi Lee memandang ekspresinya.
"Nona, anda kenapa?" Tanya bibi Lee padanya.
"Tidak bi, tidak apa." Wajah Jungkook memancarkan kesedihan, bibi Lee tidak tega melihat wajahnya itu.
"Nona ada masalah? Nona bisa cerita kok pada bibi, itupun kalau nona mau." Ujar Bibi Lee padanya dan Jungkook tersenyum menunjukkan bunny toothnya.
"Aniya bibi, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Ujar Jungkook manis dan bibi Lee pun menyerah lalu pergi dari kamar Jungkook, seperginya bibi Lee, Jungkook menghela nafas lelah. Ia sebenarnya sudah tak berniat untuk sekedar me noleh, hidupnya cukup berat. Ditinggal orang tua, ia juga harus belajar hidup susah dan oppanya masih setia padanya begitu juga bibi Lee yang bahkan me nolak tuk digaji tapi dipaksa Wonwoo bibi pun mau. Jungkook bekerja untuk sedikit meringankan beban Wonwoo, Wonwoo bekerja dibagian management dan itu berpangkat cukup tinggi disebuah perusahaan. Hanya saja Wonwoo pasti lelah membayar semua ke butuhannya dan Jungkook sekedar membantu, ya walau ia punya alasan terselubungnya juga sih. Tak mau berlama-lama memikirkan hal tersebut, selesai makan ia membawa piring ke wastafel cucian lalu ia menyikat gigi, membereskan buku dan pergi tidur.
.
Beberapa lama setelahnya semua lancar sampai ha-ri itu pun tiba, hari dimana saat Jungkook pulang me nemukan wajah Wonwoo yang menahan amarahnya.
'Kwaw kwaw, not good.' Pikir Jungkook dalam hati.
"Er... oppa..." ; "Duduk." Jungkook langsung duduk.
"Kau bekerja dimana?" Wajah Jungkook memuram, ia menundukkan wajahnya tak berani menatapnya.
"K-kerja apa?" Tanya Jungkook pura-pura tak tahu.
"Oppa serius jawab Jungkook." Jungkook masih diam.
"Kookie gak kerja kok." Masih berusaha mengelak.
"Apa oppa tak pernah bilang kalau bohong kau pasti akan memainkan jarimu dan menautkannya seperti orang gugup?" Ujar Wonwoo pada Jungkook datar.
"Eh iya? Memangnya begitu ya bibi Lee?" Mencoba mengalihkan pembicaraan, bibi itu diam kikuk saja.
"Jeon Jungkook!" Bentakan itu membuat Jungkook tersentak kaget, Wonwoo begitu mirip ayahnya saat marah. Akan menyebut nama lengkapnya lalu mem bentaknya, 'bagaimana mungkin dia bukan oppaku? Dia sangat mirip appa!' Pikir Jungkook dalam hati.
"Kook, apa oppa kurang memberimu? Kalau kur-"
"Nggak oppa, nggak! Kookie cuman mau kerja buat ngilangin keselnya Kookie aja kok, Kookie kerja bu-kan karena uang oppa kurang hanya saja Kookie kan belakangan sering mengeluh. Jadi daripada itu Kook ie pikir Kookie mau bekerja saja seperti oppa dan ga punya waktu buat ngeluh lagi, semua yang oppa kasi udah lebih dari cukup kok... hiks..." Jungkook terisak, jarang oppanya itu marah padanya dan baru kali ini ia marah. Dulu saat ia dimarah appanya maka oppa nya yang akan seperti pengacara, setelahnya kedua nya akan mengusap rambutnya begitu juga eomma nya. Tapi sekarang Jungkook hanya punya oppanya dan ia sangat menyayangi oppanya walau bukan sau dara kandungnya, Wonwoo juga menyayangi Kookie.
"Maafin oppa, Kookie." Wonwoo datang menghampiri dan mengusap rambutnya seperti dulu, dan lembut.
"Hiks... Kookie kangen eomma sama appa, oppa. Kook ie cuman mau ngikutin kata eomma biar gak pernah ngeluh terus karena ngeluh itu nggak baik, gapapa kan?" Ujar Jungkook pada Wonwoo dan ia mengang-guk lalu memeluk Jungkook penuh sayang, Jungkook perlahan meredakan tangisannya dan mentapnya.
"Oppa dah gak marah lagi kan?" Tanyanya dengan mata doe dan wajah moe minta dicubit itu dan Won Woo hanya mengangguk sebagai jawaban, Jungkook mulai mengembangkan senyum manis diwajahnya.
"Kookie masih boleh kerja kan?" Tanyanya setengah memekik, Wonwoo diam tapi ia mengangguk pelan.
"Tapi kalau kau kelelahan kau harus berhenti, kau mengerti?" Jungkook menangguk pada Wonwoo.
"Eh tapi kok oppa tahu aku bekerja?" Tanyanya.
"Ada tetangga cerita pada oppa tadi pas pulang."
"Siapa?" ; "Anak kecil nggak boleh tahu." Wonwoo pergi sambil tertawa membuat adiknya dongkol.
"Ooooppppaaaaaaa!!" Seru Jungkook nyaring sekali.
... 🏀🏀🏀 ...
"MWOOOOOOO?! WAEYO SAJANGNIM???! APA AKU PERNAH MEMBUAT KESALAHAN? KALAU IYA AKU MINTA DIMAAFKAN SAJANGNIM!" Seru Jungkook dan tak sadar suaranya jadi melengking, sajangnim tersebut terlihat kebingungan menghadapi dirinya.
"Tidak Jungkook-ssi, tapi eum..."
"Ap-" Jungkook menoleh kesebuah figura lalu ia me-ngangguk tanda mengerti dan akhirnya mengalah.
"Baiklah, terima kasih sajangnim atas bantuannya." Sang bos terdiam lalu menoleh ke figura barusan.
"Kau ada masalah dengan pemiliknya?" Tanya bos itu, Jungkook geleng kepala sebagai jawabannya.
"Tidak pada pemiliknya, tapi pada anak pemiliknya." Bos itu diam sebentar lalu tertawa, menatapnya.
"Aku mengerti, aku akan memberimu uang tambah karena kau bekerja dengan sangat baik melebihi karyawan lain disini. Maaf sebelumnya." Orang itu mau memberi Jungkook uang tapi Jungkook menolak.
"Akh, jangan sajangnim. Nanti aku tidak adil pada yang lainnya, kalau begitu saja permisi dan terima kasih sajangnim." Ujar Jungkook sopan padanya.
"Ah baiklah kalau begitu, terima kasih juga padamu Jungkook-ssi." Jungkook pun keluar dan mulai pusing kepalanya, bagaimana mau memberitahu Oppanya?
.
"MWO?! DIPECAT?! KENAPA?!" Jungkook menutup telinganya rapat-rapat, kemudian ia menceritakan secara detail dan akhirnya Wonwoo mengangguk.
"Aku mengerti, jadi begitu ya." Ujar Wonwoo.
"Memang oppa pikir kenapa? Dan tolong jangan ber teriak seperti tadi oppa, telingaku sakit." Ujar Jung Kook sarkastik dan Wonwoo tertawa karenanya.
"Oppa kira kau membuat masalah seperti menghajar salah seorang tamu, atau membuat kebakaran men dadak." Ujar Wonwoo dan Jungkook pun memukulinya bertubi-tubi, Wonwoo tentu tidak merasakan sakit.
"Aaargh! Oppa nyebeliiiiiin!" Seru Jungkook kesal.
"Tapi sayangkan? Haha." Wonwoo balas tertawa.
"Tapi sekarang gimana dong oppa? Aku nganggur la gi deh." Keluh Jungkook sambil mengerucutkan bibir.
"Mencari pekerjaan pelan-pelan mungkin? Berdoa saja pada Tuhan, siapa tahu ia memberimu pekerja an yang mungkin lebih baik dari pada yang disana." Ujar Wonwoo sambil memakan camilan disamping.
"Ah benar juga." Ujar Jungkook ikut menyambar camilan keripik yang ada didepan meja tersebut.
"Kau harus belajar dengan baik, atau kau mungkin mau daftar jadi guru musik atau tari. Kau kan bisa melakukannya Kook, mengajar vocal dan gambar." Ujar Wonwoo, Jungkook terlihat berpikir sejenak.
"Saingannya banyak sekali oppa, aku minder." Ujar Jungkook dan segera dijitak pelan oleh Wonwoo.
"Auw!" ; "Dasar, kemana adikku yang kepercayaan dirinya biasanya ada diatas rata-rata itu." Ujar Wonwoo, Jungkook kembali mwngerucutkan bibirnya.
"Oppa nggak lihat artis korea tuh? Mereka cantik dan keren, pintarnya... lumayan, ada yang cerdas sekali dan ada juga yang tidak tapi mereka hebat dalam bernyanyi dan menari. Aku minder jadinya."
"Kalau begitu berhentilah menatapi bias itu Kook, hal itu malah meracunimu." Ujar Wonwoo padanya.
"Nggak mauu~ I Love my bias~ Hehehe..." Ujar Jung Kook lalu ia berpamitan mau bersiap tuk besok sebelum oppanya berbaik hati menjitaknya kembali.
...
😫 TBC 😫
...
FRI : (For Readers Information) Saya masih anak sekolah masuk kekelas 10 tahun ini._. Jadi maaf kalau lama update, crita banyak kekurangan dll.
Btw, Chapter 1 s/d 5 sudah jadi sebenarnya dan akan saya update kira-kira sehari 1 chapter tapi hanya sampai 5 karena lain nya belum selesai dan masih dalam tahap perjuangan.
Maaf kalau lama update dan salam kenal semuanya^^
Ah ya, khusus untuk FF saya ini. Maaf kalau bahasa asing yang di gunakan selain bahasa Indonesia nya ngaco, silahkan memberi saya review untuk itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top