Lembar 01

Lembar 01 -- Kehidupan yang Membosankan.
Oleh: Akabane Karma.

Didedikasikan untuk Harukananami833 yang sudah rela menyempatkan waktu untuk mengingatkan Yu biar apdet 😂😂. Terima kasih banyak💕💕

--oOo--

Namaku Akabane Karma, panggil saja Karma. Sedikit tentang diriku, aku adalah seorang siswa yang bersaing ketat di peringkat atas saat SMP. Bahkan, sekarang setelah resmi menjadi murid SMA Kunugigaoka pun begitu.

Perkenalan yang terdengar klise tapi tidak masalah.

Aku berjalan di koridor sambil memasukkan salah satu tanganku ke dalam saku, tangan yang lain pun menjadi sarana untukku dapat minum susu stroberi. Beberapa teman yang berada di belakangku terlihat asyik sendiri dengan topik obrolan mereka.

"Hei, hei, seharusnya kau lihat saat Yukimura-sensei mulai menerangkan pelajarannya."

Aku mendengar suara si playboy, Maehara Hiroto yang sedang bicara di belakangku dengan yang lain.

"Kurasa kau salah. Tentu saja yang paling sempurna adalah milik Irina-sensei~"

Suara Okajima Taiga--si mesum tertangkap oleh telingaku.

Maa, maa~ Sepertinya aku tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

"A-ah, bisa kita hentikan pembicaraan ini? Rasanya sedikit menggelikan, Maehara-kun, Okajima-kun."

Nagisa Shiota--si laki-laki trap sekaligus sahabatku mulai buka suara untuk menyudahi pembicaraan mesum Okajima dan Maehara.

Dapat kudengar tawa cekikikan dari mereka berdua dan akhirnya yang jadi sasaran adalah Nagisa.

"Nee, Nagisa, apa kau iri dengan mereka? Kau rata," celetuk Okajima.

"Enak saja! Aku laki-laki!" Nagisa memekik, setelahnya dapat kudengar hentakan di lantai.

Heh~ Nagisa-kun kesal.

Aku yang sedari tadi bungkam hanya bisa menahan tawa hingga tiba di ambang pintu kelas.

"Tunggu, aroma minyak kayu putih? Karma?"

"Hm~?" Aku hanya membalas pertanyaan Maehara dengan deheman.

"Great job!" celetuk laki-laki berambut jingga kekuningan itu dengan aksen khas orang Jepang sehingga terdengar agak aneh.

Aku hanya tersenyum melihat wajah bahagia teman-temanku yang sangat bersemangat dengan jam kosong hari ini.

Yup, salah satu guru killer yang mengajar hari ini izin kembali ke kantor karena tak tahan dengan bau minyak kayu putih yang menyeruak di setiap sudut ruangan.

Dan, itu adalah ideku.

Tubuhku bergerak ke arah kursi paling belakang, tepatnya di belakang kursi dengan tas [Favourite Colour] dan gantungan kunci di atasnya.

Hee~ Kemana dia?

Aku duduk bertopang dagu di bangkuku sekaligus menunggu pemilik bangku di depanku untuk datang ke kelas.

Beberapa menit dan aku mulai merasa bosan menunggu hingga Nagisa menghampiri bangkuku.

"Karma-kun, bukankah ini terlalu berlebihan? Sudah 3 kali pertemuan yang sensei lewatkan hanya karena bau minyak kayu putih," kata Nagisa sambil tersenyum kecut ketika melihat beberapa murid yang sibuk bersantai dengan banyak cara.

"Hm? Bukannya itu mau mereka? Aku hanya mengabulkan apa yang jadi keinginan mereka, Nagisa-kun."

Ya, itulah jawabanku untuk pertanyaan Nagisa.

Mengabulkan keinginan seseorang terdengar klise seperti dalam dongeng peri yang baik hati.

Namun, aku tak sebaik itu juga.

Siluet seorang gadis tertangkap oleh mataku. Inilah orang yang kutunggu-tunggu.

Sedari tadi aku terus mengukir senyum penuh makna apalagi ketika gadis itu berjalan ke arah bangkunya bersama seorang temannya.

Salah satu tanganku bergerak mengambil botol minum gadis penggila ramuan--Okuda Manami lalu menuangkannya secara sengaja di atas bangku gadis yang sedang kuincar.

Mengembalikan botol minum milik Okuda dan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa.

[Fullname], nama gadis yang kuincar. Entah kenapa di antara semua gadis di sekolah ini aku hanya memandangnya. Gadis yang bullyable sangat menyenangkan untuk kuganggu.

"Hee~ Pergi membeli camilan, [Name]-chan? Kau tidak takut membebani tubuhmu yang sudah gembul itu?"

Favoritku adalah memprovokasinya dan ...

Bisa kurasakan perempatan merah muncul di kepalanya, aura hitam dari gadis itu juga sangat terasa dari jarak ini.

"Apa masalahmu, Akabane Karma!? Kau ingin mempermalukanku, heh?"

[Name] terlihat menggertakan tangannya. Di sampingnya Fuwa Yuzuki sibuk menenangkan gadis itu.

Dan, ekspresi wajahnya itu sangat menyenangkan untuk kulihat.

Dapat kulihat [Name] menghela napas, mencoba menetralisir rasa kesalnya. Aku hanya sibuk menahan tawa sebelum dia benar-benar duduk di bangkunya.

Kena dia.

Dari belakang, kulihat punggungnya bergerak tak nyaman dan refleks dia berdiri untuk mengecek sesuatu. Gadis itu menemukan air yang tercecer di bangkunya.

Aku yakin kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun.

"Hee, [Name]-chan, bocah besar sepertimu apa masih membutuhkan popok?"

Beberapa mata mulai menatap [Name] dan roknya yang basah karena ulahku. Dari ekor mataku Nagisa berjalan mendekat ke arahku dengan wajah panik.

[Name] tiba-tiba menggebrak mejaku lalu menarik kerah bajuku. Tangannya mengepal hendak meninju wajahku yang memesona.

Aku hanya membalasnya dengan senyum sinis. "Kau ingin memukulku, [Name]-chan? Tak kusangka kau seliar itu."

Mendengar tawaan sinisku, kurasa [Name] benar-benar sudah di ambang batasnya. Fuwa dan Nagisa terlihat panik di samping kami masing-masing.

"Kau sudah kelewatan, Akabane. Aku ingin menghantamkan kepalan tanganku ke wajahmu," ucap [Name].

Aku masih tertawa dan bisa kulihat gadis itu mulai melayangkan kepala tangannya ke wajahku. Semua teman melihat kami. Menjadi pusat perhatian lagikah?

"[Lastname], Akabane, berhenti di sana!"

[Name] menghentikan kepalan tangannya padahal aku sudah siap untuk menghindar. Bisa kulihat seorang laki-laki berambut strawberry  blonde berjalan ke arah kami dengan langkah lebar.

"Terima kasih sudah menghubungiku, Fuwa-san," ucapnya pada Fuwa.

Ah, Fuwa memberitahunya. Aku benci setiap dia datang.

Laki-laki itu menarik [Name] menjauh dariku. Aku pun dapat berdiri tegak kembali dan membenarkan kerah baju.

"Kau selalu datang seperti pahlawan, ya, Asano-kun," kataku yang menyuratkan ketidaksukaan dan sindiran pada laki-laki itu.

Ia hanya menatapku lalu menatap [Name]. Mereka mengobrol singkat dan aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mengesalkan.

Pada akhirnya [Name] dan Asano pergi meninggalkan kelas sambil bergandengan tangan. Aku hanya menghela napas kesal lalu duduk di bangkuku lagi.

Atmosfer kelas pun kembali seperti semula. Ramai dan riuh.

Nagisa berjalan mendekatiku lalu memberikan buku yang sempat dipinjamnya beberapa hari yang lalu. Aku menerimanya dan menaruhnya di wajahku.

"Terima kasih, Nagisa-kun."

"A-ano ... Karma-kun ..."

Aku mengintip Nagisa dari balik buku yang ada di wajahku.

"Bukankah kau agak terlalu berlebihan pada [Name]-san?"

Ah, Nagisa, dia itu gadis favoritku. Aku bisa melakukan apa saja padanya.

"Tidak. Aku rasa aku melakukan hal yang benar." Aku membela diri.

Nagisa tersenyum kecut lalu menggaruk tengkuknya.

"Bagaimana kalau kau langsung mengungkapkan perasaanmu padanya? Bukannya itu lebih cepat daripada terus menggodanya dan membuatmu dibenci olehnya?"

Entah karena apa wajahku menjadi panas dan mungkin sudah memerah sekarang.

"A-apa maksudmu? Aku tidak mungkin melakukannya. Lagipula, aku nyaman menganggunya." Aku menutup kembali wajahku dengan buku.

Dari ekor mataku dapat kulihat Nagisa tersenyum. "Sou ka, aku tahu kau memang orang yang baik, Karma-kun."

Tidak sebaik yang kau kira. Setiap orang punya sikap baik dan buruknya sendiri. Dicap baik maupun buruk, tergantung cara mereka menunjukkannya.

Aku hanya menghela napas. Hidupku rasanya penuh dengan kebosanan batin. Ingin mencoba sesuatu yang baru.

To Be Continued.

Note: AAAA Yu ketiduran semalem :'v maapkeun. /dibalang sendal sw*ll*w sama Reader.
Part selanjutnya menyusul~
Thanks for your support, gaes!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top