9. Putusan

Esok paginya, seperti yang sudah dijadwalkan, Noel, Kayla, Ammy dan Seth pun mendatangi kantor Profesor Ruth, sang guru pengajar Mantra Sihir, untuk menerima hukuman mereka: penyegelan kekuatan.

Ruangan Profesor Ruth memiliki sebuah bilik kecil yang biasanya dia gunakan untuk pelajaran praktek mantra sihir. Para siswa yang bakatnya berkaitan dengan mantra biasanya melakukan latihan praktek di bilik tersebut. Baik Noel maupun ketiga temannya sangat jarang berurusan dengan Profesor Ruth. Mereka bahkan tidak pernah masuk ke dalam bilik matra tersebut karena memang berada di jurusan yang berbeda. Meski mereka memang mengenal sang profesor karena siswa Akademi umumnya hafal dengan seluruh pengajar di sekolah mereka tersebut.

Hari itu adalah kali pertama mereka masuk ke ruang kantor Profesor Ruth. Beliau adalah seorang wanita muda yang baru bergabung menjadi pengajar di Akademi Diora dua tahun belakangan, menggantikan Profesor Liam yang sudah pensiun. Ia adalah pengajar yang ramah sebenarnya, kalau saja tidak bertugas sebagai eksekutor yang melaksanakan hukuman penyegelan kekuatan.

Noel memasuki ruangan kantor Profesor Ruth dengan perasaan campur aduk. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan kekuatannya tidak akan bisa digunakan lagi selama satu bulan penuh. Noel tidak pernah mengalami hal mengerikan tersebut sebelumnya. Sejak lahir ia dikaruniai kemampuan bernyanyi yang luar biasa. Mampu menyembuhkan dan memberi semangat bagi siapa pun yang mendengarnya. Kini, suara itu akan direnggut darinya dan mungkin Noel tidak akan bisa bernyanyi sama sekali selama satu bulan ini.

"Kalian sudah datang, Anak-anak? Kita langsung saja melakukan ritualnya kalau begitu. Ayo ikut saya," ujar Profesor Ruth menyambut kedatangan empat anak yang berwajah suram. "Teman kalian sudah datang lebih dulu. Ia menunggu di dalam bilik mantra," lanjut sang profesor sembari berjalan membelah ruang kerjanya yang sederhana.

"Teman? Ada anak lain yang juga dihukum segel?" tanya Noel tampak terkejut. Ia menatap ketiga temannya, tetapi tak satu pun dari mereka yang mengetahui tentang hal itu. ketiganya hanya menggeleng dan mengangkat bahu dalam diam.

"Iya. Anak dari jurusan musik juga. Oscar Spencer. Dia setingkat dengan kalian, kan. Saat insiden di festival kemarin, ia mencoba menggunakan kekuatannya untuk mengurangi dampak kerusakan dari kekuatan kalian. Tapi akibatnya dia justru membuat lusinan anak lemas tak sadarkan diri karena energinya tanpa sengaja diserap habis olehnya. Karena itu ia mendapat hukuman yang sama seperti kalian," terang Profesor Ruth sembari membuka pintu kayu menuju bilik mantra.

Bilik tersebut berbentuk mandala berukuran sepuluh kali sepuluh meter persegi, dengan sebuah lingkaran transmutasi super besar di tengahnya. Seluruh dindingnya terbuat dari batu bertatahkan Kristal yang merupakan penghantar sihir terbaik. Sekitar lima obor dengan api abadi berkobar di dinding. Tidak ada jendela di ruangan tersebut, kecuali beberapa ventilasi kecil yang melingkar dua meter dari lantai.

Seorang anak berambut gelap dengan dandanan gotik yang kental berdiri di pinggir ruangan sembari menyandarkan punggungnya di dinding batu. Anak itu bermuka garang dengan tatapan tajam yang menusuk saat melihat Noel dan kawan-kawannya masuk.

"Oke, karena semua sudah datang, kita mulai saja ritualnya. Kalian berlima, tolong berdiri di tengah lingkaran sihir ini ya," pinta Profesor Ruth kemudian.

Mereka semua pun menurut lantas berdiri melingkar di tengah ukiran sihir rumit tersebut. Sekilas mata Noel bertemu pandang dengan Oscar. Pemuda itu tidak menunjukkan ekspresi yang spesifik dan hanya menatap datar ke arah Noel. Sungguh sulit membaca pikiran anak itu. Meski begitu, Noel lagi-lagi merasa bersalah pada Oscar. Secara tidak langsung, Oscar juga berada di sana dan menerima hukuman gara-gara dia. Sayangnya tidak ada waktu untuk meminta maaf saat itu karena Profesor Ruth sudah mulai membaca mantra-mantranya.

Lingkaran transmutasi di bawah kaki mereka mulai mengeluarkan cahaya putih yang menyulur dan memenuhi seluruh ruangan. Seiring dengan mantra sang profesor, cahaya tersebut semakin meluas dan terang hingga melingkupi tubuh Noel serta empat anak lainnya. Noel menutup matanya, enggan untuk melihat kejadian menyedihkan yang akan dia alami setelah ini.

Hal terakhir yang dia lihat adalah kedua kakinya yang mulai dirambati oleh cahaya putih dari lingkaran sihir. sensasi hangat yang menggelitik terasa di telapak kaki Noel. Perasaan itu terus merayap hingga ke seluruh tubuhnya dan membuat Noel harus menahan diri untuk tidak banyak bergerak.

Suara Profesor Ruth membahana di seluruh ruangan, merapalkan mantra dalam bahasa kuno yang tidak terlalu dipahami Noel. Lambat laun, rasa hangat yang melingkupi tubuh Noel mulai menjadi semakin panas dan terus memanas. Noel mencoba bertahan, tetapi ia sudah sampai pada titik di mana rasa panas itu menimbulkan nyeri yang tak tertahankan. Pemuda itu pun mengerang kesakitan. Begitu pula empat anak yang lain. Mereka seperti mengalami siksaan api neraka yang melumat tulang belulang mereka sedemikian rupa hingga rasa sakit luar biasa mendera mereka.

Noel ambruk. Kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya karena seluruh tubuhnya begitu kesakitan. Ia pun membuka mata, tetapi satu-satunya yang dia lihat hanyalah cahaya putih yang menyilaukan. Cahaya itu membutakan matanya dan ia pun kembali menutup mata sembari menggerang kepanasan.

"Tahan sebentar, Anak-anak. Mantranya akan segera selesai!" seru Profesor Rilley dari pinggi ruangan.

Noel jatuh tersungkur. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Ini sensasi yang mengerikan. Ia nyaris tidak bisa bernapas. Seperti ada rantai baja kuat yang mencekik leher Noel dan membuatnya semakin tersiksa. Keringat dingin membanjiri seluruh tubuh Noel dan tubuhnya pun mulai gemetar kesakitan. Noel tidak bisa lagi mendengar apa pun. Ia sudah nyaris pingsan hingga akhirnya rentetan penderitaan itu pun berakhir.

Menit-menit yang terasa seperti selamanya itu pun usai. Rasa sakit di tubuh Noel mereda dan cahaya putih dari lingkaran sihir turut meredup. Noel mengerjapkan matanya yang sedari tadi terpejam. Di sekitarnya, teman-teman yang lain juga jatuh tersungkur dengan lemah. Mereka seperti kehilangan daya gara-gara ritual sihir yang menyakitkan.

"Terima kasih sudah bertahan, Anak-anak. Hukuman ini memang menyakitkan, tetapi aman untuk dilakukan. Aku sudah menyegel kemampuan kalian selama satu bulan. Setelah waktunya habis nanti, kekuatan kalian akan kembali dengan sendirinya. Apa perlu kupanggil petugas medis?" tanya Profesor Ruth tanpa rasa khawatir sedikitpun, seolah ia sudah melakukan hal semacam ini ratusan kali.

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Kapan kami harus berangkat ke balaikota." Oscar-lah yang pertama bangkit dan bicara dengan suara parau.

Keempat anak lainnya masih terbaring di lantai batu dengan shock.

"Mr. Smith sudah menunggu kalian di gerbang Akademi. Ia sendiri yang akan mengantar kalian ke balaikota," jawab Profesor Ruth riang.

Noel mendesah pelan. Di saat seluruh tubuhnya lemas begitu, mereka sudah harus berangkat sekarang juga. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top