7. Hukuman
Ruang detensi berada di area bawah tanah gedung akademi. Mrs. Harper adalah pengawas ruangan tersebut, termasuk orang yang bertanggung jawab menentukan hukuman bagi para murid yang melanggar aturan. Wanita paruh baya itu memiliki rambut gelap yang digelung kilimis ke belakang, membentuk cepol berhias ornamen bunga kecil berwarna hitam. Sehari-hari ia mengenakan pakaian serba hitam seperti orang yang selalu berkabung.
Tidak ada senyuman di wajah Mrs. Harper. Kata ramah tidak akan pernah cocok untuk mendeskripsikan dirinya. Alih-alih, hanya ketegasan dan kedisiplinan yang selalu melekat pada perempuan tersebut.
Baik Noel, Kayla, Ammy atau pun Seth sudah pernah beberapa kali berurusan dengan Mrs. Harper. Mereka berempat memang bukan cerminan remaja yang penurut, terutama saat berada di tingkat awal Akademi. Beragam jenis hukuman sudah pernah mereka alami, mulai dari sesepele menulis surat permintaan maaf, hingga yang paling berat adalah membersihkan laboratorium milik Profesor Wyatt. Sungguh pekerjaan yang merepotkan karena tempat itu benar-benar dipenuhi benda-benda percobaan yang menjijikkan sekaligus berbahaya. Salah sentuh sedikit saja, pergelangan tangan mereka bisa lenyap begitu saja, meleleh karena cairan asam entah dari entitas apa.
Kali ini Noel tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan mereka terima, mengingat tingkat kerusakan yang sudah mereka hasilkan benar-benar massif. Setidaknya Noel berharap agar dikeluarkan dari Akademi. Sekolah itu adalah satu-satunya tempat bagi anak-anak berbakat yang memiliki kekuatan spesial. Jika ada anak yang dikeluarkan dari Akademi, itu artinya ia tidak boleh menggunakan kekuatannya sama sekali. Kemampuan mereka akan disegel dengan mantra sihir tertentu sehingga agar tidak bisa digunakan lagi.
Kesalahan mereka tidak separah itu, kan? Sampai harus dilarang menggunakan kekuatan. Seharusnya tidak. Kalau mereka dikeluarkan, Profesor Grayson pasti sudah langsung memberi tahu ketika mereka dikumpulkan di ruang kepala sekolah pagi tadi. Kini, ia dan ketiga temannya yang lain hanya diminta untuk menerima hukuman di ruang detensi.
"Kau datang paling awal, Noel." Seth yang baru muncul bersama Ammy menyapa Noel yang sudah mondar-mandir gelisah di depan ruang detensi.
"Lebih cepat lebih baik. Aku ingin segera menyelesaikan hukuman, lalu memulai kembali band kita," tukas Noel kemudian.
"Sudah kuduga kau tidak akan menyerah meski sudah membuat kekacauan seperti kemarin," komentar Ammy sembari mendengkus pelan.
"Apa kalian mau menyerah?" tanya Noel menatap kedua temannya.
Ammy dan Seth saling berpandangan sejenak. Keduanya lantas tersenyum simpul.
"Kalau memang kau bisa mendapatkan izin Profesor Grayson lagi, mungkin akan kupertimbangkan," jawab Ammy sembari mengangkat bahu.
"Aku akan selalu mengikutimu, Kawan. Lagipula bermain musik bersama kalian memang menyenangkan. Mungkin band kita sebenarnya lebih cocok untuk bermain di sarang monster daripada pertunjukan," tukas Seth sembari mengangkat alis.
Ammy dan Noel tertawa kecil. "Itu bisa jadi opsi. Tapi aku tetap ingin kita bisa tampil di depan penonton manusia." Noel menyahut.
"Syukurlah suasana hatimu sudah membaik, Noel. Kupikir kau masih marah gara-gara kejadian pagi tadi." Ammy mendesah lega.
"Seth bekerja keras menghiburku. Dia memberiku banyak buku komik saat pelajaran Aritmatika," ujar Noel tertawa.
"Sungguh menghibur," sindir Ammy sembari melirik sinis ke arah Seth. Tatapan gadis itu seolah berkata 'kau-menghiburnya-dengan-tindakan-pelanggaran'. Seth hanya meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bagaimana dengan Kayla?" tanya Noel yang langsung bisa menduga kalau Ammy-lah yang bertugas menghibur gadis itu saat mereka berdua bertengkar.
Ammy menarik napas panjang. "Dia sibuk berlatih dan menolak ditemui siapa pun. Kuduga suasana hatinya masih buruk sampai sekarang," jawabnya muram.
Noel menghela napas pelan. Kayla memang seperti itu. Emosinya sangat dinamis dan fluktuatif, hingga menyentuh titik ekstrem. Kayla bisa sangat gembira hingga berlebihan, atau sedih dan marah dengan amat sangat. Meski begitu, ia sebenarnya adalah teman yang baik dan penuh dedikasi.
"Kalau begitu kita tunggu Kayla tiba lebih dulu baru bersama-sama masuk ke ruang detensi. Masih ada lima belas menit sebelum jadwal kita bertemu Mrs. Harper," ucap Noel kemudian.
Kedua temannya mengangguk setuju. Tak berapa lama kemudian Kayla pun tiba dengan raut wajah bersungut-sungut. Gadis itu tidak banyak bicara dan hanya menyapa sekadarnya. Setelah keadaan canggung selama beberapa menit, keempat sahabat itu pun akhirnya masuk ke ruang detensi.
Ruangan tersebut tidak terlalu luas. Mungkin hanya sekitar lima kali lima meter persegi, dengan meja dan kursi yang berjajar rapi memenuhi ruangan tersebut. Mrs. Harper sendiri duduk di meja kerjanya di sudut ruangan, mengawasi dengan seksama para murid yang menjalani detensi di tempat remang-remang tersebut.
Noel, Kayla, Ammy dan Seth pun langsung duduk di hadapan Mrs. Harper sambil bersiap untuk menerima putusan hukuman mereka. Sang wanita paruh baya itu menatap wajah mereka satu persatu dengan tajam, seperti predator yang menemukan mangsanya.
"Kita bertemu lagi. Apa kalian tidak bosan membuat ulah setiap tahun? Aku benar-benar muak melihat wajah kalian terus mondar-mandir ke mari tanpa pernah merasa jera," kata Mrs. Harper membuka percakapan mereka dengan pilihan kata yang cukup menusuk.
Tidak ada yang menjawab. Keempat anak itu hanya tertunduk diam dan mendengarkan.
"Masalah yang kalian timbulkan pun semakin parah dari tahun ke tahun. Dan sekarang apa? Kalian menghancurkan Festival Musim Gugur dan menyebabkan banyak kerugian serta melukai banyak orang. Apa kalian tidak bisa introspeksi diri? Kalian seharusnya berlajar saja dengan tenang dan tidak membuat masalah konyol seperti ini!" hardik sang pengawas dengan nada meninggi.
Noel tahu bahwa saat Mrs. Harper yang pemarah itu tengah berbicara, sikap paling baik adalah bertindak submisif dan tidak mengatakan apa-apa. Akan tetapi, rasanya menyakitkan ketika orang-orang selalu menyalahkannya padahal Noel tidak pernah bermaksud menyakiti siapa pun. Alih-alih ia justru ingin menjadi kekuatan bagi orang lain.
"Kami tidak bermaksud melakukannya, Mrs. Harper. Kami memang melakukan kesalahan, tapi bukan berarti Anda bisa berkata seperti itu pada kami," ucap Noel sembari mendongak menatap wanita paruh baya tersebut.
Ketiga temannya sontak menatap Noel dengan pandangan tak percaya. Kalimat balasan Noel tersebut bisa memicu malapetaka yang tak terkira. Meski begitu, Noel tetap menatap Mrs. Harper dengan berani. Wajah sang pengawas menjadi merah karena murka. Mrs. Harper mendelik menatap Noel sembari mendesiskan hukuman bagi mereka.
"Satu bulan kerja sosial di Balaikota. Tidak boleh menggunakan kekuatan sama sekali. Kemampuan kalian akan disegel sementara selama satu bulan penuh," geram Mrs. Harper.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top