4. Kayla Davis
Kayla menendang tempat sampah plastik di sudut kamarnya sembari mengumpat kesal. Suasana hatinya sudah buruk sejak kemarin. Pertunjukan bandnya kacau, dan pagi ini Kepala Sekolah memutuskan untuk membekukan seluruh aktivitas musik mereka. Bukan berarti Kayla banyak terdampak pada keputusan tersebut. Sejak awal ia memang menyadari bahwa kemampuannya itu tidak dimaksudkan untuk menghibur orang lain.
Berbeda dengan Noel atau Seth yang memiliki kekuatan support, distorsi gitar Kayla adalah senjata penghancur. Meski begitu Kayla tetap memutuskan untuk menyetujui saran Noel dan membentuk band bersama empat sahabatnya sejak tingkat satu itu.
Tentu hasilnya sudah bisa diprediksi. Ia mengacaukan segalanya. Termasuk hubungan baik dengan teman-temannya yang lain. Kayla sedikit menyesali kata-katanya yang keras terhadap Noel. Padahal ia yang paling mengerti hasrat pemuda itu. Noel senang menjadi pusat perhatian. Suara merdunya yang memiliki kemampuan penyembuh memang sangat luar biasa. Banyak orang mengagumi Noel sejak kecil dan menjuluki sahabatnya itu Magnificent Rhime.
Mungkin alasan itu yang membuat Noel berambisi untuk bisa menjadi orang terkenal. Dan dari semua hal yang bisa dilakukan untuk meraih mimpinya itu, Noel memilih untuk menjadi vokalis band.
"Dasar bodoh," umpat Kayla sembari merebahkan tubuhnya di atas kursi belajarnya. "Sudah kubilang ini tidak akan berhasil. Tapi anak bodoh itu terus memaksaku. Sekarang aku harus terkena detensi dan poin ketertibanku banyak berkurang. Padahal sebelumnya saja sudah minus. Bisa-bisa aku harus menjalani kerja sosial hanya untuk naik ke tingkat tujuh," lanjut gadis itu menggerutu.
Kayla, Noel, Ammy dan Seth sudah saling mengenal sejak pertama masuk ke akademi. Karena obrolan dan minat mereka yang sama terhadap musik, membuat keempat anak itu menjadi cepat akrab. Tanpa terasa mereka pun sudah bersahabat selama enam tahun mengenyam pendidikan di Akademi Diora. Meski pernah bertengkar juga sebelum ini, tetapi masalah yang sekarang tampaknya jauh lebih buruk. Secara teknis mereka sudah menghancurkan Festival tahunan sekolah dan melukai banyak siswa.
"Ini benar-benar masalah besar." Kayla memijit keningnya yang berdenyut-denyut karena rasa kesal yang berkepanjangan.
Pertengkarannya dengan Noel pagi ini semakin mengaduk-aduk emosinya. Kayla menarik napas panjang. Ia mereasa tidak ada gunanya meratap di dalam kamar asramanya. Gadis itu pun kembali beranjak berdiri sembari menenteng koper besar yang berisi gitar kesayangannya. Juliet. Begitulah Kayla menamai gitar listrinya yang berwarna merah jambu.
Dengan hati yang masih dongkol ia pun keluar dari kamarnya di lantai lima asrama putri. Ia keluar dari gedung asrama lantas menuju gedung serba guna yang ada di seberang lapangan. Saat melewati tempat tersebut, masih terlihat beberapa pekerja yang sibuk memperbaiki area yang hancur akibat pertunjukan bandnya. Puing-puing beton dari panggung berserakan di seluruh area, sementara tanah lapangan pun turut hancur hingga menciptakan semacam kawah kecil sedalam tujuh meter.
Kayla berjalan mengendap-endap, berusaha agar tidak menarik perhatian. Ia membelah lapangan itu dan meluncur menuju gedung serba guna yang biasanya memang digunakan sebagai tempat latihan bagi anak-anak berbakat.
Gedung itu cukup unik karena telah dimanipulasi secara sihir sehingga isi di dalamnya akan berubah sesuai kebutuhan. Tempat itu juga memiliki semacam kantong dimensi di mana setiap anak yang menggunakannya dengan beragam jenis ruangan tanpa saling bertubrukan. Terdapat pelindung sihir super kuat juga di sana, sehingga anak-anak yang ingin berlatih dengan kekuatan penghancur besar tidak akan merusak bangunan tersebut.
Hari ini, Kayla butuh studio musik pribadi untuk menyalurkan emosinya. Begitulah cara Kayla menenangkan diri. Dengan bermain gitar. Gadis itu sudah berdiri di depan pintu gedung serba guna ketika mendadak pintu itu terbuka lebih dulu dari dalam.
Sontak Kayla mundur dengan terkejut. Seorang pemuda berpenampilan suram muncul dari balik pintu. Pemuda itu menatap Kayla dengan tajam tanpa berkata apa-apa. Kayla balas menatapnya. Ia mengenal pemuda itu. Oscar Spencer. Anak penyendiri dari kelas Musik Sihir yang juga seangkatan dengannya. Meski begitu Oscar tidak punya teman dari dulu. Ia terkenal suram dan dikucilkan karena gosipnya, pemuda itu memiliki kekuatan berbahaya. Meski begitu, Kayla tidak terlalu peduli. Toh ia memang tidak pernah ingin berurusan dengannya.
"Oh, halo. Baru selesai berlatih?" Kayla mencoba menyapa dengan ramah. Biar bagaimana pun mereka adalah teman seangkatan.
Oscar tidak menjawab. Alih-alih, pemuda itu justru melengos lantas berjalan melewati Kayla begitu saja, seolah Kayla sama sekali tidak terlihat olehnya.
Kayla mendengkus pendek tak percaya. "Dasar tidak punya sopan santun," gumamnya menggerutu sembari melirik punggung pemuda berambut hitam itu.
Kejadian itu menambah rasa jengkel Kayla. Akan tetapi, ia tidak berselera untuk mencari keributan dengan siapa pun lagi, termasuk Oscar. Gadis itu pun akhirnya memutuskan untuk membuka pintu gedung serba guna.
"Studio musik dengan amplifier kuat yang antirusak," ucap Kayla sembari menyentuh gagang pintu emas. Daun pintu ganda yang terbuat dari kayu mahogany itu pun merespon sentuhan Kayla. Pegangannya yang berwarna emas bersinar terang, mengindikasikan bahwa ruangan yang dibutuhkan Kayla sudah tersedia. Ia pun mendorong pintu itu lalu masuk.
Sebuah ruangan studio seluas lima kali lima meter persegi menyambut Kayla. Seluruh dinding dan lantainya berwarna abu-abu gelap, sesuai dengan yang dipikirkan oleh gadis itu. sebuah set amplifier tergeletak di tengah ruangan, lengkap dengan kabel-kabel yang sudah terhubung dengan aliran listrik.
Kayla pun meletakkan case gitarnya di lantai, lantas mengeluarkan Juliet dengan lembut. Setelah memastikan semuanya terpasang dengan baik, ia pun mulai memainkan musiknya. Lengkingan distorsi gitar membahana di ruang tersebut. Bunyinya menimbulkan getaran hebat serupa gempa bumi dahsyat. Namun, Kayla tidak peduli. ia terus memainkan gitarnya dengan penuh penghayatan. Emosinya meluap, mengalir melalui setiap petikan.
Ruangan tersebut bergoncang. Kekuatan penghancur Kayla nyaris merobek kantong dimensi tempatnya berlatih. Namun, dinding peredam sihir yang melingkupi ruangan tersebut berhasil menyerap kekuatan Kayla. Sepanjang siang itu Kayla habiskan untuk memainkan gitarnya hingga perasaannya membaik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top