3. Pertengkaran
Ini bukan pertama kalinya Noel berada di ruangan kepala sekolah. Profesor Ethan Grayson, sang kepala sekolah Akademi Diora memanggil empat anggota Louvre sehari setelah kekacauan di Festival Musim Gugur. Ruangan itu tidak banyak berubah sejak terakhir kali Noel berada di sana, tepat pada awal semester ini saat ia mengajukan permohonan untuk membuat band. Kini ia harus kembali berdiri di depan meja sang Kepala Sekolah karena band yang dia bentuk itu sudah menghancurkan acara Festival tahunan.
Noel terus-terusan mengeluh dalam hati. Ia menunggu Profesor Grayson mulai berbicara pada mereka dengan perasaan campur aduk. Mungkin mereka harus menjalani hukuman akibat kejadian di Festival kemarin. Namun, jelas bukan itu masalah besarnya. Louvre mungkin akan dibubarkan, atau minimal dibekukan. Padahal belum ada enam bulan band itu dibentuk. Rasanya Noel benar-benar ingin menghilang saja saat itu.
Profesor Grayson kini tengah membaca selembar perkamen yang berisi laporan kerusakan pada Festival Musim Gugur kemarin. Noel tidak sanggup lagi menatap sang kepala sekolah. Ia hanya terus sibuk mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut.
Sebuah perapian menyala-nyala di sisi kanan, mengeluarkan bunyi keretak saat kayu-kayunya terbakar. Aroma cendana menguar dari ruangan tersebut, membuat suasana terasa lebih tenang, meski dalam hati Noel tetap penuh debaran kencang. Profesor Grayson duduk di meja kerjanya yang terbuat dari kayu mahogani berpelitur mengkilap. Keempat anak pembuat onar itu berdiri berjajar di hadapan beliau.
"Dua puluh tiga siswa terluka, dengan total kerugian mencapai dua puluh ribu dollar." Kalimat pertama Profesor Grayson meluncur diiringi desahan panjang. Kedua mata perak sang Kepala Sekolah menatap tajam ke arah empat anak yang tertunduk penuh penyesalan. Ia lantas menggeleng-gelengkan kapalanya sembari menarik napas panjang.
"Apa tidak ada satu pun dari kalian yang ingin mengatakan sesuatu terkait insiden ini?" lanjut Profesor Grayson.
Keempat anak itu saling melirik, seolah berusaha melempar tanggung jawab pada satu sama lain. Noel menghela napas pelan melihat kelakuan teman-temannya. Meski begitu, ia pun memutuskan untuk angkat bicara, mengingat dirinyalah yang mengusulkan pembentukan band tersebut.
"Kami ... sangat menyesal atas kejadian tersebut, Profesor. Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi kami agar bisa mempersiapkan diri lebih baik lagi sebelum tampil. Lain kali kami pasti akan berlatih dengan keras," kata Noel tanpa menatap mata sang Kepala Sekolah. "Kami siap untuk menerima hukuman apa pun, Sir," lanjut pemuda itu muram.
Profesor Grayson berdecak beberapa kali. "Sayangya," ucapnya memberi penekanan. "tidak ada lain kali bagi kalian. Dan hukuman untuk masing-masing anak akan ditentukan oleh Komisi Disipliner. Mulai sekarang, band kalian dibubarkan, dan seluruh kegiatan bermusik dibekukan," lanjut Profesor Grayson memberi putusan.
Untuk pertama kalinya sejak memasuki ruangan tersebut, Noel akhirnya menatap sang Kepala Sekolah dengan mata melebar. Mulutnya nyaris menganga lebar kalau ia tidak segera menguasai diri.
"Sir, bisakah Anda mempertimbangkan kembali untuk pembubaran band kami? Kami akan berusaha lebih keras lain kali. Tolong beri kami kesempatan," pinta Noel sembari melotot ke arah teman-temannya yang lain, berusaha mengirimkan kode agar mereka ikut membantu membujuk Profesor Grayson.
Sontak ketiga anak yang lain pun langsung memahami kode terebut dan lantas turut membujuk sang Profesor agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Akan tetapi, usaha mereka semua itu sia-sia belaka. Profesor Grayson menggeleng tegas sembari menatap mereka dengan serius.
"Pertunjukan kemarin sudah menjelaskan bahwa kemampuan kalian berempat sama sekali tidak cocok untuk digabungkan. Masing-masing dari kalian memiliki kekuatan yang luar biasa. Tapi tidak untuk digabungkan menjadi satu. Setidaknya itu tidak cocok sebagai penampilan hiburan. Kalian mungkin bisa melakukan pertunjukan musik sambil melawan monster," tukas Profesor Grayson tak terbantahkan.
"Tapi, Sir ... ," desah Noel putus asa.
Sang kepala sekolah tetap menggeleng tegas. Beberapa kali mencoba pun, jawaban beliau tetap sama. Pada akhirnya keempat anak itu pun terpaksa meninggalkan ruang kepala sekolah dengan tangan hampa.
"Aku ... sudah berjuang mati-matian untuk ini," ratap Noel sembari mengepalkan tangannya menahan kekecewaan.
Seth menepuk punggung sahabatnya itu dengan penuh pengertian. "Sudahlah. Mungkin memang kita tidak cocok menggeluti dunia hiburan," hibur pemuda itu lembut.
"Profesor Grayson benar. kekuatan kita memang lebih cocok digunakan untuk melawan monster daripada melakukan pertunjukan konyol," timpal Kayla tanpa berpikir panjang.
Noel mendongak menatap gadis itu. Ekspresinya tampak begitu terluka. "Selama ini kau tahu apa mimpiku, Kayla. Dan bisa-bisanya kau berkata seperti itu padahal kau sudah setuju untuk membuat band bersama," tukas pemuda itu emosional.
Sejenak Kayla seperti kehilangan kata-kata. Gadis itu menatap Ammy dan Seth untuk meminta bantuan. Namun, kedua temannya yang lain itu pun hanya menggeleng pasrah karena merasa kata-kata Kayla memang cukup keterlaluan.
"Bu, bukan begitu maksudku. Hanya saja, kau juga seharusnya tahu kalau kekuatan kita tidak bisa disatukan begitu saja. Apa kau tidak merasa kalau suara nyanyianmu itulah sumber masalahnya? Nyanyianmu itu meningkatkan vitalitas. Gara-gara itu, kami semua menjadi kesulitan mengontrol kekuatan. Selama ini aku diam saja karena tidak ingin bertengkar denganmu. Tapi sekarang kau bertindak seolah-olah semuanya adalah salah kami!" seru Kayla yang turut terbawa emosi.
Selama beberapa detik kemudian, kesunyian merambati keempat orang itu. Noel bahkan tidak sanggup membalas kata-kata Kayla lagi. Pemuda itu hanya mendengkus keras lantas pergi meninggalkan ketiga temannya tanpa menoleh lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top