20. Kemenangan
Di tengah kekacauan itu, Oscar menatap teman-temannya yang berjuang keras menghadapi sosok Phantom. Energi cahaya dari musik keempat anak itu terus berusaha menekan energi gelap yang dipancarkan Phantom melalui kalimat-kalimat dialog dramanya. Benar kata Noel. Jika Oscar tidak terlibat dalam permainan tersebut, maka salah satu dari kedua pihak tersebut benar-benar akan menghancurkan seluruh aula.
Maka, setelah menarik napas panjang dan meyakinkan diri, Oscar pun mulai menekan tuts-tuts pianonya. Bunyi melodis yang syahdu mengumandang, mengiringi lagu yang dinyanyikan Noel. Musik mereka menjadi lebih stabil dan harmonis setelah Oscar masuk. Ajaibnya, semakin lama Oscar bermain, kemampuan empat temannya justru menjadi berkembang.
Petikan harpa Kayla tidak lagi menimbulkan gempa bumi yang menghancurkan panggung. Alih-alih, kekuatan gadis itu kini justru bisa meredam gemuruh hebat di langit-langit yang diciptakan oleh sang Phantom. Orang-orang yang nyaris terlelap karena musik Seth kini kembali terjaga dan menjadi lebih tenang dan tidak panik lagi. Bahkan sambaran listrik Ammy juga semakin terarah. Nyanyian Noel tidak menimbulkan vitalitas berlebihan, tetapi cukup untuk menyembuhkan para korban terluka.
Menit-menit berlalu dan lagu yang dimainkan oleh kelima anak itu semakin intens dan padu hingga akhirnya berhasil menenggelamkan gelegar suara Phantom yang merasuki tokoh Hamlet. Pada puncaknya, aliran listrik Ammy berhasil menyambar tubuh orang yang dirasuki Phantom tersebut dan memaksa makhluk itu keluar.
Sang pemeran Hamlet pingsan. Dari mulutnya keluar gumpalan hitam yang semakin membesar dan membentuk sosok gelap bermata merah. Bayangan itu melayang-layang di harapan Noel dan teman-temannya sambil melotot marah dan berniat menyerang mereka secara langsung.
"Kayla! Ammy! Sekarang!" seru Noel di tengah-tengah nyanyiannya.
Detik berikutnya kedua gadis itu pun mengirimkan energi kekuatan mereka ke arah Phantom tersebut. Kayla melempar kilatan energi merah dari petikan harpanya, sementara Ammy menciptakan aliran listrik biru dengan pukulan drumnya. Kedua energi tersebut telak mengenai tubuh hitam Phantom dan sontak membuatnya hancur lebur tak bersisa. Pertarungan itu pun akhirnya selesai.
Suara gemuruh mereda. Aula tidak lagi berguncang. Noel dan teman-temannya menghentikan musik mereka dan saling berpandangan sambil terengah-engah.
"Kita berhasil. Kita bisa menyeimbangkan kekuatan kita," ucap Noel semringah.
"Dan menyelamatkan semua orang tanpa menimbulkan kehancuran," tambah Kayla sembari melemaskan jari-jarinya yang pegal sehabis bermain harpa. "Sudah lama aku tidak menggunakan alat ini. Sangat melelahkan," gumamnya kemudian.
"Tapi ini menakjubkan! Aku tidak pernah merasa sestabil ini saat bermain musik. Kekuatan Noel dan Oscar saling menyeimbangkan satu sama lain." Seth berdecak kagum.
"Semua ini berkat Oscar," ucap Ammy beranjak dari balik alat musiknya.
Oscar mendesah lega. Pemuda itu tersenyum bahagia karena baru kali ini ada orang yang menerima kekuatannya. "Syukurlah kalau begitu," ucapnya senang.
"Setelah ini kau harus masuk dalam band kami, Oscar. Sudah diputuskan," tukas Noel menghampiri Oscar.
"Memangnya Profesor Grayson akan memberikan izin untuk kita?" tanya Seth menanggapi. Ia meletakkan kembali Cellonya ke tempat semula lantas mengamati pria pemeran Hamlet yang tadi dirasuki oleh Phantom.
"Setelah apa yang kalian tunjukkan hari ini, aku tidak punya alasan lagi untuk membubarkan band kalian. Setelah kembali ke akademi, Louvre bisa tetap beraktivitas dengan tambahan anggota." Mendadak Profesor Grayson menghampiri mereka di atas panggung.
Noel dan teman-temannya pun menoleh. Di kejauhan mereka melihat bahwa pintu aula akhirnya sudah berhasil dibuka. Orang-orang pun keluar dari sana dengan tertib dipandu oleh Profesor Lily dan Mrs. Harper.
"Kepala Sekolah," seru anak-anak itu serempak. Mereka pun menghampiri Profesor Grayson yang tersenyum puas.
"Apa Anda serius mengizinkan kami untuk melanjutkan Louvre?" tanya Noel penuh semangat.
"Kalian sudah menunjukkan kemampuan kalian hari ini. kekuatan kalian bersama tidak saja bisa mengalahkan Phantom, tetapi juga melindungi orang-orang di tempat ini. Aku akan memberi kalian kesempatan untuk belajar mengendalikan kekuatan tersebut. Dengan catatan, penambahan anggota," sahut Profesor Grayson sembari mengerling ke arah Oscar.
Oscar mengangguk malu-malu. Ia tidak pernah merasa begitu diterima seperti ini sebelumnya. "Terima kasih atas kesempatannya, Profesor. Dan juga teman-teman," ucapnya terharu.
"Ini kesempatan yang bagus untuk mengembangkan kemampuanmu, Oscar. Berlatihlah bersama mereka dan buat sekolah bangga," tambah sang Kepala sekolah kemudian.
Kelima anak itu pun mengangguk serempak. Semuanya begitu senang dan bersemangat atas keberhasilan tersebut. Akhirnya mereka bisa membuktikan bahwa kemampuan mereka memang bisa digunakan bersama-sama. Peristiwa itu pun semakin mempererat persahabatan mereka.
"Ngomong-ngomong, Profesor. Apa yang harus kita lakukan pada orang ini?" Mr. Smith, yang sedari tadi berjalan mengikuti sang Kepala Sekolah, kini berlutut di samping tubuh pria yang memerankan Hamlet. Orang itu pingsan terkena sambaran petir Ammy yang terpaksa dilakukan agar memaksa roh Phantom keluar dari tubuhnya.
"Ah, aku lupa soal itu. Tolong angkut tubuhnya keluar, Mr. Smith. Paramedis sudah menunggu di luar sementara Profesor Lily memperbaiki aulanya," ucap Profesor Grayson menjawab. "Dan anak-anak. Sampai jumpa di sekolah," lanjutnya sembari mengedip pada kelima anak tersebut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top