19. Pertarungan

"Orang itu jelas kerasukan!" seru Kayla ditengah gelombang kepanikan para penonton.

"Phantom itu berniat menghancurkan aula dan mengubur kita semua di dalam sini!" Ammy menyahut tak kalah keras.

"Profesor! Kita harus melakukan sesuatu!" Noel beralih pada sang Kepala Sekolah untuk bisa melakukan tindakan darurat.

Profesor Grayson tampak serius. Ia menyapukan pandangannya ke seluruh aula lantas menatap Noel dengan tajam. "Anak-anak, kalian diperbolehkan untuk menggunakan kekuatan sekarang! Taklukkan Phantom itu sementara aku dan Profesor Lily akan membantu melindungi para penonton!" perintahnya kemudian.

Noel mengangguk setuju. Ia dan teman-temannya langsung bergerak cepat untuk menghadapi sosok Phantom yang mengamuk. Kekacauan tersebut pasti adalah ulahnya. Kelimanya melesat turun dari balkon lantai dua menuju panggung sementara para Profesor, Mr. Smith dan Mrs. Harper membaur dengan kerumunan yang panik.

Profesor Lily mencoba menghentikan kerusakan dengan kemampuannya. Ia melemparkan kantong-kantong berisi serbuk sihir ke udara untuk mencegah langit-langit aula tidak runtuh mengenai para penonton.

Akan tetapi, tidak semua keruntuhan berhasil dicegah oleh Profesor Lily. Di sudut-sudut ruangan, langit-langit tetap runtuh dan menimpa orang-orang. Suara gemuruh dan guncangan pun semakin kuat, diikuti kemunculan bayangan hitam yang terus meluas memenuhi aula.

Profesor Grayson yang memiliki kekuatan kapak penghancur mencoba membuka pintu keluar dengan senjatanya. Mrs. Smith membuat tabir pelindung di atas kepala orang-orang agar tidak lebih banyak tertimpa langit-langit yang runtuh. Namun, para manusia yang panik berdesak-desakan dengan rapat hingga membuat beberapa di antaranya jatuh tertindih. Kekacauan di tempat itu benar-benar nyaris di luar kendali.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Ammy begitu kelima anak tersebut sampai di atas panggung.

Sang pemeran hamlet yang kerasukan sudah berdiri di hadapan mereka. Wajahnya bengis, dengan mata hitam legam yang menatap nyalang.

"Kalian tidak akan bisa menghentikanku. Semuanya harus mati! Orang-orang yang sudah membuatku menderita!" raung pria itu dengan suara parau yang mengerikan.

"Kita harus bernyanyi," gumam Noel kemudian.

Kayla menatap sahabatnya tersebut dengan tatapan tak percaya. "Di saat seperti ini?" tanyanya bingung.

"Apa lagi yang bisa kita lakukan? Kalian semua, ambil alat-alat orkestra dan mulai musiknya. Kita harus mengeluarkan Phantom ini dari tubuhnya lalu membuatnya kembali ke dunianya," sahut Noel cepat. "Jangan membuang-buang waktu!" tambahnya ketika melihat empat temannya masih berdiri mematung.

Akhirnya mereka pun segera bergerak mengikuti instruksi Noel. Kayla mendorong harpa besar ke tengah panggung; Seth mengambil Cello, tanpa alat geseknya; dan Ammy menghampiri satu set drum yang sudah ditata di sudut panggung. Noel sendiri bersiap untuk bernyanyi begitu semua temannya memainkan musik.

Akan tetapi, pemuda itu mengurungkan niatnya ketika melihat Oscar masih berdiri di tempatnya tanpa melakukan apa-apa.

"Kenapa kau diam saja?" hardik Noel mendelik.

Oscar tampak ragu-ragu. "Aku mungkin akan mengacaukan segalanya kalau ikut bermain," ucapnya serius.

"Jangan bodoh, Oscar Spencer. Kami mungkin akan lebih dulu menghancurkan gedung ini kalau kau tidak ikut bermain. Lakukan saja dan percayalah pada kemampuanmu," tukas Noel kemudian.

Masih dengan perasaan ragu, Oscar akhirnya berjalan menuju grand piano yang ada di depan panggung. Ia tak yakin kalau kemampuannya menyerap energi kekuatan bisa berguna dalam pertarungan ini. bagaimana kalau kemampuannya justru membuat kekuatan teman-temannya terserap bersih dan menghilang? Ini benar-benar pertaruhan yang beresiko.

Meski begitu, Kayla sudah mulai memetik harpanya dengan percaya diri. Nada suara tinggi yang dia hasilkan menimbulkan getaran lembut di bawah kaki mereka. Getaran terus semakin kuat seiring permainan harpa Kayla yang indah.

Seth menyusul dengan memainkan cellonya di nada rendah. Musiknya membawa sensasi hipnotis ke seluruh ruangan, membuat orang-orang yang semula panik menjadi lebih tenang dan mengantuk. Noel masuk dengan suaranya yang merdu. Seketika semua orang yang mendengar nyanyiannya pun disembuhkan. Luka-luka mereka akibat terkena runtuhan langit-langit menutup sempurna.

Ammy dan ketukan drumnya bermain paling akhir. gadis itu memunculkan aliran listrik ke arah sang pemeran Hamlet agar memancing Phantom keluar dari tubuhnya. Namun, sang Phantom begitu gesit. Dengan kekuatan gelapnya yang serupa asap gelap, serangan Ammy bisa ditangkis begitu saja. Ia pun menolak keluar dari tubuh pria pemeran Hamlet. Alih-alih, Phantom itu justru mulai membacakan dialog-dialog dalam lakonnya dan membuat energi gelapnya semakin kuat.

Suara gemuruh menggema di seluruh ruangan. Lampu Kristal besar yang menggantung di tengah aula pun turut bergemerincing karena getaran yang ditimbulkan. Lambat laun, lampu tersebut semakin kendor dari gantungannya dan jatuh ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

Noel dan kawan-kawannya terus berusaha untuk melawan kekuatan gelap sang Phantom dengan musik mereka. Namun, keadaan tak kunjung membaik karea sang Phantom yang sudah bergentayangan puluhan tahun itu memiliki energi gelap yang pekat. Noel, Kayla, Ammy dan Seth terus memainkan musik mereka dengan lebih intens, berusaha mengimbangi seruan dialog yang digemakan oleh Phantom. Namun, pada satu titik, keempat anak itu kembali kehilangan kendali atas kekuatan mereka.

Suara Noel melipatgandakan kekuatan teman-temannya. Akan tetapi ia pun tidak bisa berhenti menyanyi begitu saja karena nyanyian Noel membantu Mr. Grayson untuk membuka pintu aula yang disegel oleh kekuatan Phantom. Efeknya membuat petikan harpa Kayla mengakibatkan gempa bumi mini yang mulai meretakkan panggung. Permainan Cello Seth membuat para korban nyaris tidur nyenyak, termasuk Mrs. Harper yang seharusnya bertugas membuat perisai pelindung. Ammy kini memenuhi panggung dengan hujan petir yang menyambar-nyambar beringas. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top