17. Menyelinap

"Dengan kondisi kita sekarang, mana mungkin menghadapi makhluk itu? Kita tidak punya kekuatan sama sekali. Tak ubahnya orang biasa," sergah Seth setelah mendengar keputusan Noel.

"Biar aku yang menghubungi Akademi," sahut Kayla cepat.

Akan tetapi, Noel buru-buru mencegahnya. "Mereka hanya akan berpikir kalau kita hanya mencari alasan untuk bisa tampil. Kita pasti bisa menghadapinya. Orang biasa tidak selemah itu. Kita tidak selemah itu," ujar pemuda itu menekankan.

"Ini bukan masalah harga diri, Noel. Kita sedang mempertaruhkan keselamatan banyak orang," imbuh Ammy angkat bicara.

"Kalian juga tahu kalau pihak pengurus gedung ini tidak ingin melibatkan para pemilik kekuatan. Kalau kita memanggil mereka sekarang, mungkin pertunjukan besok akan dibatalkan." Noel bersikeras.

"Justru itu. Memang seharusnya pertunjukannya diundur sampai Phantom tertangkap."

"Mereka tidak akan mempercayai kita."

"Kita belum mencoba ...."

Perdebatan terus berlangsung selama beberapa waktu. Sepanjang pertengkaran tersebut, Oscar hanya menyimak. Ia tidak ingin terlibat karena memang biasanya pemuda itu jarang ikut campur pada masalah orang lain. Namun ia lantas menyadari. Hal ini bukanlah masalah orang lain. Sejak awal memang ia sudah terlibat dalam kasus tersebut. Di antara mereka berlima, hanya Oscar-lah yang pernah melihat Phantom. Bahkan saat Oscar terluka, teman-temannya yang lain juga sudah merawatnya dengan baik. Karena itulah Oscar akhirnya memutuskan untuk ikut andil dalam diskusi.

"Noel benar," ucap Oscar tiba-tiba. "Kalau kita memberi tahu pihak Akademi sekarang, mereka mungkin tidak akan percaya. Kalaupun mereka percaya dan mau datang ke sini, pihak pengurus gedung yang akan merasa tersinggung. Kita mungkin justru akan merusak hubungan antara pemerintah kota dan Akademi. Pertunjukan yang sudah mereka siapkan selama berbulan-bulan harus batal tepat sehari sebelumnya. Gedung Opera ini pasti akan mengalami kerugian yang sangat besar," lanjut Oscar menjelaskan logikanya.

Keempat anak yang lain pun terdiam, menyimak kata-kata Oscar dengan seksama. Apa yang dikatakan Oscar memang masuk akal. Kalau mereka ingin melapor ke pihak Akademi, seharusnya hal itu dilakukan sejak awal.

"Lagi pula, besok kita sudah bisa kembali ke Akademi. Mr. Smith pasti akan datang ke sini untuk menjemput kita. Dia juga adalah seorang pemilik kekuatan, meski tidak terlalu hebat. Dan kemampuan kita juga sudah akan kembali besok. Kalau hari ini kita belum berhasil menangkap Phantom itu, kita bisa melakukannya besok. Kita minta perpanjangan waktu satu hari pada Mr. Smith dengan alasan untuk menonton pertunjukan sebelum kembali ke Akademi. Dengan begitu kita bisa mengawasi jalannya acara dan memastikan segalanya aman." Oscar lanjut mengumumkan usulnya.

Noel, Kayla, Ammy dan Seth berpandangan sejenak. Meski beresiko, ide Oscar tidak terlalu buruk. Toh besok kekuatan mereka memang sudah kembali. Dengan kemampuan mereka masing-masing, mengalahkan seekor Phantom bukanlah masalah besar. Mereka pernah melawan ratusan Roh Jahat sebelum ini, termasuk latihan penuh darah dan air mata.

"Akhirnya ada juga saatnya kita mendapat anggota yang memihak Noel. Kau pasti senang, Noel Litera." Kayla berkomentar sambil menyodok lengan Noel. Gadis itu mendengkus kecil dan tersenyum.

"Yah, kalau Noel bisa sedikiiit saja menjelaskan dengan cara yang mudah dimengerti seperti Oscar, kita tidak perlu sering bertengkar gara-gara masalah sepele." Ammy menimpali. Ia lantas mengangguk setuju pada ide yang dilontarkan Oscar.

"Biasanya aku cukup netral dalam kelompok ini. Tapi terkadang melelahkan juga selalu menjadi penengah. Syukurlah sekarang ada Oscar. Kita harus sering bermain bersama, Oscar Spencer. Aku yakin kita akan cocok," sahut Seth sembari merangkulkan lengannya ke bahu Noel.

"Dasar kalian ini. Tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengkritikku," gumam Noel sembari tertawa kecil. "Oke, kalau begitu, sesuai rencana semula, mari kita berburu Phantom hari ini. kalau perlu kita harus menyelinap ke gedung ini saat tengah malam, sebelum pertunjukan dimulai. Phantom itu mungkin akan keluar saat itu," lanjut Noel memberi instruksi. Keempat temannya pun mengangguk setuju.

Setelah mendapat titik temu, kelima anak itu pun segera berpencar untuk mencari sosok Phantom di seluruh sudut gedung opera. Meski tidak memiliki wujud yang padat, tetapi phantom itu pasti bersembunyi di suatu tempat. Ia tidak akan menghilang begitu saja kecuali seluruh kegelapan jiwanya sirna. Semakin besar dendam yang dimiliki Phantom, maka jiwanya akan semakin terikat pada tempat yang memicu kebenciannya. Karena itu mereka semua terus berusaha untuk mencari di seluruh area bangunan.

Sayangnya, hingga jatuh malam, kelima anak itu tidak menemukan apa pun. Pencarian mereka nihil dan terpaksa harus kembali ke kediaman Johnson selepas jam pulang kerja agar tidak menimbulkan kecurigaan. Meski begitu, mereka tidak menyerah.

Malam itu, Noel mengkoordinir empat rekannya untuk diam-diam menyelinap keluar rumah dan pergi ke gedung opera. Karena mereka tidak bisa keluar begitu saja melalui pintu utama, Noel mengajak kawan-kawannya untuk memanjat turun dari balkon kamar mereka di lantai dua.

Bukan hal yang sulit bagi mereka, karena latihan fisik adalah makanan sehari-hari bagi siswa Akademi Diora. Penyelinapan mereka berjalan mulus. Bahkan Oscar yang tangannya terluka pun masih bisa melakukan serangkaian manuver luar biasa untuk kabur dari lantai dua. Kelima anak itu pun berhasil menyelundup ke dalam Gedung Opera.

"Sepertinya semua persiapan acara sudah sempurna. Benar-benar sangat disayangkan kalau pertunjukan besok dikacaukan oleh Phantom," komentar Seth saat kelima anak itu menapaki lorong-lorong gelap di gedung Opera.

Para pekerja sudah pulang sedari tadi. Hanya ada satpam penjaga yang sudah dibuat tidur oleh Kayla dengan jurus karate andalannya. Dibanding tidur, mungkin lebih tepat disebut pingsan. Karena itulah kelima anak itu bisa menjelajah dengan aman sepanjang malam.

"Phantom itu benar-benar pintar bersembunyi," komentar Kayla setelah dua jam penelusuran tanpa hasil. Kelima anak itu kini berdiri mengililingi panggung dengan senter di tangan masing-masing.

"Apa kita perlu melakukan pertunjukan untuk bisa membuat makhluk itu muncul?" ucap Ammy kemudian.

"Itu ide bagus. Ayo kita coba," tukas Noel menanggapi.

Kayla mengernyit jijik. "Tidak cukupkah kita bermain musik di atas panggung? Sekarang kalian mau memainkan drama juga? Kita bahkan tidak pernah berlatih melakukannya. Tidak. Kita sama sekali tidak berbakat melakukannya," tukas gadis itu menolak.

"Tidak perlu sungguh-sungguh melakukannya, Kay. Kita hanya berpura-pura. Ayo, mainkan peran apa pun," bujuk Ammy.

Kayla mengerang malas. "Benar-benar membuat canggung," keluhnya.

Akan tetapi, belum sampai mereka melakukan rencana tersebut, tiba-tiba terdengar suara gemuruh aneh dari atas panggung. Oscar yang pertama menyadarinya. Pemuda itu pun mendongak ke atas sembari mengarahkan senternya. Namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati sesosok wajah berkulit hitam legam dengan mata merah menyala tengah menyeringai lebar. Barisan giginya yang berupa taring sepenuhnya tampak mengancam.

Oscar tertegun selama beberapa saat, hingga akhirnya ia menyadari bahwa sosok Phantom itu bermaksud mencelakai mereka.

"Teman-teman! Awas! Pergi dari panggung!" seru Oscar panik.

Detik berikutnya, sebongkah rangka besi penahan lampu gantung jatuh bedebum di atas panggung. Beruntung kelima anak itu berhasil menghindar dan selamat. Sayangnya, panggung yang sudah ditata rapi kini porak poranda. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top