12. Gedung Opera
Satu minggu yang seperti neraka berhasil dilalui oleh Noel dan empat teman-temannya. Meski begitu, mereka masih punya tiga minggu panjang yang terasa seperti selamanya. Bekerja di bawah perintah orang-orang dewasa pemalas yang hanya makan gaji buta sama sekali tidak menyenangkan. Ditambah pekerjaan yang harus mereka lakukan juga sangat remeh, tetapi melelahkan karena tidak ada habisnya. Semua tekanan menyebalkan itu masih harus diikuti oleh fakta bahwa mereka kehilangan bakat spesial mereka yang tersegel. Sungguh hari-hari itu adalah yang terburuk sepanjang sejarah hidup mereka semua.
Segala keluh kesah dan sumpah serapah sudah mereka luapkan setiap malam. Noel, Kayla, Ammy dan Seth selalu berkumpul bersama di salah satu kamar setiap selesai makan malam. Satu-satunya pengalaman yang cukup nyaman sepanjang menjalani hukuman ini adalah tempat tinggal mewah milik keluarga Johnson. Setidaknya keempat anak itu memiliki suaka tempat istirahat yang bisa membuat jiwa mereka tetap waras.
Pada minggu kedua, rupanya tugas mereka berpindah. Alih-alih balaikota, Ecart Johnson, sang ajudan walikota yang bertugas sebagai pengawas kelima anak tersebut, mengutus mereka semua untuk membantu persiapan peresmian gedung opera yang baru diperbaiki. Lokasi gedung opera tersebut berada tak jauh dari balaikota maupun kediaman Johnson. Karena itulah mereka tetap bisa pulang pergi dengan berjalan kaki setiap harinya.
"Akhirnya hari ini aku bisa terbebas dari manusia-manusia tukang perintah itu. Sejak menjalani pekerjaan ini, setiap malam aku terus bermimpi buruk menjadi budak yang ditindas. Aku benar-benar tertekan," ratap Seth dramatis.
Ketiga temannya tertawa menanggapi.
"Aku cukup antusias bekerja di Gedung Opera. Setidaknya kita tidak perlu terjebak dengan para pegawai yang selalu menyuruh-nyuruh kita seenaknya itu," tukas Ammy menyahut.
"Setelah mengalami kebosanan akut dengan pekerjaan sebelumnya, aku sama sekali tidak berharap banyak dengan pemindahan ini," ujar Noel sembari menghela napas.
Kayla mendengkus pendek. "Hebatnya ada orang yang sanggup bertahan selama satu minggu penuh tanpa mengeluh," tukas gadis itu sembari melirik sinis ke arah Oscar yang berjalan sendirian, lima langkah di depan mereka.
Ammy langsung menyodok rusuk Kayla dengan sikunya, membuat gadis itu memekik pelan karena kaget. "Jangan mengejeknya. Dia toh tidak pernah mengganggu kita selama ini," bisik Ammy memperingatkan.
Kayla yang masih mengusap rusuknya pun berdecih pendek. "Aku benar-benar tidak tahan dengan sikapnya yang sombong itu. Dia pikir dia lebih hebat dari kita?" ujarnya keras-keras, sengaja agar bisa didengar oleh Oscar.
Akan tetapi, Oscar sama sekali tidak menanggapi. Bahkan tidak melirik atau melambatkan langkah sedikit pun. Sisa perjalanan tersebut akhirnya berlalu dalam diam karena baik Noel maupun Seth juga tidak tertarik untuk mengurusi Oscar sama sekali.
Sesampainya di Gedung Opera, kelima anak itu disambut dengan tragedi. Seorang pekerja bangunan yang tengah mengecat langit-langit jatuh dari ketinggian dan terluka parah. Orang-orang berkerumun di sekitar orang yang terluka itu sembari berusaha mencari pertolongan.
"Apa yang terjadi?" tanya Noel pada salah seorang perempuan dengan setelan cokelat muda, seragam dinas para pegawai pemerintahan.
"Terjadi kecelakaan lagi. Ini sudah yang keempat kalinya minggu ini. Astaga betapa mengerikan. Gedung ini memang dikutuk," gumam perempuan itu dengan ekspresi ngeri.
"Dikutuk?" Noel balas bertanya dengan bingung. Keempat temannya pun ikut menatap dengan penasaran.
Pegawai perempuan itu nampaknya menyadari ucapannya yang tidak seharusnya ia katakana. Buru-buru ia menoleh ke arah empat anak tersebut sembari mengubah ekspresinya menjadi lebih tenang.
"Ah, kalian jangan-jangan anak magang yang dikirim dari balaikota itu?" ucap pegawai perempuan itu mengalihkan pembicaraan.
"Benar. Saya membawa surat rekomendasi dari Mr. Johnson," sahut Noel sembari menyerahkan secarik kertas yang terlipat rapi. Stempel Mr. Johnson mengonfirmasi informasi tersebut.
"Baiklah. Ayo, ikut aku," kata sang pegawai perempuan itu sembari menggiring lima anak tersebut menjauh dari lokasi kecelakaan yang sudah dikerumuni banyak orang. Dari kejauhan terdengar sirine ambulans yang meraung membelah kota. Sepertinya kondisi korban benar-benar buruk.
"Apa sistem keamanan kerja di tempat ini seburuk itu?" Kayla berceletuk tanpa berpikir panjang. Seperti biasa Ammy langsung memeloti sahabatnya itu sembari mecubit lengan Kayla dengan pelan. Sementara itu Seth hanya mendengkus kecil menahan tawa.
"Maaf, teman saya memang sedikit ceplas-ceplos," ujar Noel sopan.
Sang pegawai wanita tampak mahfum dan untungnya tidak tersinggung. "Wajar kalau kalian berpikir seperti itu. Tragedi ini sudah berulang kali terjadi meskipun sistem keamanannya sudah diperiksa berkali-kali. Tapi masalahnya bukan di sana. Hal-hal aneh terus terjadi sejak gedung opera ini diperbaiki, seolah ada sesuatu yang tidak ingin tempat ini digunakan kembali," terang wanita itu sembari mendesah muram.
Meski jarang pergi ke kota, tetapi Noel tahu bahwa Gedung Opera tersebut memang sudah lama tidak digunakan, terbengkalai dan tidak terurus. Namun, sejak Walikota yang baru menjabat, beliau ingin memperbaiki wajah Centerland menjadi lebih cantik dan memutuskan untuk membuka kembali gedung opera tersebut di bawah naungan Badan Kebudayaan Kota.
"Kenapa tidak dihentikan dulu saja pekerjaannya, lalu melakukan investigasi sampai ketemu sebabnya," tanya Kayla memberi usul.
"Itu sudah dilakukan berkali-kali. Pembangunan ulang gedung ini sudah berjalan selama hampir satu tahun dan belum juga selesai. Biaya anggaran membengkak dan Walikota juga tidak ingin membuat proyek ini mangkrak. Karenanya kami terpaksa tetap melanjutkan pembangunan meski terjadi kejadian mengerikan ini berkali-kali. Setidaknya sudah ada dua puluh tiga pekerja yang masuk rumah sakit. Beruntung mereka semua masih selamat." Sang pegawai wanita memberi tahu panjang lebar.
"Karena itukah Anda bilang kalau tempat ini dikutuk?" tanya Seth tiba-tiba.
"Itu bukan karanganku. Semua orang berpikir demikian. Bahkan para pekerja yang terluka itu memberi kesaksian yang sama. Katanya mereka melihat kelebatan sosok hitam sesaat sebelum mereka jatuh atau terluka."
Anak-anak itu pun saling berpandangan seolah memikirkan hal yang sama.
"Kalian tidak meminta bantuan para pemilik kekuatan? Siapa tahu ini adalah ulah monster," ujar Noel serius. Bukan sekali dua kali ia menghadapi makhluk misterius berbahaya seperti itu. Karenanya, secara instingtif dia bisa memikirkan kemungkinan tersebut.
Sang pegawai wanita menggeleng pelan. "Walikota tidak ingin citra Gedung Opera ini menjadi buruk. Karenanya ia tidak ingin melibatkan para pemilik kekuatan."
Noel menarik napas panjang sembari melirik teman-temannya yang lain. Mereka semua pun balas melirik Noel seakan sepakat bahwa pekerjaan mereka di tempat ini mungkin akan sedikit lebih seru.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top