36. Di Dalam Air
Aku memandangi pantulanku di air. "Jadi bagaimana caranya kita bernafas di dalam air?" tanyaku tanpa mengubah arah pandangku.
"Aku akan mengambil buah yang akan membantu kalian bernafas di dalam air. Satu gigit akan membuat kalian bisa bernafas di dalam air selama 8 jam," jelas Zel.
"Jadi, bagaimana dengan satu buah?" tanya Eras.
"Bagaimana kalau gigitnya kecil-kecil?" tanyaku iseng.
Zel memandangku dengan tatapan datar dan aku hanya tertawa dengan reaksinya. "Sudahlah, tunggu di sini aku akan mengambil buahnya," kata Zel yang langsung melompat ke dalam air.
"Tapi hebat banget ya, buah aja bisa bikin seseorang nafas di dalam air," kataku melihat kembali ke dalam air, walau aku hanya bisa melihat pantulanku saja.
"Baru tahu? Bahkan ada beberapa buah lainnya bisa memberikan beberapa kemampuan lainnya," jelas Zale.
"Aku juga baru tahu," kata Eras yang sepertinya sama-sama kagum sepertiku.
"Haha, dunia ini hebat sekali ya," kataku dengan tawa hambar.
Zale menatapku beberapa detik. "Lan, kamu belum memberi tahu dari mana asalmu," kata Zale serius.
Mampus, lupa gua. "Em itu, yang pastinya dari tempat yang sangat jauh!" Sejauh beda semesta. Zale menatapku penuh curiga.
Untungnya sebelum Zale kembali membuka mulutnya, Zel muncul dari dalam air. "Ini ambilah, dia bisa memakan buah juga bukan?" tanya Zel yang muncul dengan penampilan bagian atas seperti pria biasa. Terlihat buah yang ukurannya senggenggam tangan dan berwarna hijau dan Kuning ada empat buah.
"Tenang saja, Koni omnivora kok jadi bisa makan apa aja," kataku sambil mengelus Koni yang berdiri di dekat kakiku.
"Begitu? Aku tunggu di dalam air," kata Zel yang kembali menyelam ke dalam air.
Aku jongkok, mengambil buah untuk Zale, Eras, dan yang terakhir adalah Koni yang aku pegangi. "Kalau Koni dalam bentuk ini kemungkinan besar Koni yang paling lama bertahan ya," kataku lalu mulai mengigit buah di tanganku.
"Benar juga, Koni sekarang menggunakan ukuran yang kecil tapi apa akan berdampak kalau Koni membesar?" tanya Eras.
"Aku rasa tidak," kata Zale yang sudah menghabiskan buahnya. "Tapi untuk pastinya kita bisa lihat nanti bukan?" tanya Zale.
"Jangan mengatakan hal yang mengerikan dong," kataku dengan lengan yang melindungi Koni dari Zale.
"Maaf-maaf, ayo kita pasti sudah di tunggu," kata Zale yang berjalan menuju pinggir laut.
Aku mengangguk lalu menghabiskan buah di tanganku lalu mulai menyeburkan diri ke dalam air dengan mata terpejam. Setelah berada di air aku membuka mataku yang tentu saja belum ada apa-apa, karena kami masih berada di pinggir pantai.
"Apa merasa tidak enak?" tanya Zel yang muncul di depan kami semua. Rambut coklat yang terlihat halus mungkin karena air dan ekor bersisik berwarna biru dan sedikit warna ungu mungkin karena pantulan cahaya.
"Apakah ras kalian ada yang wanita?" tanyaku.
"Ada kok, kenapa?"
"Kamu wanita bukan?"
"Aku ini laki-laki," kata Zel kesal.
"Laki-laki secantik ini dong, rasanya gen laki-laki semakin cantik ya," kataku yang masih mengamati Zel. "Cantik banget." Aku bisa mendengar suara tawa Eras dan Zale di belakangku.
"Itu pujian?" tanya Zel kesal.
"Pujian tulus dari hati," kataku dengan senyuman manis.
"Sudahlah, ayo kita pergi. Kamu itu bercanda terus," kata Zel yang terdengar seperti omelan tetapi menarik tanganku.
"Beneran kok. Kamu itu tipeku," kataku polos. Tidak lama aku melihat telinga Zel yang memerah. Kejujuranku malah bikin anak orang malu gitu?
Tak lama datang seekor lumba-lumba datang menghalangi Zel. "Oh hai Friso, datang di saat yang tepat," kata Zel yang tersenyum manis dengan sebelah tangan memegang kepala lumba-lumba itu.
"Friso?" Namanya keren banget.
"Iya, namanya adalah Friso. Dia adalah teman terbaik." Aku memang dengar kalau lumba-lumba itu adalah teman yang baik. "Friso, tolong bantu mereka," kata Zel yang menunjuk Eras dan Zale di belakang.
Friso seperti mengangguk lalu berenang ke belakang.
"Apa dia tidak sedang bersama kelompoknya?" Aku pernah tahu kalau lumba-lumba hidupnya berkelompok. Mataku melihat ke arah belakang, Zale dan Eras memegang sirip Friso dan melihat Koni yang aku peluk.
"Beberapa berada di kota dan beberapa ... menjadi sandra," kata Zel terlihat sedih.
"Tenanglah, kita akan secepatnya membebaskan sandra," kataku sambil menggenggam tangan Zel lebih erat, ingin menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Iya, aku harap begitu," kata Zel yang tertawa pelan.
"Wa! Apa ini?! Sudah narik aku ke sini sekarang malah ga percaya gitu sama aku?" tanyaku sedikit kesal.
"Hanya pilihan terakhir," kata Zel pelan.
"Hei! Aku mendengar itu," kataku kesal sambil menggoyang-goyang pengangan kami. Zel hanya tertawa tetapi masih berenang kedepan.
Tak lama kami melewati koral yang indah. Entah karena ini adalah dunia fantasy, lautan di sini terlihat sangat indah dan lebih bercahaya. Atau mungkin di sini tidak banyak yang menyelam ke dalam lautan.
"Kita akan segera sampai," kata Zel yang membuatku kaget. "Apa kamu tidak sadar waktu sudah banyak terlewati?" tanya Zel yang tertawa pelan.
"Oh ya? Maaf, ini terlalu indah untuk di nikmati," kataku sambil melirik ke arah koral yang tersusun apik.
"Baguslah kalau kamu menyukainya," kata Zale yang aku balas dengan angukan.
Tak lama kami melalui sebuah terumbu karang yang terlihat seperti gua dan terlihatlah terumbu karang yang tersusun seperti bangunan yang disusun dan terdapat banyak lubang-lubang di dindingnya. Terdapat banyak koral warna-warni di sini tetapi ada beberapa yang terlihat patah dan entah mengapa suasana di sini terasa suram.
"Itu Zelphar!" seru seseorang yang membuat lainnya juga ikut keluar.
"Di mana ketua?" tanya Zel pada salah satu duyung wanita.
"Beliau ada di rumahnya," kata wanita itu yang dibalas anggukan oleh Zel.
"Ayo, aku ajak kalian bertemu dengan ketua," kata Zel yang melihat ke arahku, Zale, dan Eras bergantian.
Di sini juga pakai ketua. Apa hanya ras vampir yang sudah kerajaan? Tunggu, bagaimana dengan para fluffy itu?
Zel menuntun (untukku menarik) kami kepada suatu terumbu karang yang posisinya tidak tertumpuk atau menumpuk dengan terumbu karang lainnya. "Ketua, aku sudah pulang," kata Zel yang melepaskan pegangan antara aku dan dia.
Jadi aku memilih untuk memeluk Koni. Terlihat Friso yang berenang di samping Zel, itu artinya Zale dan Eras juga sama-sama telah dilepas oleh Friso.
"Jadi siapa diantara kalian penolong yang beritakan itu?"
Aku menoleh ke belakang dan melihat Eras dan Zale yang sudah dikerubungi oleh beberapa duyung wanita. Pasti mereka bahagia karena bisa melihat gunung kembar yang besar karena para duyung tidak memakai kaus, hanya atasan mirip bikini.
"Pasti kamu ya," kata salah satu wanita duyung itu yang mendekati Eras, bahkan wajahnya dekat sekali.
"Tidak, itu pasti kamu yang punya mata merah yang indah," kata duyung lainnya yang menatap mata Zale.
"Wah tubuhnya berotot! Penolong memang harus kuat ya," kata duyung lainnya yang menekan lengan Eras walau sudah di tahan.
"Koni, kita tidak dibutuhkan di sini. Pergi yuk!" seruku ceria dan berenang menuju lubang kecil yang aku tebak itu sebuah jendela.
"Tunggu dulu Lan!!" seru Zel yang berhasil menangkap kakiku. Yah, tertangkap. "Semuanya, dialah penolong yang disebut-sebut!" seru Zel yang memegang lenganku, sepertinya ia tahu aku akan berenang menjauh sekali ia melepaskanku.
"Ha? Manusia wanita bisa melakukan apa?" tanya salah satu duyung wanita tadi dengan wajah mengejek. Sepertinya di sini ada kasta para pria yang paling kuat ya?
"Jangan mengejek Lan, kalian tidak tahu perjuangannya!" kata Eras yang terlihat marah.
"Itu benar, jaga mulut kalian," kata Zale yang juga ikutan marah.
"Hah, bukannya itu benar? Wanita tidak bisa melakukan banyak hal," kata duyung pria yang ikutan bergelombol di depan.
Aku melihat Zel yang ekspresinya seperti merasa bersalah. "Sudahlah, abaikan saja." Perkataanku dibalas tatapan kaget dari Zel. Aku berbalik ke belakang, di mana ketuanya diam dari tadi. "Tolong jelaskan kepadaku, sebenarnya apa yang telah terjadi."
.
.
.
.
.
.
-(25/05/2021)-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top