Part 6

Shelby berusaha keras untuk tidur, namun matanya seolah menolak untuk terpejam. Hatinya dipenuhi rasa penasaran yang membuat gadis itu tidak tenang semalaman.

Setelah berjam-jam berbolak balik diatas tempat tidur, entah kapan tepatnya, tapi akhirnya dia terlelap.

---

Shelby mengubur dirinya didalam selimut, untuk menghindari gangguan matahari yang menyerangnya tanpa ampun. Tunggu, matahari? Shelby melempar selimutnya dan melonjak bangun.

Dia menyisir rambut dengan jarinya dan berdesit kesakitan.

"Aw ...." Dia menarik tangannya dan terkejut mendapati darah kering pada ujung-ujung jari tangannya. "Oh Tuhan."

Matanya membulat, ketika menyadari bahwa beberapa kuku sudah tercabut dari jarinya.

"Oh Tuhan ... ada apa ini!" Dia berlari menuju kamar mandi dan segera mengeluarkan kotak obat yang sudah dia bawa.

Dia mengeluarkan alkohol dan kapas serta beberapa plester, tangannya yang tak berhenti bergetar sedikit menyulitkan tugas sederhana tersebut.

Shelby memperhatikan tangannya setelah dia selesai membersihkan bekas2 darah kering tersebut. Dia meringis melihat keadaannya, seolah seseorang atau sesuatu, sudah mencabut kuku-kukunya dengan paksa. Tapi bagaimana mungkin dia bisa tetap tidur dan tidak merasa sakit sama sekali?

Dia segera memasang plester untuk menutupi luka, fikirannya tiba-tiba teringat kejadian semalam.

"Oh Tuhan." Dia melihat jam dan mendesah kesal saat menyadari dia tidur sampai hampir pukul dua belas siang.

Shelby segera bergegas bersiap-siap, berharap Juan masih menunggu seperti yang dijanjikan.

"Baru kali ini gua tidurnya kebablasan gini," gerutunya sembari berjalan keluar.

"Oh, hey ... mau keluar?" Sapa June saat Shelby tiba di bawah membuatnya terdiam sesaat, tampaknya June juga baru keluar dari kamar.

'jangan sampai ada yang tau kalau kau tau sesuatu.' Shelby mendadak teringat kata-kata Juan.

"U-oh ... ak- iya, aku bermaksud melihat-lihat sekitar, eh- kau tau, banyak objek-objek indah untuk difoto." Shelby ingin sekali menampar dirinya sendiri, dia hanya berharap June tidak akan merasa curiga pada sikap anehnya.

"Kau tidak apa-apa, Nona?" tanyanya sedikit khawatir.

"Hahaha ... aku tidak apa-apa, hanya memikirkan beberapa hal."

June terkekeh pelan dan mengangguk padanya.

"Baiklah, selamat bersenang-senang."

Shelby bergegas keluar, khawatir tingkahnya akan membuat June curiga. Seandainya Juan tidak mengatakan apa-apa padanya tadi malam, maka Shelby tidak perlu punya alasan untuk merasa takut saat berhadapan dengan June ataupun Andrea.

"Dasar kampret, gua fikir tamannya pas di belakang penginapan, ini mah lumayan," umpat Shelby. Matanya tertuju pada pagar besi tinggi didepannya, tempat ini terlihat tua dan tak terawat.

Shelby merasa bulu kuduknya berdiri semakin dekat dia pada tempat itu. Apa mungkin ini tempatnya? Fikirnya. Dia melihat pintu pagar tersebut sedikit terbuka, Shelby mengangkat bahu dan membuka pagar tersebut, berharap dia tidak salah tempat.

Suara lonceng berbunyi ketika pagar terbuka, Shelby mengarahkan pandangann ke atas dan mendapati sebuah lonceng kecil tergantung di sana.

Dia tidak menghiraukan dan terus masuk. Di dalam sini terdapat beberapa ayunan besi tua, yang mulai di penuhi rumput-rumput menjalar pada rantai-rantai berkaratnya. Beberapa pondok berwarna warni dengan catnya sudah mulai memudar terlihat di beberapa titik.

Ada beberapa wahana permainan disini, tapi keadaannya tak jauh berbeda dengan ayunan malang di depannya ini.

Kenapa warga sini membiarkan taman seindah ini jadi terbengkalai dan dipenuhi tanaman liar begini. Shelby hanya menggelengkan kepalanya dan memfokuskan diri pada misinya mencari Juan.

Apakah yang dilakukannya ini benar? bagaimana kalau ternyata Juan lah yang mempunyai niat buruk padanya dan Shelby malah dengan bodohnya menuruti keinginannya untuk datang kesini? dia bisa dengan mudah menghabisi Shelby tanpa khawatir ada orang yang melihat.

Fikiran-fikiran itu hampir saja membuat Shelby mengurungkan niatnya, tapi dia terlalu penasaran untuk pulang sebelum mendengar apa yang akan dikatakan Juan.

Itupun kalau dia masih di sini. Pikirnya.

"Ah bego! gua lupa nanya jam berapa ketemuannya."

"Hey." Shelby mendengar seorang memanggil, dia melihat Juan melambai-lambaikan tangannya dari salah satu pondok kecil berwarna biru.

Shelby perlahan mendekat dan berhenti beberapa meter dari laki-laki aneh yang terlalu ramah itu.

"Maaf, kau belum menunggu lama kan?" tanya Shelby sedikit basa basi.

"Ah, tidak, aku baru saja sampai."

"Kenapa kau membawaku kesini?" Shelby menggosok-gosokkan tangan pada lengannya untuk mengusir perasaan tidak enak, tempat ini benar-benar membuatnya tidak nyaman.

"Karena disini satu-satunya tempat yang aman untuk kita berbicara."

"Aku tidak akan berbasa basi," ucap Shelby memulai. "tadi malam kau mengatakan sesuatu, kau bilang nyawaku dalam bahaya." Lanjutnya.

Juan menelan saliva.

"Hal yang akan aku ceritakan ini, bukanlah sembarang cerita." Shelby mendengar dengan penuh kekhawatiran. "Hal pertama yang perlu kau ketahui adalah, semua warga disini sebenarnya sudah meninggal."

Shelby kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh kebelakang, dia melihat Juan yang saat ini menatapnya dengan tajam.

"Mereka yang kau lihat, sebenarnya tak lain hanyalah jiwa-jiwa yang terperangkap."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top