Part 3
Barang-barangnya sudah tertata rapi di sebelah tempat tidur di mana Shelby sedang berkutat dengan ponselnya yang masih juga terhambat sinyal jelek. Dia hanya menunggu sampai hari sedikit terang untuk memulai perjalanan. Kalau boleh memilih, Shelby ingin pergi sekarang juga, tapi dia merasa tidak enak kalau harus membangunkan June di pagi buta, setelah mengganggu tidurnya semalam.
Dia menyalakan handphone-nya dan mencoba menghubungi Jamie, signalnya tidak terlalu bagus, tapi setidaknya, ini jauh lebih baik dari kemarin. Ponselnya berdering sebanyak dua kali.
"Mhrgsft?" Shelby memutar bola matanya saat mendengar suara sahabatnya itu, jelas sekali kalau Jamie baru bangun dari tidur.
"Jamie, ini aku." Terdengar suara gerakan dari sana.
"Oh Tu---! Sh--- (static) pa. Oh kami san--- --ti--." Shelby mengernyitkan dahinnya.
"Tch ... eh ... Jamie, denger, gua ga bisa ngomong banyak soalnya sinyal lagi jelek banget. Gua cuma mau bilang kalo gua baik-baik aja sekarang, gua---" perkataan Shelby terpotong karena suara dengingan keras dari handphone membuatnya segera menjaukan benda itu dari telinga dan mengernyit.
"Ugh ... sial, dasar tak berguna," umpatnya. "uh ... Jamie? lo masih disitu?"
"Iya, iya Shelby gua masih disini, demi Tuhan, tadi itu apa?"
"Entahlah, ugh ... sekarang lo bisa denger gua?
"Iya, suara lo jelas kok, sekarang lo dimana? Anak-anak dah menyelusuri jalan yg lo lewatin semaleman, tapi lo nya ga ada, lo lewat mana sih Shel?"
"Iya, kemaren gua nyasar, ini gua lagi di penginapan --" lagi-lagi teleponnya berdenging, kali ini, diikuti suara statik yang cukup parah sebelum sambungnya terputus. Shelby mengumpat kesal.
Lagi-lagi tidak ada koneksi, melihat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, Shelby meraih tasnya dan memutuskan untuk segera turun. Baru saja dia membuka pintu kamar, tiba-tiba seorang anak perempuan berlari melewatinya, anak itu berhenti di depan pintu yang paling ujung, dan menoleh pada Shelby.
Ekspresinya dipenuhi rasa penasaran dan ... takut? anak itu baru saja hendak membuka mulutnya, saat pintu itu tiba-tiba terbuka dan sepasang tangan menariknya kedalam, sebelum kemudian pintu itu terhempas dengan keras.
Shelby hanya menggelengkan kepalanya, dia semakin tidak sabar untuk segera pergi dari tempat aneh ini.
Sesampainya di lobi dia mendapati June sedang duduk di meja penerima tamu, sebuah buku ditangannya, ekspresi wajahnya terlihat sangat serius membaca baris demi baris di buku tersebut, sambil sesekali dia akan membetulkan kacamata yang dikenakan.
Shelby berjalan mendekat, June mengangkat kepalanya saat menyadari kehadiran Shelby.
"Oh, Nona." Dia menutup buku yang sedang dibacanya dan memfokuskan perhatiannya pada Shelby. "Apa aku bisa membantumu?"
"Aku ingin menyelesaikan pembayaran kamarku."
"Oh ... kau akan pergi sekarang?" tanyanya sambil mengambil buku tamu di dekatnya.
"Iya, aku ingin memulai perjalanan secepat mungkin agar bisa segera sampai." Dan semakin cepat aku bisa melupakan tempat terkutuk ini, Shelby ingin menambahkan, tapi dia menahan lidahnya.
"Kau tidak perlu membayar apapun,"
"Oh ... kau tidak per--"
"Oh ... tidak, tidak, anggap saja itu sebagai sambutan dari kami sebagai tuan rumah," ucap June meyakinkan.
"Tapi, aku merasa tidak enak." June hanya tertawa mendengarnya dan meyakinkan Shelby kalau itu tidak apa-apa. Tiba-tiba pintu depan terbuka dan Andrea masuk dengan wajah cerah.
"Oh hey, Shelby, kau mau kemana?" tanyanya saat melihat tas di dekat kaki Shelby.
"Aku baru saja mau pergi melanjutkan perjalanan."
"Ah sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu menikmati sarapan pagi di kedai Ny. Ferish."
Shelby hanya tersenyum, mereka berbincang sebentar sebelum Shelby akhirnya mengucapkan selamat tinggal dan menuju mobilnya.
---
"Tch ... ada apa lagi," gerutu Shelby saat mesin mobilnya tidak bisa menyala.
Dia mencoba beberapa kali tapi mesinnya tetap tidak mau menyala. Terlihat June dan Andrea keluar dari penginapan itu sambil mengobrol, saat mereke melihat Shelby merekapun menghampirinya.
"Oh, hei ... kau masih disini?" tanya Andrea.
"Entahlah, mesinnya tidak mau menyala, padahal semalam masih baik-baik saja." Andrea terlihat khawatir mendengar penjelasan Shelby.
"Coba distarter." June menyela, Shelby menurutinya dan seperti sebelumnya mesinnya tidak mau menyala. June menggeleng, "bisa kau buka kap nya? aku akan coba periksa."
Shelby membuka kap mobilnya dan membiarkan June melihatnya.
"Tch ... pemompa bahan bakarnya bermasalah, selain itu kipas radiator nya juga tidak berfungsi."
Shelby mengubur wajahnya di telapak tangannya dan mengerang.
"Oh Tuhan bagaimana ini!"
"Aku akan coba hubungi salah satu temanku, dia seorang teknisi, aku fikir dia bisa membantumu." tawar June.
"Sekarang aku benar-benar merasa tidak enak."
"Well, selagi menunggu, ayo kita pergi ke kedai Ny. Ferish." Usul Andrea bersemangat.
---
Shelby memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, teman June yang mekanik itu sudah mengecek mobilnya, dan ternyata ada beberapa alat yang perlu diganti, celakanya, dia tidak memiliki persediaan alat tersebut, jadi harus meng-order ke luar kota.
Itu artinya, Shelby harus tinggal disini selama beberapa hari, setidaknya sampai mobilnya diperbaiki, Shelby benar-benar tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu di penginapan itu, tapi apa pilihan yang dia punya?
Hari sudah malam, tapi Shelby masih diluar, dia hanya ingin mengulur waktu sebelum dia harus kembali ke tempat aneh itu. Kakinya menendang sebuah kaleng soda yang tergeletak dijalan dengan keras.
"Aww...." Shelby dikejutkan oleh teriakan seseorang, dia melihat seorang laki-laki sedang mengusap-usap kepalanya, yang kemungkinan baru saja terkena kaleng yang dia tendang barusan.
"Ma ... maafkan aku," ucapnya, Shelby sedikit ragu untuk mendekati laki-laki itu, karena semua penduduk sini selalu menghindarinya jika Shelby sedikit mendekat.
Tapi dia terkejut saat pria itu tertawa ramah padanya.
"Tidak apa-apa, aku tau kau tidak sengaja." Dia menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas taman dibelakangnya. "Aku tidak pernah melihatmu disini," lanjutnya.
"Iya, aku hanya melintas disini, tapi ada beberapa masalah, jadi aku harus tinggal selama beberapa hari." Jelasnya singkat.
"Oh ... benarkah? dimana kau tinggal? kalau kau tidak keberatan?"
"Di penginapan kecil di ujung sana," Shelby menunjuk sebuah jalan dibelakangnya.
"Motelnya keluarga Harrison?" Tanyanya terkejut, Entah kenapa ekspresi wajahnya berubah seketika begitu menyebut penginapan tersebut.
"Eh ... aku tidak tau, nama pemiliknya adalah June, dia orang yang cukup baik."
"Pffttt...." pria itu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, "asal kau tau saja---"
"Shelby?" Suara Andrea yang tiba-tiba muncul memotong pembicaraan pria itu, Shelby melihatnya berlari kecil kearahnya. "Apa yang kau lakukan diluar malam-malam begini?" Tanyanya.
"Oh, aku hanya ingin mencari udara segar," Shelby melihat kembali kearah pria tersebut, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Andrea melihat ekspresi kebingungan diwajahnya.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Tidak ada, eh ... sebaiknya aku kembali,"
"Kupikir juga begitu, sampai jumpa besok?" Dia mengucapkan kalimat terakhir dengan nada bertanya.
"Eh, tentu." Shelby tersenyum. "sampai jumpa."
Shelby kembali ke penginapannya, fikirannya tertuju pada pria yang ditemuinya tadi, siapa dia?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top