Putri dan Pengawal
Matahari terbenam. Sang Putri yang pada awalnya masih tidak percaya dengan perintah sang Raja, mau tidak mau harus menuruti perintahnya.
Seorang dayang membantu Violetta mempersiapkan barang-barang yang hendak dibawa sang Putri. Memasukkannya ke dalam koper besar.
Violetta juga sibuk memasukkan beberapa emas, serta barang berharga yang akan ia butuhkan untuk hidup di Korea Selatan.
Tok tok... Jun Ki mengetuk pintu kamar sang Putri. "Yang Mulia," ujarnya berbisik.
"Masuklah," jawab Violetta segera.
Jun Ki membuka pintu dan melangkah masuk. Lalu menutup pintunya dengan perlahan.
"Yang Mulia, kita harus segera berangkat. Kapal kita akan berangkat setengah jam lagi. Sudah tidak ada waktu." Kata pria berparas tampan itu seraya membantu menutup koper-koper milik sang Putri.
Violetta menganggukkan kepalanya. "Leina, aku menitipkan kamar ini kepadamu. Jaga dirimu sampai aku kembali." Sang Putri memeluk erat dayang yang sedari tadi membantunya.
"Yang Mulia... Bagaimana saya bisa-"Leina meneteskan air mata.
Dipeluk oleh sang Putri Mahkota bukanlah hal yang mengharukan. Namun, dayang sepertinya cukup tahu diri. Ia bukanlah teman kecil sang Putri seperti dulu. Kini ia hanya seorang dayang.
"Leina, tidak ada waktu lagi. Dengarkan aku. Ini perintah. Tetaplah hidup sampai aku kembali." Violetta melepaskan pelukannya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Berusaha menahan air mata yang jatuh.
"Yang Mulia..." Jun Ki sudah menunggu dibalik jendela kamarnya.
Air mata jatuh melewati pipi sang Putri. Dadanya terasa sesak mengingat ia tak tahu kapan kembali.
Kakinya terus melangkah keluar kamarnya melewati jendela dibantu dengan pengawal setianya. Kakinya berhasil mendarat sempurna, tepat di belakang kamarnya.
"Jun... Apa... Yang harus kulakukan? Kenapa... Ini terjadi? Aku-" tangan mungil milik Violetta melingkar erat pinggang pengawalnya.
Violetta terbiasa memeluk Jun Ki saat kecil dulu. Ya, sudah lama mereka bersama. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat untuk bersama. Hingga kini, umur sang pengawal hampir mendekati kepala empat. Entah mengapa ia masih betah melajang.
Jun Ki menelan ludahnya. Hatinya sakit mendengar suara bergetar sang Putri. Putri yang kini memeluknya sudah menjadi seorang gadis yg cantik. Sangat cantik hingga membuatnya terkadang tidak bisa mengendalikan dirinya.
Hati pria dewasa itu ingin membalas pelukan sang Putri. Akan tetapi pikirannya menolak. Tentu ia tahu diri. Siapa dia sebenarnya. Ya, ia harus waras sekarang. Karena waktu mereka tidaklah banyak. Jun Ki harus segera membawa sang Putri menuju dermaga kecil yang tersembunyi dibalik hutan dekat istana.
"Yang Mulia, tenanglah. Saya akan selalu melindungi Anda." Dengan perlahan ia melepas pelukan sang Putri.
Violetta menatap pengawalnya dengan air mata yang berlinang. Kepalanya mengangguk kecil.
"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Aku tahu. Maaf Jun."
Jun Ki tersenyum tipis. "Sayalah yang seharusnya meminta maaf, Yang Mulia." Tangannya berada didada seraya membungkuk singkat.
"Sudahlah, kau selalu seperti ini. Jangan sungkan padaku. Kita sudah lama tidak berpelukan, bukan?"
"Itu-"Jun Ki menundukkan kepalanya. Aku takut bila aku tidak bisa mengendalikan diriku, Tuan Putri. Batinnya berkecamuk.
"Ada apa, Jun? Kita harus segera berangkat." Violetta membuka pintu mobil yang hendak mengantarnya ke dermaga.
"Ah, baik. Yang Mulia"
Mobil itu menerobos keheningan malam. Memecah kabut menuju hutan. Hutan dekat istana Kerajaan Altheya terkenal dengan keangkerannya. Karena itulah, sang Raja memilih dermaga kecil dibalik hutan.
Bisa dipastikan hampir tidak ada yang pernah mencoba untuk masuk kesana kecuali ingin mereka pulang tinggal nama. Sebenarnya hutan tersebut tidaklah yang seperti dibicarakan.
Hanya saja rumor yang ada membuat seolah hutan itu menyimpan aura mistis serta kengerian. Padahal sebenarnya hutan dekat istana memiliki keindahan yang tiada tara. Hal itu hanya diketahui oleh keluarga Kerajaan.
Setengah jam kemudian, mobil yang mengantar sang Putri beserta pengawalnya tiba di dermaga. Sebuah kapal berukuran sedang telah menunggu mereka.
Jun Ki keluar mobil dan membuka pintu untuk Violetta. Mereka segera melangkah menuju Kapal yang akan membawa mereka ke bandara terdekat.
Jun Ki
Violetta
Ya, mereka akan langsung berangkat ke Korea Selatan malam ini.
Entah apa yang menunggu mereka disana.
Apakah perjalanan mereka lancar? Atau ada sesuatu yang akan terjadi?
Hehehehe 😁😁😁
Kita tunggu saja chapter berikutnya
Jangan lupa vote, comment n share 😘😍😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top