26. Kilas Balik

PLAY VIDEO DI ATAS ^

Siapa Renaya Mahira?

• • •

Nita yang baru menyadari keberadaan putra sulungnya langsung berbalik dengan wajah yang tersirat nyata adanya kepanikan. "El?" tuturnya spontan. "Sejak kapan kamu di sana, Nak? Kenapa kamu belum tidur?"

Langkah demi langkah Nael bergerak maju mendekati mamanya. "Apa yang Mama sembunyikan dari El?"

"Ti―tidak ada, Sayang. Mama hanya meminta Nata untuk menjagamu saat di sekolah," jelas Nita dengan suara yang terputus-putus. "Kamu tau sendiri kan, Mama sibuk. Jadi Mama tidak bisa menjagamu selama 24 jam penuh. Terutama saat di sekolah."

"Bukan itu yang Mama katakan tadi. El tau Mama bohong!"

"Nggak, El. Mama berkata yang sebenarnya."

"El bukan anak kecil lagi, Ma. Yang bisa Mama kelabuhi terus-terusan."

Semenjak menemukan fotonya yang sudah dalam keadaan setengah di dalam kotak hijau di kamar mamanya, Nael memang sudah mencurigai kalau mamanya pasti menyembunyikan sesuatu darinya. Terlebih ketika yang ia ingat selama ini, mamanya selalu berusaha mengalihkan topik pembicaraan ketika ia bertanya tentang seseorang yang bernama Renaya Mahira itu.

"Katakan yang sebenarnya, Ma. Biar El tahu apa yang terjadi. Kenapa Mama selalu menutupi semuanya dari El? Siapa Renaya Mahira, Ma? Mama pasti tahu tentang dia, kan?" Nael terus mencecar mamanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin menjurus dan memojokkan mamanya.

"Berhenti, El! Cukup. Jangan pernah kamu sebut nama gadis itu lagi. Yang jelas Mama melakukan ini demi kebaikanmu juga. Lebih baik kamu masuk kamar sekarang!" titah Nita. Yang kemudian ia lebih dulu pergi, tak mengacuhkan Nael yang masih tercenung di posisinya. Karena tidak ingin dilempari pertanyaan lebih oleh anaknya yang keras kepala itu.

"Nata," gumam Nael dengan rahang mengeras, giginya bergemeletuk menahan amarah. "Ternyata dugaan gue benar."

🌺

Di koridor, saat beberapa meter lagi Nael mendekati pintu kelasnya, tiba-tiba ia berpapasan dengan Nata yang kebetulan berjalan dari arah yang berlawanan. Nata memberi tatapan biasa pada Nael. Namun berbanding terbalik, Nael justru menatap Nata dengan begitu sinis dan penuh kebencian. Lebih-lebih ketika ia mengingat apa yang didengarnya semalam. Semakin mendarah daging saja kebencian Nael pada Nata.

"Dasar muka dua!" Nael berdecih, seraya menyeringai bengis. Suaranya sengaja ia kencangkan agar Nata mendengarnya.

Nata yang tidak mengerti itu seketika dahinya mengerut. Salah satu tangannya refleks menarik salah satu bahu Nael hingga tubuh Nael berbalik padanya. "Maksud lo apa bicara gitu?" tandas Nata tidak terima. "Denger ya, El, jangan lo pikir selama ini gue diem aja, kelakuan lo bisa lebih menjadi-jadi ke gue!"

"Lo itu emang muka dua. Dibayar berapa lo sama nyokap gue untuk ngelakuin ini ke gue? Sampai bisa berpura-pura tolol dan nggak tau apa-apa kalau di depan gue?"

"Langsung to the point aja, maksud lo apa?!"

"Lo sekongkol kan sama nyokap gue, buat menyembunyikan masalalu gue dari gue?" Nael menandas sarkas, lantaran ia sudah benar-benar muak akan kelakuan Nata. "Untuk yang terakhir kalinya, gue peringatkan ke lo. Lo nggak perlu bohong lagi, karena sekarang gue tau semua kebusukan lo. Gue tau lo pasti tau tentang Renaya, tapi lo tutupi semuanya dari gue. Iya kan?!" sentaknya seraya mendorong kasar salah satu bahu Nata.

"Kalau iya emang kenapa?!" Nata yang juga sudah muak terus-terusan disalahkan, balik bertanya dengan nada menantang.

"Bangsat! Temen macam apa lo!" cerca Nael di puncak emosinya.

Bugh!

Dengan emosi memburu yang tidak mampu terkendalikan lagi, Nael tidak segan-segan mendaratkan tangannya yang sudah sejak tadi mengepal kuat-kuat, sampai menghantam rahang Nata.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Lagi dan lagi, Nael mengerahkan seluruh tenaganya pagi itu untuk menghabisi Nata seperti orang kesetanan. Membuat orang-orang yang berada di sekelilingnya tidak ada yang berani mendekat. Mereka semua hanya menontoni sambil tetap menjaga jarak aman.

Nael mencengkram kuat kerah baju Nata sampai tubuh Nata sedikit terangkat. "Sekarang lo bilang sama gue, kalau Naya itu Renaya, kan?!"

"Berhenti menyangka Naya adalah Renaya. Karena mereka dua orang yang berbeda." Dengan sisa-sisa dayanya, Nata menekankan kata demi kata yang dia ucapkan. "Renaya masalalu lo itu udah meninggal. Pesawatnya jatuh di hari lo mengalami kecelakaan! Puas lo?!"

Seperti sebuah mantra sihir, semua yang terlontar dari mulut Nata barusan dalam hitungan detik mampu membuat seluruh urat saraf Nael melemas kehilangan daya. Tiba-tiba cengkramannya dari kerah seragam Nata terlepas begitu saja. Sehingga Nata yang sudah babak belur dibuatnya, langsung tersungkur di lantai koridor.

Tiba-tiba Nael merasa kepalanya begitu sakit. Bahkan lebih sakit dari yang sebelum-sebelumnya ia rasakan. "Argh!" Nael mengerang bersamaan dengan Nael menjatuhkan tubuhnya hingga terduduk di atas lantai koridor dengan kaki tertekuk.

"Selamat sore pemirsa, pagi ini, tepatnya dini hari tadi, pesawat Locas Air AZ 3501 dinyatakan jatuh di perairan dekat dengan bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali setelah tiga jam sebelumnya sempat diberitahukan hilang kontak saat berada pada ketinggian tiga puluh ribu kaki. Diduga sang pilot semula ingin menghindari awan cumolonimbus, namun tiba-tiba pesawat penerbangan Perth - Bali tersebut justru mengalami kehilangan keseimbangan, hingga beberapa detik kemudian terjatuh, dan akhirnya meledak tepat di tengah-tengah perairan."

Prang!

Sebuah gelas yang berisikan air dalam genggaman Damar tiba-tiba saja terlepas dan kemudian jatuh menghantam lantai hingga pecah tak berbentuk, menumpahkan isinya. Tubuh Damar terpaku, membeku di posisi berdirinya. Pandangan Damar mendadak kosong seakan tengah menerawang sesuatu yang begitu jauh.

Berita yang sedang ditonton ayahnya-Herdi-itu seketika mampu membuat sebagian jiwa Damar seperti melayang berada di ambang batas kesadarannya hanya dalam hitungan detik. Membuat dadanya terasa begitu sesak, seperti baru saja tertimpa ribuan ton batu besar. Setetes-dua tetes air mata mengalir tanpa dari kedua ujung matanya.

Pesawat itu, pesawat yang diberitakan itu adalah pesawat yang ditumpangi oleh Renaya, kekasihnya. Damar tidak mungkin salah ingat. Bahkan suara Renaya saat sedang mengatakan hal ini padanya melalui sambungan telepon semalam masih terngiang jelas di Damar.

Sesaat Damar menengok arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Arloji itu menunjukkan tepat pukul lima sore. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Damar bergegas mengambil kunci mobil Herdi, berlalu meninggalkan pecahan beling yang masih menghiasi lantai rumahnya. Juga meninggalkan Herdi yang masih menatap sendu dirinya. Herdi tahu betul tentang Renaya dan seberapa berartinya gadis itu bagi putranya, Damar. Jadi Herdi sengaja membiarkan Damar memakai mobilnya untuk saat ini, walaupun SIM Damar masih sedang diproses.

"Argh!" erang Nael lagi dengan mata tertutup. Tangannya terus memegangi kepalanya sendiri.

"El, buka mata lo, El! Berhenti liat masalalu itu!" paksa Nata dengan menyentak keras, namun diabaikan.

Tanpa Nata bilang, sebetulnya Nael menyadari kalau saat ini dirinya sedang dibawa ke dalam kilas balik masalalunya sendiri. Akan tetapi Nael tidak ingin menghindari hal itu. Nael tetap ingin tahu seperti apa masalalunya. Karena ini yang Nael inginkan. Nael ingin sekali tahu kejadian saat terakhir kalinya ia mengingat Renaya. Tidak peduli meskipun hal itu dapat menyakiti dirinya sendiri. Membuat kepalanya terus terasa seperti ditusuk-tusuk.

Dengan kecepatan penuh, juga air mata yang terus saja menghujani pipi pada wajah tanpa ekspresinya, Damar berusaha untuk mengemudikan mobilnya sebaik mungkin menuju sebuah taman yang menjadi tempat janji temunya dengan Renaya pukul tujuh malam nanti. Damar bertindak seolah dia tidak tahu sama sekali tentang berita itu. Damar bertindak seolah tiba-tiba ingatannya rusak, tidak mengingat berita di televisi tadi. Karena Damar yakin, Renaya pasti akan menemuinya jika dia menunggunya dari sekarang. Renaya tidak suka menunggu. Jadi biarlah dia yang menunggu, agar Renaya segera datang menemuinya setelah hampir dua tahun mereka terpisah.

Damar menginjak pedal gas-nya dalam-dalam. Tidak peduli sama sekali dengan keselamatan dirinya. Rasa sesak yang begitu merasuk dalam diri Damar membuatnya tidak bisa mengontrol segalanya. Membuat Damar seakan tidak bisa berpikir panjang. Karena yang ada di pikirannya sekarang adalah... Renaya Mahira. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana caranya agar dia bisa segera tiba di tempat yang menjadi saksi perpisahannya dengan Renaya dulu. Sebelum gadis itu memutuskan untuk mengambil beasiswa di Perth. Saking terlalu sibuknya Damar memikirkan tentang kekasihnya, ia sampai tidak menyadari kemunculan sebuah mobil Ferarri dari tikungan yang berada beberapa meter di depannya.

TIIIINNN

TIIINNNN

TIIIINNNNN

Ferarri hitam itu membunyikan klaksonnya berkali-kali dengan cukup nyaring. Namun Damar yang mengabaikan suara klakson tersebut berlaku seolah telinganya tertutup rapat, dan cowok itu malah sengaja melajukan mobil yang dikendarainya itu menjadi dua kali lebih cepat. Damar mengemudi seperti tanpa rem. Sehingga membuat pengemudi Ferarri itu terpaksa harus membanting setirnya demi menghindari pacuan mobil Damar.

Berhasil membanting setir ke arah yang benar, ternyata justru membuat mobil-mobil lain yang berada di belakangnya kehilangan arah. Sampai yang terjadi akhirnya...

BRAKK

Bagian samping Mobil Ferarri itu dihantam habis oleh tiga mobil lainnya, sampai terdorong menghantam bagian depan mobil Damar.

BRAKK

Damar yang sebenarnya masih bisa menghindar, malah tidak bergerak sama sekali. Membiarkan mobil lain yang melaju dari arah tikungan menghantam mobilnya.

BRAKK

Hantaman terakhir kini berasal dari mobil lain yang menabrak bagian belakang mobil Damar saat tiba-tiba ia memundurkan mobilnya, sampai mobil Damar sedikit terlempar ke depan, menabrak lagi dua mobil ringsek yang berada di depannya. Hingga terciptalah tabrakan beruntun yang melibatkan tujuh kendaraan bermobil, termasuk mobil Damar, tepat di perempatan jalan raya yang letaknya satu kilometer dari lokasi taman tujuan Damar.

===

To be continue...

A/n: bentar lagi next up. Tapi jangan lupa vote dan spam komen yaa~

Btw kalian jangan bingung yaa. Karena setelah ini akan ada scene2 tertentu, Nael disebut Damar. Dan Renaya disebut Naya. Karena panggilan Renaya memang Naya.

Jadi saran aku biar gak bingung, mohon mulai dari part ini, bacanya lebih fokus. Agar kalian dapat membedakan yang mana Naya, adik kelas a.k.a tetangganya Nata, a.k.a Naya Vaneyla. Dan yang mana Naya, masalalu Nael, a.k.a Renaya Mahira. Oke? See yaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top