Bab 3 : Akal Sehat
20 Maret 1998
Dunia mempermainkanku. Bencana menimpaku terus-menerus. Didepan pemakaman Margaret, adik terbontotku hanya bisa menangis tanpa berbuat apa-apa. Hanya aku dan dua dokter lainnya yang mengantarkan kepergiannya. Tumpukan tanah juga terlihat dengan nama orang tuaku. Sungguh EPIC! sekarang aku mengarang kalau ini semua adalah mimpi. Memanipulasi? Omong kosong!
"Orang tuamu memang telah meninggal dan semua yang kau anggap mimpi adalah kenyataan. Kau telah mengetahuinya kemarin"
"I..tu bukan mim..pi? Dok, bercandamu tidak lucu. Itu bukanlah lolucon yang dapat dipermainkan"
"Aku sedang tidak bercanda, kami turut berduka cita"
"Gila sekali, aku ti..dak bisa..."
***
21 Maret 1998
Aku harus kuat menghadapi ini semua, jangan sampai aku tenggelam oleh kesedihanku. HaruAku memasuki ruangan dengan papan 'psikater'. Seseorang mengatakan aku harus pegi kesana. Mungkin karena aku sedikit stress dengan kepergian orang-orang tercintaku. Aku menemukan papan nama yang diletakkan dimejanya 'Joseph Hush'.
"Saya mendapat keluhan yang Saya dapat dari Dr. Mark tentang dirimu" katanya. Dia berbicara seakan diriku telah mengalami ganguan jiwa. Aku hanya bisa bermain dengan pulpen miliknya dan melakukan semauku.
"Jangan mengigit kukumu seperti itu"Saya berhenti setelah dia berbicara seperti itu. Saya melakukannya karena banyak orang yang melakukannya juga. "Saya disarankan oleh Dr. Mark untuk melakukan beberapa tes pada dirimu"
"Tuhan telah memberikan tes kepadaku dan sekarang Dokter ingin melakukannya juga? Itu mustahil" jawabku
"Jangan berkata seperti itu, Tuhan berbeda dengan kita manusia. Tuhan memberikan tes kepada seluruh umat manusia sedangkan Dokter hanya memberikannya kepada orang tertentu saja"
"Ohh, oke kalau begitu. Kapan kau akan melakukan tesnya?"
"Nanti sore, akan saya tunggu di bagian receptionist"
"Baiklah"
Selama satu jam aku dites kesehatanku dan juga tes tulis olehnya. aku tidak mengerti mengapa dia melakukan tes tulis padahal itu tidak akan menghasilkan apa-apa bagiku. Hanya seperti questiner saja tidak lebih tidak kurang.
Dokter mengizinkanku keluar. Aku tidak bisa mengambilnya langsung atau hari ini karena Dokter Joseph harus melihat perkembanganku. Dia memperkirakan hasilnya akan keluar tiga hari mendatang.
Aku selalu mempunyai waktu kosong karena itu waktuku hanya aku gunakan untuk menemani Amanda yang masih tertidur pulas tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya. Selama aku menemaninya, para dokter mampir kekamar Amanda untuk menemaniku dan mengajakku mengobrol. Semua Dokter selalu melakukannya tetapi Dr. Mark yang lebih sering melakukannya. Mungkin dia melakukannya karena bersalah padaku tempo lalu.
"Sepertinya keadaaanya tidak membaik-baik. Sudah beberapa hari dia tidak bangun" kataku dengan menaruh wajahku ditempat tidur Amanda.
"Yeah. Kita belum menlihat perkembangan dari adikmu. Kita hanya bisa menunggu saat dimana dia akan terbangun" jawab Dr. Mark. "Kau sudah makan? Kau juga harus menjaga kesehatanmu selagi kita menunggu"
"Belum, kau ingin mentraktirku? Aku tidak mempunyai uang sepersenpun"
"Sejak kapan kau mempunyai uang" senyumnya meledek kearahku. "Oh, aku selama ini berfikir, kau menggunakan kata-kata sangat formal kepada Dokter lain tetapi tidak kepadaku. Kau bahkan berteriak kepadaku"
"Karena wajahmu tidak cocok untuk itu. Aku berteriak kepadamu karena kau layak mendapatkannya"
"Seharusnya kau tidak membeda-bedakan orang. Apa karena aku terlihat muda?"
Mendengar kata-katanya aku menoleh kearahnya. Aku perhatikan penampilannya dari dari ujung kaki sampai ujung kepala tetapi aku berakhir melihat wajahnya. Kulitnya putih, tidak ada satupun kotoran yang menempel diwajahnya, rambutnya sedikit ikal, matanya bulat, bibirnya merah, hidungnya mancung dan sangat...
"Tidak.."
***
"Apakah adikmu baik-baik saja? Saya dengar dari Dokter yang merawatnya kalau dia mengalami keturunan yang sangat drastis"
"Yeah, sangat. Jantungnya berulang kali berhenti" jawabku datar
Memang. Kemarin tepatnya pada waktu aku menuju ruangan Amanda, aku dilarang masuk oleh para dokter dan suster. Aku mendengar berulang kali salah satu dari dokternya mengatakan 'defibrillator'. Hampir semua orang tahu apa itu defibrillator. Alat alat kejut jantung dimana digunakan pada saat detak jantung seorang pasien berhenti. Aku menyadari apa yang terjadi pada adikku. Semenjak hari itu aku mulai merasakan tubuhku bergetar tanpa sebab, berdiam diri dan merenungkan sesuatu...
"Tenang saja dia akan baik-baik saja, Tuhan akan selalu menjaganya"
"Jadi ada yang salah denganku, Dok?" tanyaku heran kepada Dokter yang aku ketahui aku baik-baik saja.
"Dari yang diceritakan oleh Dokter Mark, hasil tes tempo hari, dan perkembanganmu beberapa hari ini, kami menyimpulkan kau menderita penyakit Schizophrenia, dimana kau tidak bisa membedakan mimpi, khayalan dan kenyataan"ucapnya. "Mungkin karena guncangan yang kau alami"
"Apakah itu berbahaya bagiku, Dok?"
"Tidak, tetapi kau akan sulit untuk menjalani hidupmu"Aku keluar dari ruangan tersebut. Sebuah penyakit misterius menghinggapi tubuhku dan tidak jelas skemanya. Permulaan hidupku yang memberat. Cobaan seakan terus menerus berdatangan. Apakah Tuhan ingin mengetesku? Aku mendengar denyitan sepatu menghampiriku.
"Kau telah kesana?" tanya Dr. Mark
"Ah, sudah"
"Janganlah terus bersedih. Kau tahu, kau harus membuka lembaran baru dalam hidupmu, mengerti"
"Tenang saja dok tetapi daripada membuka lembaran baru lebih baik menutupnya. Terima kasih atas segala yang kau berikan kepada kami"Aku meninggalkannya sendiri. ada sesuatu yang harus aku lakukan.
***
Mark Evendi POV
Rapat para dokter selesai tepat jam 4 sore. Dokter dari berbagai spesialis mulai keluar satu persatu dari ruangan ini. Beragam informasi aku dapatkan dari perbincangan tadi. Sebuah pengetahuan yang sangat berarti untukku dan kelanjutan pekerjaanku ini. Memang, seorang dokter harus tetap update tentang apapun yang terjadi mengingat berbagai penyakit baru mulai muncul.
"Kau telah bertemu dengannya?" tanya dokter psikis kepadaku
"Sudah"
"Sepertinya kau sangat peduli dengan anak itu"
"Aku berencana mengangkatnya dan adiknya sebagai adikku karena tidak ada keluarganya yang datang. Mumpung aku tinggal sendiri" kataku
"Kau akan membiayai mereka berdua? Kau masih muda belum tentu kau bisa merawatnya" tanyanya dengan wajah terkejut
"Bagaimana kalau aku mencobanya hahaha" tawaku.
"Tapi dia kelihatan lebih tenang dari pada kemarin, dia mengatakan ingin istirahat untuk sementara"
"Dia mengatakannya kepadamu?" dan lagi dia memasang wajah seperti itu. Kenapa Dr. Joseph ini sesalu memasang wajah terkejut seperti itu. Aku mulai berfikir mungkin ini merupakan 'kebiasaan' atau 'tertular' oleh pasien-pasien yang pernah dirawat olehnya. Memang, dia telah menangani berbagai pasien dengan masalah 'akal sehat' selama 34 tahun, tidak salah aku bisa mengatakan itu walaupun hal itu sangat tidak mungkin.
"Yeah, dia mengatakan menggunakan istilah-istilah" ucapku. "Hmm, menutup lembaran?"Dokter mendengarnya begitu kaget. Aku mengatakan dengan benar jadi kenapa dia seperti itu?
"Kau seorang dokter dan seharusnya kau lebih pintar dari pada yang lain tetapi kenapa kau itu begitu bodoh. Kau mengartikannya istirahat? Sungguh, kau sudah..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top