Bab 2 : Perbedaan
"Aku melihatmu dilorong, jadi aku putuskan untuk kemari" kata dokter kepadaku yang hanya terdiam. "Kau tadi kemana?"
"Ke..na..pa?" tanyaku dengan tatapan kosong
"Apa?"
"Ke..napa?"
"Aku tidak tahu apa yang kau maksud"
"Kenapa, kenapa KENAPA! Apakah begitu tidak penting?" aku mulai menangis. Aku raih kedua tangan Dokter Mark. Aku guncangkan tangannya. "KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU, KENAPAAA"
"Kau sudah tahu?"
"Dimana orang tuaku sekarang?"
"Telah dimakamkan"
"Dimakamkan? Bagaimana mungkin seorang anak tidak menghadiri pemakaman orang tuanya? Kenapa kau bisa tega!" dia berusaha membebaskan kedua tangannya dari cengkramanku. Bukannya setelah bebas dia bisa pergi tetapi dia memelukku.
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku memang seorang dokter yang siap atau tidak siap memberikan kabar semacam ini. tetapi melihatmu yang begitu tidak berdaya ditempat tidur, aku memutuskan memberi tahumu setelah kau sembuh"
Aku memukul punggungnya dengan keras. "Teganya" ucapku. "Dalam wak..tu sebu..lan aku hanya me..nunggu informs da..ri kau. Bodohnya aku" dokter mulai melepaskan pelukannya dan menatap wajahku.
"Kau berada disini baru seminggu"
***
POV Mark Evendi
Sudah 3 tahun aku berprofesi menjadi dokter tetapi untuk pertama kalinya aku menghadapi pasien kecelakaan maut yang dialami satu keluarga. Kami para dokter telah melakukan yang terbaik demi menahan kepergian nyawa-nyawa yang telah diujung tanduk tetapi tidak disangka dua diantaranya pergi. Mereka meninggalkan ketiga anaknya yang mengalami kritis.
"Dok, pasien bernama Maria telah sadarkan diri" seorang suster membangunkan dari lamunanku. Segera, aku menuju ruangan pasien yang dimaksud susuter tersebut. Anak paruh baya terbangun tepat dihadapanku.
"Dimana orang tua dan adikku?" tanyanya kepadaku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi anak ini mengetahui kabar kedua orang tuanya. Jika ini adalah cobaan untukku akankah aku menjalaninya?
***
POV Maria Morta
Cahaya matahari yang menyilaukan membangunkanku dari tidurku. Masih dengan bayang-bayang mimpi yang kau alami yang membuatku sangat takut. Aku mendengar denyitan pintu. Dengan cepat aku melihat Dokter Mark menghapiriku.
"Dok, kepalaku sakit sekali" kataku.
"Sakit? Coba buka mulutmu" kata Dokter seraya mengambil senternya.
"AAA"
Selesai sudah memeriksa mulutku.
"Dok, aku bermimpi buruk hari ini mungkin ini yang membuatku sakit kepala"
"Memangnya kau bermimpi apa sampai kau sakit kepala?" tanya dokter
"Orang tuaku meninggal" kataku. Aku melihat ekspresi yang ditunjukkannya sangat aneh. "Dok, itu hanyalah mimpi jadi jangan memasang wajah yang berlebihan seakan itu kenyataan saja"
"Kau tahu sekarang tanggal berapa?"
"Untuk apa Dokter bertanya seperti itu bikin orang takut saja"
"Jawab saja!" tegas dokter dengan wajah serius.
"A..a ya" jawabku terbata-bata mendengarnya. "Telah sebulan aku berada disini jadi kira-kira sekarang tanggal 11 atau 12 April, bukan?"
"Bagaimana aku menjelaskannya padamu, kau mengetahuinya dan tidak mungkin aku memberi tahumu lagi" ucapnya.
"Ada yang salah denganku?" tanyaku heran
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top