9

Po masih di buka guys, yuk siapa yang mau ikut. Tinggal menghitung hari nih.
25 Feb - 14 Mar 2021.
Harga only 98k belum termasuk ongkir.
Free diary mini dan pena.
Di sarankan untuk pembeli yang sudah cukup umur, isinya yahhh kalian tau lah.
Versi buku beda sama ebook dan wp ya.
Mm, lebih bikin panas dingin lah.


✨Happy Reading✨





Bella duduk di mejanya, ia mulai melakukan pekerjaannya. Beberapa menit berlalu dan suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya. Frank atasannya masuk dengan wajah kuyu. Apa yang terjadi dengan pria itu? Bella bertanya-tanya dalam hati, karena seingatnya kemarin atasannya itu baik-baik saja.

"Selamat pagi, pak." Bella memberikan sapaan ramah seperti biasanya.

"Mm, pagi Bella."

Tak ada senyum lebar seperti biasanya. Meski tersenyum senyum itu tampak lirih. Tatapan mata Frank yang kosong tampak terganggu dengan sesuatu membuat Bella bisa menebak dengan mudah jika pria ini tengah memiliki masalah.

Frank berjalan menuju ruangan Ceo dan Bella mengikuti di belakang. Begitu Frank duduk di kursinya Bella kembali berbicara. "Teh atau kopi, pak?"

"Anggur."

Jawaban singkat atasannya membuat Bella mengejap. "Apa?" Ia bertanya memastikan.

"Apakah di sini ada anggur?"

Dan pria ini benar-benar meminta anggur. Bella mengenal baik atasnnya. Frank sama sepertinya, tak menyukai minuman beralkohol itu. Tampaknya masalah yang pria ini hadapi cukup berat, jika tidak Frank takkan meminta anggur darinya.

"Akan saya sajikan."

Tentu saja di sana memiliki berbagai jenis anggur mahal yang di simpan di ruang penyimpanan. Dan ialah yang membelinya atas perintah Frank dulu.
Frank adalah Ceo pengganti di perusahaan tempatnya bekerja. Ia menyediakan anggur jika sewaktu-waktu Ceo sesungguhnya datang ke sana. Namun dua tahun bekerja di perusahaan itu Bella belum sekali pun bertemu dengan pewaris tunggal Xanders Group. Dan di surat kabar mana pun hanya kesuksesan dan kepiawaian pria berusia dua puluh sembilan tahun itu yang di ceritakan. Tak ada satu media masa atau surat kabar yang pernah memuat wajahnya. Kabar mengatakan pria itu tak suka di foto.

Kesampingkan masalah pria misterius itu. Bella kembali dengan sebotol anggur dan gelas bertangkai pada Frank. Dan dengan tak sabar Frank mengambil gelas memintanya menuangkan cairan merah beraroma wangi itu ke gelasnya. "Temani aku minum, Bell." Fank meninta dengan nada yang tak mungkin Bella tolak.

"Baik, pak."

Bella mengambil gelas lain untuk dirinya dan mulai menikmati minuman yang terasa manis namun pahit yang ia cecap.

Bella merasa penasaran dengan masalah yang di hadapi Frank, namun ia takkan bertanya jika atasannya ini tak bercerita sendiri. Karena ia mengerti terkadang ada beberapa hal yang tak perlu di bagi dengan orang lain contohnya seperti dendamnya pada Victor dan Lyna.

"Aku pasti terlihat sangat mengenaskan di matamu." Frank tersenyum lirih dan kembali menegak minumannya.

"Tidak. Lebih baik anda melepaskan rasa frustasi yang anda rasakan dari pada bertindak seolah baik-baik dan tak terjadi apa-apa. Anda juga manusia yang memiliki perasaan. Ada kalanya seseorang berada di titik lelah. Manusiawi jika anda terlihat patah hati." Bella berkata dengan bijak.

"Kata-katamu sedikit menghiburku." Frank mengangguk dan tersenyum lebih tulus. Kata-kata Bella tampaknya sedikit membuat hatinya lebih baik.

"Istriku, dia sudah beberapa tahun ini berselingkuh." Frank mulai bercerita dengan pandangan hampa. Kesedihan tergambar jelas di wajahnya.

"Selama ini aku bertindak seolah-olah tak mengetahuinya karena aku sangat mencintainya dan tak ingin kehilangannya. Namun setelah semua yang kulakukan selama ini, tadi malam dia mengakui semua kesalahannya. Bukan pengakuan itu yang membuatku seperti ini, tapi kata-katanya yang mengatakan bahwa selama dia hidup bersamaku dia tak bahagia. Dia meminta perceraian untuk meraih kebahagiaannya."

Bella dengan tenang mendengarkan. Ia bisa membayangkan sehancur apa hati atasannya ini. Frank adalah pria yang baik, dia ramah dan masih terlihat tampan dan bugar meski usianya tak lagi muda. Selama bertahun-tahun di selingkuhi dengan sabar Frank lebih memilih diam dan memendam. Suatu saat nanti Bella yakin istri Frank akan menyesali keputusannya ini.

"Dia pergi. Pergi meninggalkan aku dan putri kami tanpa menoleh sekali pun. Katakan padaku apakah aku salah telah melepaskannya untuk membiarkannya bahagia seperti yang ia inginkan, dan membuat putriku kehilangan ibunya?"

Bella menghela nafas, ia tersenyum tipis dan menepuk pundak atasnnya itu. "Tidak, kau tidak salah, pak. Yang salah adalah istri anda. Dia meninggalkan anda, pria yang sangat mencintainya dan putri yang masih membutuhkannya demi keegoisannya. Hidup masih harus berjalan, anda boleh berduka untuk kehilangan anda untuk beberapa hari ke depan tapi tidak untuk terpuruk. Ingatlah senyum malaikat anda, jadikan itu untuk membuat anda bangkit. Tuhan akan mengirimkan hadiah untuk kelulusan ujian yang berhasil anda lewati."

Frank mengangguk. Berbagi dengan Bella sedikit membantunya. Kata-kata bijak gadis ini sedikit membuat hatinya lebih baik. "Terimakasih." Ia mengucapkannya dengan tulus.

"Mm, saya permisi untuk melanjutkan pekerjaan saya."

Setelah mendapat anggukan dari Frank, Bella keluar berniat kembali ke mejanya, ia terkejut melihat Victor yang berdiri di depan pintu menatapnya dengan tatapan rumit. "Kau disini?" Setelah mengatasi keterkejutannya yang hanya beberapa detik Bella mendekati Victor.

"Ya. Ada berkas yang harus aku serahkan pada Pak Frank."

Entah hanya perasaannya saja atau memang benar, Bella merasa ada kemarahan dalam nada bicara Victor. Tak terlalu memikirkannya Bella mengangguk. "Dia ada di dalam."

Saat akan beranjak menuju mejanya tiba-tiba pria itu mencekal pergelangan tangannya membuatnya limbung dan jatuh ke dalam pelukan Victor. "Aku tak suka melihatmu terlalu dekat dengan pria. Siapapun itu." Nada bicara pria ini penuh penekanan membuat Bella terdiam dan menatapnya dalam.

"Kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Bella.

Kening Victor menyerngit, matanya menyipit membuat Bella merasa asing dengan sosok pria di depannya kini. "Karena kau adalah kekasihku. Aku tak suka melihatmu berdekatan dengan pria lain. Kau hanya boleh bersikap seperti itu hanya kepadaku." Setalah mengatakan hal itu pria itu beranjak meninggalkan Bella yang menatapnya datar.

Berisikap seperti itu? Seperti apa? Hei, Bella rasa ia bersikap biasa aja pada atasnnya. Victor terlalu berlebihan. Tak mungkin bukan jika pria itu cemburu? Bella mengangkat alisnya sebelah dan tersenyum tipis. "Kau memintaku tak dekat dengan pria lain sedang kau berselingkuh dariku. Kau benar-benar bajingan egois, Vic!"

Bella kemudian berbalik dan kembali ke mejanya melakukan pekerjaannya.

**

Malam tiba. Bella tiba-tiba mendapat telepon dari atasannya yang memintanya untuk menemani pria itu melakukan pertemuan dengan bos besar mereka, pewaris Xanders Group, Romeo Xanders. Mengingat nama itu membuat wanita itu mengerang, kenapa nama depan mereka harus sama. Gara-gara itu ia jadi teringat pria tampan bernama Romeo yang menghabiskan malam dengannya.

Bella mematut diri di depan cermin. Penampilannya cukup sexy mengingat ia mengenakan gaun berwarna biru tua dengan potongan V rendah pada bagian punggung yang mengekpose kulit mulusnya. Namun itu bukan masalah, toh mereka melakukan pertemuan di sebuah club. Lagi pula Bella tak yakin akan bertahan lama di dalam ruangan yang membosankan. Jika bukan karena Frank yang patah hati biasanya saat melakukan pertemuan dengan sang bos besar ia tak pernah ikut.

"Selesai." Ia tersenyum puas sesaat selesai mengoleskan lipstik berwarna merah ke bibir tipis sexynya.

Bella mengambil tasnya kemudian berangkat ke alamat yang di kirimkan Frank padanya.




Tbc..

**

Sorry baru sempet up akunya sibuk nulis biar cepet kelar cerita ini.

06 Maret 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top