9

"Kalian diam saja di sini."

Kedua kaki itu berjalan mantap. Meninggalkan dua orang lainnya yang dilanda kebingungan. Yang satu tak terima. Dan dengan sigap menahan pria yang ingin bekerja sendiri itu. Satu tangannya menggenggam pergelangan tangan kekar.

"Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kita bekerja sama?" Ucapan pelan dan tanpa intonasi memecah keheningan sebelumnya.

[Name]. Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada pergelangan Todoroki.

"Tak usah." Todoroki menarik tangannya. "Tanpa kalian pun, dengan kekuatanku Aku dapat menyelesaikannya sendiri." Lanjutnya, dan kembali berjalan tanpa menatap [Name] sedikitpun.

"Jangan bercanda."

Todoroki tak menghiraukan. Masih berjalan menuju pintu masuk sebuah gedung. Tempat praktek akan berlangsung.

"Aku menanyakan Nama kalian hanya untuk ini lho. Karena kupikir, kita akan bekerja sama."

[Name] masih tak melihat tanda-tanda tubuh itu akan berbalik. Kedataran diwajahnya sedikit memudar dengan hadirnya perempatan kecil dikening.

"Oi [Last Name], biarkan saja Dia."

[Name] menoleh. Melihat kearah Shoji yang dari awal menurut dengan perintah Todoroki.

"Kau tadi sempat membantu kan?"

Shoji. Pria itu sempat membantu menemukan lokasi musuh dengan Quirknya. Yah, [Name] juga bisa.

Anggukan diberikan Shoji sebagai jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
Sekejap, [Name] kelihatan menampakan wajah frustasinya dan akhirnya kembali seperti semula, wajah triplek.

[Name] tak mendengarkan omongan Todoroki. Menyusul pria individu itu kedalam bangunan. Baru ingin masuk, keadaan didalam memaksa [Name] mengedarkan pandandangannya. Lantai, maupun dinding dan langit-langit di dalam bangunan itu telah membeku.

'Ulahnya kah?"

Menghentak kaki pelan, gadis itu melayang. Salah satu Quirk ajaibnya diaktifkan. Membuat Shoji maupun semua orang yang tengah menontonnya lewat monitor tercengang. Tak sedikit yang bersorak 'HEBAT' untuk gadis rubah tersebut.

Tingkat penciuman dan pendengaran yang bahkan 1000 kali lebih baik dari seekor kelelewar. Membuat [Name] mengetahui dengan cepat kehadiran seseorang dalam batasan jarak 500 meter.

Dan dengan itu, [Name] mudah menemukan di ruang mana Todoroki dan tim yang lain berada.

.
.
.

"Bukankah sudah kubilang. Diam saja."

Todoroki belum selesai rupanya. Dia memang telah membuat tim lain tak dapat bergerak. Namun kehadiran [Name] mengejutkannya walau masih tanpa ekspresi. Yang tinggal Dia lakukan adalah menyentuh sebuah benda besar mencolok diruangan itu, yang juga sedikit membeku karena Quirknya.

"Jika kau bisa tidak bekerja sama, kenapa Aku tidak.
.
.
.
Teleport."

Wujud [Name] segera berpindah dan langsung kesamping dimana target yang harus disentuh itu berada. Dan dengan tangan yang bergerak pelan, jari telunjuk nya menyentuh benda itu.

Tim hero: Todoroki,[Last Name], Dan Shoji menang.
.
.
.
.
.

"Maaf."

Todoroki angkat suara. [Name] maupun orang-orang yang ada diruangan itu menoleh. Wajah Todoroki sedikit menunjukan emosi kemarahan.

"Hanya saja, kekuatan kita tak sepadan."

Hening.

BRAK!

Namun saat itu juga, suara yang sangat keras dan nyaring memecah keheningan mereka. Menghentak jantung orang-orang yang ada disana. Benda hitam itu tiba-tiba pecah dengan mudahnya. [Name] yang berada dekat dengan benda itu menjadi sasaran tatapan shock.

Dan benar saja, satu kepalan tangan masih melayang diudara. [Name] pelakunya. Memecahkan sebuah benda besar yang bahkan tak ada orang yang mungkin menghancurkannya hanya dengan satu pukulan.

"Kuberitahu, Todoroki."

Suara [Name] seakan menjadi pedang yang menusuk telinga. Mengejutkan dan membuat siapapun yang berada diruangan itu bergidik ngeri kecuali Todoroki, yang masih menatap datar namun dengan keringat dingin mengalir dipelipisnya.

"Kita memang tak sepadan, Kau benar. Tapi Kau tau? Ini hanya 2% dari 100% kekuatanku lho." Ia itu melanjutkan ucapannya masih dengan datar.

Tubuh [Name] kembali terangkat. Dan melayang pergi dari ruangan itu meninggalkan ketakutan juga kekaguman atas kekuatan yang dimilikinya.

Sanksi yang menatap dari layar monitor pun dibuat ricuh karena tengah bertukar pendapat dan argumen tentang kekuatan  yang diprediksi melebihi All Might itu.

Midoriya menatap kagum.

Katsuki terdiam.

'Entah kapan terakhir kali, Aku melihat amarah mengerikannya. Kuso Kitsune!'

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
:)
*
*
*
*

To be Continued.

Scarlet~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top