34

"Kalo begitu, aku masuk dulu ya."

Sesaat setelah kalimat tersebut [Name] ucapkan, dirinya berbalik ingin masuk ke kediamannya di rumah keluarga Bakugou. Namun, satu tangan besar menggenggam pergelangan tangannya hingga pergerakan gadis tersebut tertahan.

Menoleh, tanpa berkata apapun. Siapa saja tau [Name] sedang bertanya-tanya, kenapa Shoto tiba-tiba menahannya. [Name] memiringkan kepalanya.

"Aku sudah lama ingin menanyakan hal ini.."

Shoto yang baru saja angkat bicara kembali terdiam. [Name] pun memutuskan untuk bertanya agar Shoto melanjutkan kalimatnya.

"Menanyakan apa?"

Shoto melepas genggamannya di pergelangan tangan [Name], keduanya kembali berdiri secara berhadapan. Mata Shoto menatap lurus ke iris [eye Colour] si gadis rubah. Gadis itu, entah dengan alasan apa, mulai merasa sedikit tegang.

"Kau...kenapa tinggal serumah dengan Bakugo? Apa kalian sepasang kekasih atau sebagainya?"

Ah, itu rupanya.

Ketegangan [Name] pun mulai memudar, karena gadis ini tahu pasti bagaimana cara menjelaskannya. Sesaat [Name] ber oh ria, lalu bersiap untuk menyusun kata.

"Pertama, Kami bukan sepasang kekasih. Aku rasa Katsuki akan sangat marah jika di bilang begitu,"

"Oh, lalu?"

"...Bisa dibilang..aku ini anak yg diadopsi oleh orang tua Katsuki semenjak kedua orang tuaku meninggal saat aku masih sangat kecil."

Ekspresi Shoto seketika mengisyaratkan dirinya tengah terkejut. Menyadari hal itu, [Name] buru-buru lanjut menjelaskan.

"Dan jika kau bertanya mengenai nama marga yang masih berbeda...ini memang keinginanku sendiri untuk tidak menggantinya... Lagipula pengadopsianku tidak dilakukan secara sengaja...Ah...maksudku mereka mengangkatku sebagai anak mereka karena kedua orang tuaku berteman sangat baik dengan keluarga Bakugo ini.."

Shoto fokus mendengarkan. Dia pikir, jarang sekali gadis ini mau berbicara panjang lebar dengan seseorang. Ya, karena selama ini Shoto perhatikan, gadis ini begitu pendiam di kelas. Tak dia sangka ternyata [Name] bisa juga berbicara sesantai ini.

Yep, Shoto sebenarnya menaruh rasa penasaran pada [Name].

Benarkah? Hanya penasaran?

"Dan, kau pasti bertanya-tanya, kenapa aku tidak tinggal dengan keluargaku yang lain saja. Yah,kalaupun ada, aku tidak akan mau berada disini dan merepotkan keluarga Katsuki. Sayangnya, keluargaku yang tersisa di dunia ini hanyalah kedua orang tuaku saja...."Penjelasan [Name] masih berlanjut.

Shoto sempat merasa kasian dengan [Name], tapi dia juga entah kenapa merasa kagum dengan gadis ini. Dia kuat.

Di sisi lain,Shoto diam-diam merasa senang gadis ini tidak sepenuhnya pendiam seperti dirinya. Senang karena gadis ini mau memberitahukan tentang masa lalunya, padahal baru beberapa hari ini mereka menjadi sangat dekat. Sekarang, Shoto merasa sangat di percaya.

Namun, memikirkan gadis ini serumah Dengan seorang laki-laki yang bukan merupakan keluarga kandungnya, sedikit membuyarkan perasaan senang yang tadinya tercipta.

"Shoto..."

Ah. Tanpa dia sadari, ia larut ke dalam lamunan panjang nan rumitnya.

"Ah..."

"Kau melamun..?

"...maaf." Shoto sedikit menundukkan kepalanya.

"Ahaha..."

Tawa geli itu mencuri semua pendengaran Shoto. Kepala dengan cepatnya kembali mendongak. Dan yah, senyuman tipis [Name] terpampang jelas diwajahnya sekarang.


"Maaf, ceritaku membosankan ya.."

Shoto malah tidak mendapat kata-kata untuk menjawabnya. Tatapan yang tidak ada niat untuk beralih masih dipertahankan.

Selanjutnya, Shoto kembali sadar dan cepat-cepat menggeleng pelan.

[Name] heran.

"Tidak... itu tidak membosankan. Lagipula, aku bersyukur kau tidak keberatan menceritakannya, terima kasih."

[Name] membulatkan matanya, karena bersamaan saat Shoto mengucapkan terima kasih. Satu tangan kekar mencengkram bahunya dari belakang.

Tanpa dipertanyakan lagi, pelakunya adalah Katsuki.

"Kau..teleportasi hah..?"

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada ketika suara Katsuki mulai merendah dan sangat berat. Deku dan [Name] paling tau itu.

Sebelum [Name] berbalik, Shoto ingin bertindak,

"Oi, bakugo-"

Namun, secara tiba-tiba Katsuki sudah menarik tangan [Name] dan membawanya masuk ke dalam rumah. Tanpa membiarkan [Name] mengucapkan salam perpisahan hari ini dengan Shoto.

"Kenapa dia..." Dengan keheranan yang melekat di hati dan pikiran, Shoto lantas menjejakkan langkah pertamanya untuk pulang ke rumahnya. Dan secara bersamaan, tumbuhlah pertanyaan-pertanyaan lainnya yang ingin laki-laki itu tanyakan kepada [Name].

'Akan ku ajak dia makan bekal bersama lagi...nanti.'

.
.
.
.
.
.

Nggak banyak basa basi,
Saya cuman pengen minta maaf sama kalian semua yang udah nungguin ini cerita...
Maaf ya saya update nya nggak konsisten+lama banget😭😭

Anu guys, autocorrect authir kadang-kadang ngajak gelut, jdi kalo ada typo,tolong segera beritahukan ya.

//gatau diri, udah updatenya lama, malah minta tolong lagi sama pembaca😭



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top