33
"Sh-Shoto..."
Hening. Sepertinya, bagi Shoto sekarang semuanya terasa sunyi sekali. Telinganya seperti tak menerima masuk suara dari luar. [Name] yang tadinya sempat berontak dipeluk Shoto pun sekarang mulai menyerah.
Ia bingung.
Shoto memeluknya,dan kesunyian tercipta, memang rasanya ruangan yang dihuni mereka berdua rasanya damai sekali sekarang. Namun, degupan dari dada kedua insan disana tidak lah damai.
[Name] tidak mengerti lagi dengan suara detakan jantungnya sekarang. Gerakannya menjadi lebih cepat saat Shoto mulai memeluknya tadi. Dengan sekuat tenaga, [Name] berusaha kembali menenangkan jantungnya.
Tidak bisa.
Ia tidak bisa tenang lagi, Shoto tiba-tiba mengeratkan pelukannya sembari menarik nafas dalam dan membuang kasar. [Name] bahkan dapat merasakan dengan jelas nafas Shoto yang menyapu lehernya.
"Sho-To-!" [Name] pun mulai bersuara dengan keras.
Tubuh Shoto reflek bergerak cepat karena terkejut, Ia segera melepaskan dekapan yang menurut [Name] dapat membuat jantungnya melompat itu.
Nampak jelas ekspresi terkejutnya Shoto, ia tadinya sama sekali tidak sadar apa yang dilakukannya. Berkedip satu kali, mukanya kembali datar seperti semula. Namun keringat dingin masih tertinggal.
"Ma-maaf, [Name]"
Dengan muka yang juga tak kalah datar namun jantung tak terkontrol, [Name] menatap ke lain arah dan meneguk ludahnya sebelum melempar argumen
"Kau.. Kenapa?"
Pertanyaan pun [Name] berikan.
"Tidak," [Name] menyela dirinya sendiri.
"Lagi-lagi, batinmu berteriak, Shoto." lirikkan tajam [Name] berikan.
Sedikit Shoto rasakan mukanya menegang, rahangnya mengeras. Pandangan bertemu satu sama lain. [Name] menghela napas.
"Daripada aku yang menjelaskan apa yang kudengar dari batinmu, kenapa tidak segera kau jelaskan saja?" jangan salahkan [Name] yang benar-benar tidak sadar sama sekali jika sifat licik rubahnya malah ia keluarkan. Ini ketidaksengajaan.
Shoto terdiam, pandangannya dialihkan dari [Name]. Pria yang tertunduk itu pun mengeluarkan suara serak seakan tertahan. Itu seakan akan adalah suara terberat dan terdalam yang pernah Ia keluarkan, begitulah pikir [Name].
.
.
.
.
Gerbong kereta yang sekarang sepi, memberikan kesempatan pada kedua insan ini untuk mendapat tempat duduk. Ya, mereka duduk bersebelahan namun ada sedikit jarak yang tercipta. Saat [Name] ingin pamit pulang karena sudah jam makan malam dan ini tugasnya, untuk menyiapkan makan malam keluarga Bakugou,Meskipun kedua orang tua mereka tidak pulang tepat waktu. Shoto menawarkan tidak- ia terkesan memaksa akan mengantarkan [name] pulang, alasannya?
"Padahal, kau tidak perlu repot-repot mengantarku, Shoto"
"Tidak salah jika aku mencegahmu melanggar peraturan sekolah lagi kan."
Yang dimaksud Shoto ialah, [Name] menggunakan Quirk miliknya seenaknya. [Name] mengerucutkan keningnya bersamaan dengan mata yang menyipit. Merasa miris dikatai melanggar peraturan. Tapi memang benar sih.
Hening.
Beginilah jadinya, dua orang dengan sifat dingin dan datar jika di satukan. Awkward.
Diam-diam bola mata [Name] melirik Shoto yang duduk tegak dengan pandangan datarnya mengarah ke depan.
'Yah, pada akhirnya, pria ini masih menjadi misteri ya...'
Faktor penyebab [Name] tiba tiba berpikir begitu ialah, kejadian di kediaman Todoroki beberapa saat yang lalu, dimana lelaki polos tampang menakutkan ini memeluknya dengan ekspresi bak orang terapuh di dunia.
Ingat saat [Name] bilang lagi-lagi batin lelaki ini berteriak kan?
"Aku.. Tidak ingin membicarakannya."
Itulah yang dikatakannya saat [Name] berusaha membuatnya angkat suara mengenai kenangan dalam kepalanya yang sempat [Name] intip. Shoto kecil nampak tersiksa di dalam kenangannya itu. Apa yang terjadi?
'Yah...tentu saja dia tidak mau membicarakannya. Masa lalunya merupakan hal yang sangat sensitif untuk dibahas.'
Pada akhirnya, [Name] hanya pasrah sembari menopang lagunya dengan siku yang bertumpu di pahanya.
'Apa kutunggu saja ya, sampai dia mau cerita atas keinginannya sendiri?'
Tunggu dulu, [Name] nampak terkejut karena dirinya sendiri. Sejak kapan, dirinya memikirkan tentang orang lain sampai segitunya..
Lagi-lagi, [Name] melirik Shoto, kini kepalanya ikut memutar. 30 detik, merasa diperhatikan. Shoto ikut-ikutan menoleh.
'Ah... apa karena mata indahnya itu ya..'
"Kenapa?" Shoto sedikit mengerutkan keningnya. Kepalanya sedikit memiring.
"A, tidak apa."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
Guys Calm down pliss jangan hujat author g tau diri yang updatenya kelamaan ini.
GOMENNASAI!!
ಥ⌣ಥ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top