3

"Quirkku, psikokinetik. Kau paham?" Setelah kutanyakan, Midoriya hanya mengangguk-ngangguk pelan dengan ekspresi kagum. Mulut menganga tentunya.

"Menurutku, ini Quirk yang saaangat! Langka juga hebat! [Last Name]-San!" Ucapnya sambil membuka buku lusuh bercatatkan tentang pahlawan miliknya. Dia mulai bergumam tak jelas sembari mencatat semua tentang Quirkku yang Dia mengerti dan prediksi. Aku hanya tersenyum kikuk menontonnya. "Eh? Lalu ini...?" Tangannya melepas bolpoin yang dipegang dan mengarah ketelinga diatas kepalaku.

"Eeh?" Aku tersentak, lalu mundur darinya beberapa senti.

"A-ano! Ma-maaf!" Sadar dengan ketidaknyamananku, Dia segera berdiri dan membungkukkan badan beberapa kali. Meminta maaf.

"Tidak. Aku Refleks. Kenapa?" Tanyaku, meremas-remas telinga mirip kucing dikepalaku. Mataku melirik keatas. Walau ku tahu,telinga ini takkan terlihat dari sini kecuali disaat Aku menatap cermin.

"Itu.... Quirk Kucing?" Sesaat setelah jeda beberapa detik. Dia Akhirnya menanyakan keintinya.

"Oh.." Aku masih mengelus-ngelus telinga kucing dikepalaku ini sebelum menjawab pertanyaan Midoriya.
" Sebenarnya...Bukan Kucing. Ini rubah. Tau kan? Yang-"

"Licik,pintar!" Dengan Gumaman tiba-tiba dari mulutnya. Midoriya memotong kalimatku. Dan semua hal yang dikatakannya,Tepat. Tangannya sudah sibuk dengan buku catatan heronya. Hm, Rajin Sekali.

"Bukan hanya itu, Midoriya."

"Heh?" Tangannya yang sibuk menulis terhenti ketika mata kami bertemu.

"Kau tau kan? Setiap Quirk pasti punya Efek samping, entah itu energi, atau fisik seseorang." Aku memejamkan mata. Berusaha menghayati Quirkku sendiri agar dapat menjelaskan dengan tenang.

"Ja-jadi?"

"Aku akan Sangat Agresif, saat Quirk ini benar-benar akan kugunakan. Aku akan menyerang siapapun yang menurutku adalah ancaman. Jika kau bertanya, kenapa telinga ini selalu muncul tanpa memberikan efek pada diriku. Ini bawaan dari lahir. Karena itu, Aku tak mempunyai telinga seperti manusia pada umumnya." Aku sedikit mengibas rambutku dan kuperlihatkan ketiadaan telinga normal ditempatnya. "Kau tau juga kan? Telinga itu bagian tubuh yang juga... emm Sensitif?"

Paham dengan apa yang basru saja kuucapkan, Wajah Midoriya Berwarna tomat dalam sekejap. "E-e-e-eh?!! Maaf soal yang tadi!" Kembali lagi. Midoriya membungkukkan badannya dan bicara terbata-bata.

"Tidak-Tidak, Aku tak masalah. Kau juga tak menyentuhnya kan? Kalau begitu, Aku pulang dulu ya sekarang. Mitsuki-san pasti perlu bantuanku sekarang." Ucapku sembari bergegas ingin pergi.

"Eh?! Mitsuki-San itu kan.."

"Ya. Ibu Katsuki." Potongku datar.

"Eeeee.. mungkinkah, kalian?!"

"Serumah." Ucapku dan langsung membuat Midoriya gelagapan sendiri ditempat. Aku hanya melempar tatapan aneh padanya dan segera berjalan pergi dari lorong itu.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

To be continued.

Scarlet~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top