2
Ne.. Memang kau punya hak? Mengatur hidupnya?" Aku berjalan santai. Kedalam kelas. Mengarah kepada keributan yang terjadi. Kedataran senantiasa terlukis diwajahku.Entah sejak kapan,kepribadian ini muncul. Dingin ,kelam ,gelap ,sepi. Yang pasti, Kesepian menjadi salah satu faktor munculnya Pribadi tak biasa ini.
"HA?" Seorang Pria seumuranku melotot. Tepat kearahku.
"Jika tidak, Apa hak mu, melarangnya mendaftar dan mengikuti tes masuk U.A ?" Sekarang Aku berhenti tepat dihadapannya. Sedikit kumiringkan kepala. Kutatap secara intens iris merah terang dibola matanya.
"...Oi! Oi! OIIII!" Suara yang awalnya sangat rendah, seketika meninggi hingga memekikkan telinga. Dia meneriakiku sembari menendang sebuah meja kearahku. Yang pastinya sempat kutangkis menggunakan tendangan andalanku. Dia hanya tercengang. Lalu akhirnya kembali berucap "Hei Perempuan Sialan, Jika tak ingin mati. Sebaiknya sekarang kau tak usah ikut campur."
"Oh, Baiklah." Aku mengukir senyum miring. "Dan dariku, Jika kau tak ingin kata-katamu itu terjadi pada dirimu sendiri. Jangan seenaknya melarang Seseorang" Kulirik lelaki berambut hijau kehitaman dibelakangku. "Untuk melakukan,Apa yang mereka ingin lalukan." Lanjutku. Aku segera beranjak pergi dan tidak memperdulikan umpatan-umpatan kasar yang dilontarkan sipirang itu untukku.
"Oh dan juga." Aku Stop dan memalingkan tubuhku. Tangan ku setengah terangkat. Kugerakkan jari-jariku untuk mengaktifkan salah satu Quirk milikku.
Tak lama berseling, sebuah buku usang nan basah melayang masuk dari luar melewati jendela. Si hijau hanya menatap kagum buku yang kukendalikan untuk mengarah padanya, menggunakan Quirk psikisku.
"Kukembalikan." Ucapku saat Buku tersebut telah berada ditangan pemiliknya. Aku melempar tatapan dan senyuman hangat sebelum akhirnya kuputuskan untuk benar-benar beranjak pergi dari kelas itu.
"OI! Kitsune-SIALAN!!"
*
*
*
*
*
LOSER
*
*
*
*
*
"Apa?" Tanyaku datar, saat merasakan pergelangan tanganku tertahan oleh genggaman kuat dari sebuah tangan yang lebih besar dan kasar dariku.
" 'apa' kau bilang?!" Bentaknya. Lalu menarik tanganku kasar hingga diriku terpojok dengan punggung menempel kedinding. Tangannya menahan pergerakanku. Apa-apaan posisi ini?
Kabedon.?!
"H-ha?" Aku berusaha tetap cool disaat hatiku mulai memanas karena tak kuat dengan keadaan sekarang ini. Berusaha kutahan mukaku yang rasanya akan terbakar ini.
"Sekarang kutanya" Mata merah menyalanya mengarah tepat keiris [eye Colour] ku. Lalu bibirnya kembali berkata "Dipihak mana kau berada Hah?!"
"Eh? Pihak?" Saat kalimat tersebut Mulai tercerna oleh pemikiranku. Otakku mulai merangkai kata-kata "Tidak dimanapun. Oh! Tapi Kalau memilih, diantara Kau dan Midoriya, tentunya Aku memilih Sibrokoli itu. Dia lebih benar." Ucapku berusaha tersenyum tipis disaat diriku mulai gemetar karena kepala Lelaki bernama Katsuki ini semakin dekat kearahku.
"Kau sudah mulai berani ya? Tidak tahu Terima kasih." Seringaian besar muncul menghiasi mulutnya. Aku tersentak. Dengan tangannya yang tiba-tiba menangkup kedua belah pipiku. "Hei kitsune, kau tau kan?" Aku menatap Gugup. Menunggu lanjutan dari kalimatnya tersebut. Dari sudut mataku, dapat kulihat asap hitam mulai keluar diantara telapak tangannya dan pipiku.
"Katsuki, Apa yang-"
BOOOM!!!
"[LAST NAME]-SAN!!" Disaat bersamaan. Ledakan terdengar juga dengan teriakan panik sebuah suara tak asing. Midoriya. Dia melindungiku. Dapat dilihat dari wujudnya yang sekarang telah berada didepan diriku. Tasnya... hangus.
"Sialan! Kau Deku!" Kulihat Katsuki yang sekarang terduduk dilantai lorong disana. Midoriya mendorongnya? Dengan cepat dia kembali bangkit. Jujur saja, wajahnya saat itu sangat mengerikan. Dia sangat marah sekarang.
"Hentikan, Kacchan!" Teriak Midoriya lantang.
"Hah?!"
"Sudahlah." Potongku. Datar. "Nyatanya, Kau tadi memang ingin membunuhku ya? Katsuki?" Aku berbalik. Membelakangi keduanya.
"Tentu saja!" Teriaknya. "Dengar ya, Aku, Orang yang lebih kuat dari siapapun. Sangat membenci. Orang-orang seperti kalian berdua ini. Kebanyakan Mimpi!" Kata-kata penuh penekanan itu merupakan kalimat terakhir sebelum Akhirnya Katsuki meninggalkan Kami berdua dilorong tersebut. Dan diikuti oleh kedua pengikut setianya.
"Deku! KAU SELAMAT HARI INI."
.
Saat itu, Midoriya hanya bisa menatap takut. Sekejap saja, perhatiannya langsung teralihkan padaku.
"Kau tak apa? [Last Name]-San?"
"....hm, aku tak apa. Selebihnya, terima kasih. Midoriya." Aku menatapnya sembari tersenyum lega. "Sebagai gantinya, kemarikan tasmu." Setelah Aku berucap demikian, dengan sigap Dia menyodorkan tasnya menggunakan kedua tangannya.
"??? ...I-Ini! [Last Name]-San!"
Aku mengambil tas yang sudah hancur tersebut masih dengan senyuman. Midoriya hanya menatap bingung sembari gugup. Dalam hitungan detik. Tasnya kembali seperti semula ditanganku. Lalu segera kukembalikan pada orang yang memilikinya.
"Uwooh! Quirkmu Hebat!" Pujinya dengan wajah berseri.
Sembari tersenyum kecil, Aku berterima kasih. Ingin segera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Namun tertahan oleh teriakan polos seorang Midoriya Izuku.
"Ano! [Last Name] -San!"
Saatku menoleh. Dapat kulihat dia sudah menyandang tas dan menggenggam erat tali penyangga tasnya. Wajahnya sedikit canggung.
"Bo-boleh Aku mengetahui lebih dalam tentang Quirk milikmu?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top